Dulu, transportasi umum menjadi rebutan orang-orang baik untuk bekerja, bersilaturahim, mengurus berkas, bepergian antar kabupaten, hingga desak-desakan. Lalu-lalang antar bus masuk keluar di terminal, berteriak memberitahu rute yang akan ditempuh, menyuruh cepat karena mobil akan berangkat, dan orang-orang pun mulai berlarian masuk. Mereka tidak menyoalkan desak-desakan; anak kecil dipangku oleh orang tuanya agar orang lain bisa masuk.
Tidak kalah memekakkan telinga, jalur laut pun menyuruh masuk, kapal akan lepas landas. Barang-barang diangkut ke dalam bahkan di geladak atas kapal pun ditaruh beberapa barang besar. Semua sibuk masing-masing, entah ke mana saja tempat yang sedang dituju oleh orang-orang ini.
Semua orang pada tahun 90-an dan tahun 2000-an pasti menggunakan transportasi umum. Karena masa dulu di Kalimantan Barat, khususnya, masih belum banyak yang menggunakan kendaraan darat. Mungkin jika mereka menggunakan kendaraan pribadi adalah mereka yang berekonomi menengah. Sebab, orang Kalimantan yang wilayahnya memang dikelilingi sungai-sungai juga banyak menggunakan kelotok, atau feri, atau kapal air.
Akan tetapi hari ini, di kabupaten dan juga kota, transportasi publik sudah tidak lagi beroperasi alias mati. Maka tulisan ini akan mengurai beberapa poin di antaranya mengenai alasan dari matinya transportasi umum di wilayah Kubu Raya, transportasi apa saja yang dulunya sangat hits di sana, kemudian refleksi atau pengalaman naik transportasi umum.
Krisis Transportasi Umum dan Alasan-Alasannya
Matinya angkutan umum di wilayah Kubu Raya bukanlah tanpa sebab. Mengingat perputaran dunia ini sangat cepat, perkembangan zaman juga sangat masif, jadi semua yang berkenaan dengan teknologi dan transportasi sudah sangat canggih dan modern. Tidak seperti masa dulu yang masih mengandalkan kendaraan umum, kini orang sudah banyak punya kendaraan pribadi, menunjukkan juga bahwa masa sekarang orang sudah bisa membeli sendiri dengan penghasilan kerja mereka.
Alasan lain matinya angkutan umum adalah kurangnya efisiensi waktu. Menunggu bus dan juga oplet sangat lama sekali, jadi ketika terlalu lama menunggu yang terjadi adalah keterlambatan: ke kantor telat, ke tempat bangunan telat, semua kemana-mana telat. Terkait waktu menjadi persoalan utama, tradisi menunggu tidak berlaku di Indonesia, terkhusus pun wilayah Kubu Raya, Kalbar.
Daripada memakan waktu yang lama, maka orang-orang sekarang sudah menanggalkan angkutan umum itu. Secara umum, bahkan di mana pun, angkutan umum memang memerlukan waktu menunggu, dan tidak dengan waktu yang sebentar. Berjam-jam kita menunggu di terminal. Bahkan untuk antar kota, semisal dari Kabupaten Kubu Raya ke Kota Singkawang atau Sambas, harus pakai bus, dan bus yang dipakai adalah bus biasa, bukan yang berjenis Damri atau Akas.
Jadi untuk perjalanan jauh di daerah Kalimantan Barat, masih banyak orang yang menggunakan bus, tapi juga harus menunggu jadwal. Biasanya harus menunggu malam baru bisa beroperasi. Namun, untuk antar kabupaten, orang-orang sudah beralih pada kendaraan pribadi. Sebagaimana alasan yang telah disebutkan bahwa kendaraan umum tidak lagi efektif dan kurang efisien.
Angkutan umum di Kalimantan Barat yang sering digunakan oleh masyarakat di sana adalah angkutan darat (bus, oplet) dan angkutan laut (kelotok, kapal feri, perahu). Berdasarkan informasi dari bapak saya, di Kubu Raya ini sudah tidak lagi ada transportasi umum alias mati. Angkutan laut saja hanya digunakan untuk mengangkut barang ke wilayah-wilayah seperti Pontianak, Mempawah, dan pos-pos dermaga di sana. Sedangkan untuk transportasi silaturahim ke tempat jauh sudah tidak lagi digunakan. Lagi-lagi angkutan umum yang jalur laut biasanya digunakan hanya untuk menyeberang.