Aku menyesal bahwa aku selama ini tidak tahu siapa yang meletakkan batu pertama pembangunan rumah ini. Dan terlebih lagi karena aku tidak mengerti mengapa "dia atau mereka" membangun rumah ini di tempat ini. Sementara untuk mengetahuinya sekarang, harus kutanyakan kepada siapa, karena orang-orang masa lalu selalu absurd dan kabur, menurutku.
Penghuni rumah ini kukira juga tidak ada yang tahu. Jadi akan sia-sia saja, menurutku, bila aku bertanya kepada penghuni rumah ini. Bahkan aku yakin suamiku pun, orang yang seharusnya aku percaya serba tahu, aku yakin tidak tahu siapa dan mengapa "dia atau mereka" telah membangun rumah ini pertama kalinya.
Betapa aku menyesal telah melupakan sejarah, meremehkan masa lalu, yang justru (biasanya) menjadi akar dari seluruh pertumbuhan dan keadaan yang ada saat ini. Menjadi roh dari seluruh perjuangan yang (seharusnya) menginspirasi setiap langkah di masa kini. Aku menyesal tidak bisa menjawabnya hari ini. Terlebih lagi aku menyesal karena tidak kutemui salah seorang pun yang pantas untuk meladeni pertanyaanku. Karena menurutku, seluruh penghuni rumahku hari ini adalah para kelelawar yang bermigrasi dari ruang-ruang gelap dan pengap.
Karena menurutku, seluruh penghuni tidak ada yang melebihi "tahu"-ku, sebagaimana biasanya pun begitu. Sehingga ketika aku tidak tahu, aku merasa yakin yang lainnya tidak tahu. Dan ketika mereka semua tahu, aku pasti sudah lebih dulu tahu.
Oleh karena itulah, aku sangat menyesal tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana: mengapa dan untuk apa rumah ini dibangun. Yang aku tahu, hari ini aku musti bertanggungjawab untuk melanjutkan seluruh perjuangan meskipun menuju ke tempat yang juga tak aku tahu. Salam dari Ibu.
salam,
asa jatmiko
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI