Era globalisasi pada masa revolusi industri 4.0 ini, yang dimana semakin mudah kita sebagai manusia menjalankan kehidupan sehari-hari dengan bantuan teknologi yang dapat ditemui dihampir setiap penjuru. Bahkan tak jarang di era sekarang ini teknologi sangatlah berpengaruh dikehidupan sehari-hari terutama dalam berkomunikasi.Â
Contohnya saja, hardware seperti handphone, laptop, atau printer yang berguna sebagai alat perantara yang dilengkapi dengan software seperti internet atau e-wallet. Perkembangan zaman yang sekarang terjadi juga tak luput dari usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia dari masa lalu hingga masa sekarang yang masih berusaha untuk terus berevolusi.
Namun pada kenyataannya, tidak semua orang dan kalangan dapat menggunakan atau setidaknya merasakan nikmatnya teknologi. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat. Kesenjangan sosial sendiri merupakan keadaan dimana tidak setaranya akses yang dimiliki oleh antar kalangan dalam mengakses sumber daya yang tersedia. Selain kesenjangan teknologi, kesenjangan juga sering ditemui pada berbagai hal, contoh nyata yang sering terlihat adalah pada ekonomi dan pendidikan.
Yang disayangkan ialah, hampir seluruh negara masih mengalami kesenjangan sosial ini, terutama di Indonesia. Dalam skala internasional bahkan Indonesia terlampau cukup jauh dengan negara lain dalam beberapa hal. Jika menyorot dalam skala nasional, di dalam negeri pun kesenjangan sosial ada di mana-mana akibat globalisasi yang tidak merata dan yang paling terlihat ada pada bidang ekonomi serta pendidikan.
Hal ini terlihat pada banyaknya jumlah kemiskinan dan pengangguran yang meningkat dari tahun ke tahun. Kemiskinan berantai yang terjadi turun-temurun maupun kemiskinan yang baru terbentuk dan juga pengangguran yang terbatas kemampuan ataupun pendidikan yang juga akhirnya dapat menyebabkan kemiskinan terus berlanjut.
Salah satu hal yang menyebabkan hal seperti itu masih terjadi karena masyarakatnya yang masih awam akan teknologi sehingga tidak dapat memanfaatkan teknologi yang sebetulnya dapat membantu. Sebenarnya masalah inipun dapat dikatakan akar dari ketertinggalan Indonesia dalam mengikuti arus globalisasi sehingga masyarakatnya pun mengalami kemunduran jika dibanding dengan negara lain.
Pada awal 2021, ketika pandemi covid-19 mulai masuk ke Indonesia, sehingga muncul kebijakan yang mengharuskan masyarakat Indonesia melakukan berbagai hal sebisa mungkin hanya dari rumah saja. Karena hal tersebut, akhirnya mengharuskan pula masyarakat terbiasa dengan menggunakan teknologi sebagai teman sehari-hari dalam beraktivitas seperti Hp dan internet. Atas kejadian tersebut, 2 tahun pun berlalu dan dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai terbiasa dalam menggunakan teknologi. Meskipun tidak banyak perubahan, namun penggunaan dasar sudah dapat terlihat bahwa teknologi dibutuhkan untuk berkembang mengikuti arus yang terus berjalan.
Muncullah kesempatan atau malah masalah baru terhadap perkembangan yang terjadi ini. Industri-industri besar yang mulai melirik hal ini kemudian menggunakan kesempatan tersebut sehingga ketimpangan sosial dalam bidang ekonomi tetap terjadi. Industri-industri besar tersebut mencari keuntungan dengan tanpa memikirkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat kecil. Mulai dari menaikkan harga hingga pemecatan secara sepihak.
Kejadian ini dapat disebut juga sebagai "praktik ekonomi kapitalisme" yang dimana si kaya semakin kaya, dan si miskin semakin miskin yang akhirnya ketimpangan sosial pun terjadi. Stratifikasi sosial yang terlihat jelas itu pula yang menyebabkan mudahnya praktik ekonomi kapitalisme ini dapat terjadi.
Dampak lain dari kesenjangan sosial ini adalah sulitnya menemukan sumber daya manusia (tenaga kerja) yang ahli dibidangnya karena tingkat pendidikan yang juga masih dibawah rata-rata. Lalu meningginya kasus kejahatan akibat "lelah" terjerat rantai kemiskinan dan pengangguran setelah sekian lama. Seperti kejadian akhir-akhir ini yang banyak memakan korban karena kasus pembunuhan akibat hutang atau kesenangan semata. Dan jika di lihat dari tahun ke tahun, kasus semacam ini meningkat di Indonesia.
Dalam menangani atau mengatasi ketimpangan sosial di era globalisasi terdapat berbagai cara. Meskipun terdapat cara yang merupakan bagian dari eksternal, namun juga tetap dibutuhkan yang namanya komitmen internal atau per individu dalam menjalankannya.