Dilansir dari Alodokter.com, difabel merupakan istilah halus yang menggambarkan kondisi seseorang yang menyandang atau mengalami disabilitas. Difabel merujuk pada keterbatasan penyandang disabilitas dalam melakukan kehidupan sehari-hari.
Sesuai amanat Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas bahwa penyandang disabilitas memiliki kesamaan kesempatan untuk menyalurkan potensi yang dimilikinya. Salah satu sarananya yaitu melalui pendidikan. Pendidikan merupakan hak untuk semua manusia. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpendidikan, termasuk penyandang disabilitas.
Fasilitas penunjang pembelajaran merupakan hal yang paling penting untuk dipenuhi. Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu memberikan perhatian khusus terhadap fasilitas untuk memenuhi hak penyandang difabel.
Dalam pemenuhan hak-hak penyandang difabel, UIN Walisongo sendiri nampaknya belum banyak menyediakan fasilitas ramah difabel. Meskipun di beberapa lokasi di UIN Walisongo sudah terlihat 'berusaha' ramah disabilitas seperti lift di perpustakaan yang memudahkan untuk menuju ke lantai atas dan jalan-jalan sepanjang UIN Walisongo dibuat ramah terhadap penyandang difabel. Namun, sebenarnya fasilitas-fasilitas  tersebut hanya memudahkan kegiatan sehari-harinya bukan mendukung pengembangan potensi yang dimiliki penyandang difabel.
UIN Walisongo belum secara khusus menyediakan unit-unit kegiatan mahasiswa bagi penyandang difabel. Selain itu, proses pembelajaran pun belum dilakukan secara terpisah yang membuat bisa saja penyandang difabel kesulitan dalam kegiatan pembelajaran.
Alangkah baiknya jika UIN Walisongo terus mengembangkan atau meningkatkan fasilitas-fasilitas yang ramah difabel. UIN Walisongo juga bisa mencontoh universitas-universitas di Indonesia yang sudah ramah difabel. Gunanya untuk terus mendukung mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki penyandang difabel.
