Mohon tunggu...
Bang Fu
Bang Fu Mohon Tunggu... Penulis - Kuncen di kolom #Criticaldailyreportase dan #PedagogI'n'AnalogI

"meletup-letuplah api kebersamaan dan jadikanlah daku penerang untuk gelapnya dunia ini" -sastrus24

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masjid Membawa Ketenangan?

2 April 2019   21:57 Diperbarui: 2 April 2019   22:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketenangan,
Beberapa hari yang lalu, entah apa yang sebenarnya tengah menderapikiran-pikiran alam bawah sadarku, sebab beberapa kali aku kedapatan pikiranuntuk mengkhiri kehidupan ini dengan jalan yang jelas-jelas aku pribadimenolaknya. Alasannya dibuat bermacam-macam, kalo boleh ditarik lebih jauh,asumsiku pikiran-pikiran yang menderaku saat ini berawal dari perasaan sayayang dilukai.

Namun, aku bersyukur atas berbagai hal yang terjadi padaku itu, tanpanya akumungkin tidak mengenal sakit hati, tanpanya pula aku hanya seonggo manusia yangtidak memiliki perasaan yang sejatinya dimiliki manusia.

Semenjak itu pulalah, aku melihat adanya jiwa yang dihantarkan pada ketenanganpada sebuah tempat bernama masjid, selain sastra. Di masjid,ketenangan-ketenangan tidak bertumpukan satu sama lain, ia memiliki ruangptivasi yang intim pada masing-masing jiwa. Mereka terlihat segan terhadapbangunan ini yang perlahan-lahan berubah menjadi simbol belaka, sama halnyadengan keaadaan pasca modern dimana substansi semakin berjarak dari sebuaheksistensi. Miris.

Lalu, tepat pada jumat (15/3/19) aku mendengar kabar yang mengejutkan dariselandia baru. Dikabarkan seorang teroris merangsek masuk ke dalam masjiddengan membawa senapa serbu lalu menembak mati orang-orang muslim yang saat itutengah mengadakan sholat jumuah berjamaah. Kejadian itu distreaming melaluiakun facebooknya, sunggu hal itu benar-benar menyakitkan saya.

Lalu muncullah perdebatan-perdebatan yang menjijikkan dari kaum politisi dalammelakukan serangan terhadap pihak oposisi dengan mengaitkan tragedi kemanusiaandalam perbendaharaan keserakahan manusia, sungguh bodoh.

Beberapa orang jugamenyayangkan bahwa kejadia itu digunakan untuk menekan kebijakan mengenaiimigran. Maka dari situ saya melihat bahwa masjid tidak lagi menjadikonsekuensi amal ritual semata, melainkan ada aspek2 transendental yangmembuatnya menjadi ritual sosial.

#CriticalDailyReportase

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun