Masyarakat kita yang dikenal sebagai masyarakat yang suka menghujat tak bisa disalahkan atas hujatan yang kerap kali mereka lontarkan, karena itulah sejatinya yang ingin mereka lakukan terhadap opini masyarakat.
Akhir-akhir ini kekisruhan kerap terjadi baik itu di dalam maupun luar negeri, tentu suasana ini tidak bisa dikatakan sebagai susana kondusif mengingat akibat yang ditimbulkan mengganggu stabilitas keamanan dan ekonomi bagi banyak orang. Sayangnya kebanyakan daripada kisruh-kisruh tersebut menjadikan agama sebagi landasan dan tameng mereka dalam menghantam banyak hal.
Dengan dijadikannya agama sebagai tameng utama, munculah kesan-kesan negatif yang sejatinya tidak merepresentasikan banyak pihak sama sekali. Mulai dari agama teroris, agama yang gemar bunuh diri hingga agama yang sering berdebat sendiri, Hal itu sungguh sangat disayangkan.
kejadian tersebut tambah dibuat miris dengan beberapa kelompok yang melakukan pembenaran atas hal-hal yang ia perbuat, menghilangkan unsur humanisme dalam cara pandangnya dan menghilangkan rasionalitas yang seharusnya menjadi tolak ukur dasar mereka dalam melakukan tindakan.
Dalam pembahasan pelajaran fiqih yang saya dapatkan di dunia pendidikan pesantren, ada satu kalimat yang benar-benar mewakili atas apa yang sering terjadi, “hidup bermasyarakat itu tidak hanya mencari benarnya saja, tapi kita mencari bagaimana baiknya”, jadi hidup ini bukan sekedar benar dan salah, tapi bagaimana kita mencari solusi diantara benar dan salah tersebut guna menghindari konflik dan pertikaian yang akan terjadi pada akhirnya.
Salam santri.
Sidoarjo, 19 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H