Mohon tunggu...
Ary Tamvan
Ary Tamvan Mohon Tunggu... -

Saya adalah Anak desa yang mempunyai cita-cita memajukan desa saya,kemudian Kota,selanjutnya Negara dan terahir DUNIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Biarkan Tanah Anda "Nganggur"

14 Maret 2017   07:30 Diperbarui: 15 Maret 2017   06:00 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.castingindo.com

Dewasa ini kita banyak menemukan dipinggir jalan lahan-lahan yang terbengkalai.apakah itu kondisi alam?atau memang kesengajaan yang di buat oleh tangan-tangan yang berlimpah harta? Iya, lewat tulisan ini kami ingin menyampaikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pertama, mengenai sumber daya alam yang ada di negara kita, kita menemukan fakta yang sudah lama terlihat indera kita yaitu kekayaan yang sangat berlimpah. Kenapa saya mengatakan “sangat” karena memang kenyataanya demikian.sampai ada band yang menyuarakan “tongkat dan batupun jadi tanamanan” baiklah kita masuk pada pembahasan.

Sumber daya alam yang  disediakan untuk manusia begitu kaya, jika dikembangkan dengan pengetahuan dan teknologi yang baik maka kekayaan tidak akan terbatas. Hal ini berbeda dengan teori ilmu ekonomi konvensional, bahwa sumber daya alam terbatas sedang kebutuhan manusia tidak terbatas. Islam memandang bahwa kebutuhan manusia terbatas, yang tidak terbatas adalah nafsu. Oleh sebab itu, banyak dalil yang memberikan dorongan pada kita agar dapat menciptakan kehidupan yang produktif dengan memanfaatkn sumber daya alam yang ada.

Saya ingin mengutip salahsatu dalil dalam hadis muslim, mengenai pemanfaatan sumberdaya alam yang berbuni “barang siapa memiliki sebidang tanah,hendaklah ia menanaminya,atau memperbolehkan kepada saudaranya(supaya menanaminya), maka apabila ia menolak hendaklah ia menjaganya” (HR. Muslim No 2875). Yang pertama kita dapat melihat dari kalimat pertama. jika kita memiliki sebidang tanah hendaklah kita mengolah secara maksimal semampu diri. Ketika diri sudah mencapai tahap maksimal dan kebetulan masih ada lahan yang tersisa dan tidak terawat alangkah mulianya kita mengikuti kalimat kedua dari hadis diatas. Yaitu dengan merelakan lahan itu digarap familynya ,selain kita bisa membantu saudara,kita termasuk juga berinvestasi di sisi Allah.

     Nah,dari uraian diatas jelas kita bisa melihat secara samarperilaku-perilaku yang pertama saya tulis diatas,maaf bila saya subjektif dalam menulis,namun secara garis besar saya mengatakan ini merupakan sebagian saja. menurut saya seperti kasus diatas adalah karena tamak dan kekolotan yang menghampiri hati mereka.lahan-lahan yang seharusnya di manfaatkan oleh sanak familinya,namun sebaliknya. Itulah yang dapat saya bagikan kepadateman-teman opini dari saya dan terimakasih telah bersedia membaca tulisan saya,mohon maaf apabila ada tulisan yang tidak berkenan dihati teman-teman.

Wassalamalaikumwr.wb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun