Mohon tunggu...
Aryo Wicaksono
Aryo Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Pertahanan dan Keamanan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polarisasi Dukungan ASEAN dan Kekhawatiran Konflik atas Hadirnya AUKUS dan QUAD di Indo-Pasifik

8 Desember 2024   22:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   17:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ASEAN merupakan organisasi regional yang berada di kawasan Asia Tenggara. ASEAN hadir dengan cita-cita untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, politik, dan sosial-budaya di antara negara-negara anggotanya, menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, mempercepat pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan kemajuan budaya, dan Meningkatkan kerja sama dengan organisasi regional atau internasional lainnya.

ASEAN juga memiliki tujuan untuk menjadi platfrom dominan di kawasan Indo-Pasifik untuk mengatasi berbagai permasalahan di kawasan atau lebih dikenal degan konsep sentralitas ASEAN. 

Konsep ini menunjukkan kemampuan ASEAN sebagai pusat kerja sama dan dialog untuk menangani isu regional dan mengelola hubungan dengan kekuatan besar lain di kawsan. Tanpa kesatuan dari anggotanya, peran-nya di kawasan dan internasional bisa melemah. 

Namun, dewasa ini muncul beberapa fasilitator baru di kawasan indo-Pasifik yang bergerak dalam isu pertahanan dan keamanan di kawasan, seperti Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) dan Australia, United Kingdom, United States (AUKUS).

Kehadiran dari QUAD dan cita-cita QUAD adalah untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia, supremasi hukum, penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah, serta penyelesaian konflik secara damai di kawasan Indo-Pasifik. 

Negara-negara anggota mempunyai visi yang sama untuk membendung pertumbuhan ekonomi dan militer Tiongkok yang semakin meningkat di Indo-Pasifik, yang tercermin dalam klaim maritim Tiongkok yang luas di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. 

Meskipun Tiongkok secara eksplisit disebutkan dalam strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat, QUAD sebagai sebuah kelompok  menahan diri untuk tidak menyebut Tiongkok secara langsung  dalam diskusi mereka. 

Para pengamat berpandangan berbeda dalam interpretasi mereka mengenai sifat dan tujuan QUAD. Beberapa orang melihat aliansi Indo-Pasifik sebagai kekuatan penyeimbang terhadap pengaruh ekonomi Tiongkok, dimana adanya peningkatan dari pengaruh Tiongkok di bidang telekomunikasi, bioteknologi, dan sektor penting lainnya yang strategis. 

Analis lain menggambarkannya bahwa QUAD sebagai aliansi militer baru, mengingat juga adanya keterlibatan QUAD dalam perundingan keamanan maritim dan latihan angkatan laut gabungan  di Laut Arab Utara dan Teluk Benggala. Wang Ji, dari Kementerian Luar Negeri Tiongkok melihat QUAD sebagai gambaran NATO yang baru.

Sedangkan kehadiran AUKUS bertujuan untuk memperkuat kemampuan semua pemerintah dalam mendukung kepentingan keamanan dan pertahanan dengan membangun hubungan bilateral jangka panjang dan berkelanjutan. AUKUS  mendorong pertukaran informasi dan teknologi yang lebih mendalam. 

Mempromosikan integrasi  lebih dalam ilmu pengetahuan, teknologi, infrastruktur industri, dan rantai pasokan yang berkaitan dengan keamanan dan pertahanan. 

Pengumuman ini memulai periode konsultasi tripartit selama 18 bulan dengan dua prioritas yang saling terkait. Komitmen pertama di bawah AUKUS adalah komitmen untuk membantu Australia dalam memperoleh kapal selam  nuklir untuk Angkatan Laut Kerajaan Australia. 

Inisiatif kedua bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bersama dan interoperabilitas, dengan fokus pada kemampuan siber, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan kemampuan bawah laut tambahan.

Tantangan ASEAN yang utama akibat dari pembentukan AUKUS dan QUAD dalam menyaingi pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik yakni adanya ancaman dari perpecahan persatuan regional ASEAN menjadi dua bagian yakni pro Tiongkok dan pro Amerika Serikat (AUKUS dan QUAD).

dimana perpecahan pandangan antar negara-negara ASEAN menjadi cermin bahwa ASEAN dalam bahaya. Kemungkinan perpecahan ini sangat mengancam sentralitas ASEAN karena perpecahan dapat menimbulkan disrupsi bagi pembangunan di kawasan Indo-Pasifik. 

Hal ini juga bisa melemahkan peran ASEAN sebagai platform utama dialog dan kerja sama keamanan di kawasan, karena negara-negara anggota ASEAN cenderung memilih jalur bilateral atau bergabung dengan aliansi yang menawarkan dukungan militer. 

Selain itu kehadiran QUAD sebagai platfrom dialog bidang keamanan dan pertahanan di kawasan, ehingga terjadi dua pintu dalam memfasilitasi dialog keamanan kawasan.

 Dimana apabila sampai terjadi polarisasi pandangan dan dukungan keamanan pada eskalasi persaingan Tiongkok dan Amerika Serikat yang semakin mengerucut di kawasan Indo-pasifik. Hal ini berpeluang membuat terulangnya peta geopolitik di kawasan Asia Tenggara menjadi arena pertarungan seperti pada masa Perang Dingin maka akan sangat mungkin terjadi. 

Ketiadaan respons kolektif dari ASEAN sebagai organisasi regional terhadap fenomena AUKUS dan QUAD menjadi bukti konkrit bahwa ketiadaan kesamaan pandangan dan dukungan yang hadir dari negara-negara anggota ASEAN. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman besar bagi sentralitas ASEAN di kawasan Indo-Pasifik. 

Negara-negara ASEAN harus memiliki pandangan untuk dapat memperbesar investasi luar negerinya ke dalam ASEAN dalam bidang pertahanan dan menghindari kecondongan kepada Tiongkok, AUKUS dan QUAD. 

Hal ini guna mencegah semakin absolutnya peran AUKUS dan QUAD yang ingin membatasi pengaruh dan dominasi Tiongkok di kawasan. Hal tersebut kemudian dapat menjadi ancaman bagi sentralitas bahkan keamanan bagi regional kawasan ASEAN.

Pembentukan AUKUS sebagai sebuah pakta pertahanan keamanan di kawasan Indo-Pasifik diyakini akan berdampak terhadap negara--negara sekitar kawasan. Beberapa negara yang berada kawasan Indo-Pasifik juga telah memberikan respon pro maupun kontra atas terbentuknya AUKUS. 

Dimana bahkan Tiongkok merasa bahwa Amerika Serikat dan sekutunya ingin membatasi aktifitas di kawasan Indo-pasifik. Negara-negara ASEAN telah memberikan respon mendukung serta respon menentang atas pakta AUKUS tersebut. 

Pihak yang mendukung AUKUS terdapat beberapa negara ASEAN yakni Singapura, Filipina, dan Vietnam yang menyambut baik dan mendukung bahwa terbentuknya pakta AUKUS dapat menciptakan kestabilan kawasan, perdamaian serta kerja sama keamanan dalam mengurangi pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. 

AUKUS juga kemudian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian di kawasan dan dapat menjadi sekutu dalam menghadapi ancaman dan tantangan keamanan di kawasan Indo-Pasifik. 

Disisi lain, beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Kamboja, Laos dan Malaysia menunjukan kecenderungan kedekatan kepada Tiongkok sebagai negara yang menolak atas pakta keamanan AUKUS dan QUAD. Negara tersebut memandang bahwa akan ada probabilitas terjadinya perlombaan senjata atas kerjasama transformasi teknologi nuklir yang dilakukan oleh Australia, Amerika Serikat, serta Inggris. 

Selain itu sentimen yang timbul dari sudut pandang Tiongkok atas campur tangan AS dan sekutunya dapat menimbulkan eskalasi geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. 

Hal tersebut menjadi kekhawatiran negara yang kontra terhadap AUKUS dan QUAD dengan memandang bahwa pakta keamanan trilateral tersebut akan memicu kekuatan lain untuk bertindak secara agresif sehingga dapat berimplikasi terhadap konflik kawasan. 

Hal tersebut juga didukung kuat oleh adanya kekhawatiran negara-negara kawasan terhadap pengabaian terhadap komitmen karena dinilai melanggar perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT). 

Sedangkan negara-negara ASEAN lain memilih untuk neteral seperti Thailand, Brunei, dan Myanmar. Dimana Thailand memilih untuk tetap di zona abu-abu karena Thailand memiliki hubungan yang dekat baik dengan Tiongkok maupun AS dan Brunei berpandang bahwa kawasan Indo-Pasifik dapat menghindari eskalasi konflik dengan memperkuat sentralitas ASEAN dan Myanmar hingga saat ini masih berfokus pada politik dalam negerinya yang belum mencapai kestabilan.

Polarisasi anggota ASEAN dalam fenomena kehadiran AUKUS dan QUAD memang tidak bisa dihindari dikarenakan adanya prinsip non intervensi antar anggota ASEAN. Ditambah lagi dengan kurangnya otoritas ASEAN terhadap anggotanya yang membuat keputusan ASEAN terhadap fenomena kehadiran AUKUS dan QUAD sulit diambil meskipun adanya kemungkinan memanasnya geopolitik dengan Tiongkok di kawasan indo-pasifik dan menyebarnya penggunaan nuklir di bidang keamanan kawasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun