Semasa kecil, seseorang diajarkan dan dibina untuk menjadi seorang warga negara yang baik, dengan memperkenalkan Pancasila, Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, Kewarganegaraan, dan mereka mempraktikan semuanya dalam kehidupan keseharian mereka. Sejak di sekolah dasar dan duduk di perguruan tinggi, kita tidak pernah lepas dengan adanya mata ajar Kewarganegaraan.
Kita selalu diingatkan untuk mengamalkan setiap butir Pancasila walaupun dalam tindakan kecil. Kita selalu dibangkitkan semangat oleh para pembimbing kita. Semangat juang dan semangat menjadi seorang warga negara yang sejati, yang bukan hanya dalam catatan resmi saja.
Sebagai generasi muda yang sangat diharapkan membawa perubahan bangsa ke masa depan yang lebih cerah, banyak sekali godaan dan tantangan dalam menjalani hidup remaja menuju dewasa dan akhirnya menyadari betapa pentingnya dan betapa diharapkannya kita untuk menjadi sosok yang dapat membawa pencerahan bagi negeri ini.
Kita selalu ingat ketika duduk di bangku sekolah dasar dan mungkin sampai kita umur sekarang ini, betapa semangat dan antusiasnya kita dalam mengungkapkan keinginan dan cita – cita kita. Betapa kita ingin membanggakan diri kita sendiri, keluarga, bangsa, dan agama. betapa inginnya kita melakukan perubahan walaupun dari langkah kecil dan mungkin orang lain belum tentu dapat menghargai usaha kecil kita.
Dalam perjalanan hidup dimulai dari masa anak – anak dan menuju fase remaja adalah masa – masa dimana kita mulai semakin penasaran dengan dunia luar, dengan pengaruh iptek. Kita mulai bimbang dengan semangat yang telah kita kobarkan dengan tangguhnya.
Dalam fase ini kita merasa ingin sedikit melepas beban kita, sedikit ingin bersenang – senang, merasakan dan mulai mengikuti perkembangan teknologi, pengaruh gaya hidup dunia luar. Kita merasa sedikit bebas dan mulai melupakan tujuan hidup kita.
Dititik ini banyak yang semakin terpengaruh dan akhirnya benar – benar terjerumus kedalam arus globalisasi tanpa memfilter terlebih dahulu. Namun tak sedikit pula yang kembali dan tetap sadar akan tujuan dan semangat hidup kita dalam mengemban tugas dan menjadikan kita sebagai warga negara yang berguna.
Sedangkan teman – teman kita sedang asyik dan menikmati kehidupan bebas mereka dan melupakan semangat nasionalisme mereka, kita harus kembali membangkitkan kembali jiwa nasionalisme yang dulu pernah mengalir dalam darah kita. Kita berusaha sebaik mungkin untuk melakukan perubahan – perubahan kecil.
Kemudian kita menjadi seorang mahasiswa. Menjadi seorang siswa tingkat tinggi, menjadi seorang murid yang memiliki kesadaran dan intelektualitas yang lebih daripada adik – adik kelas kita yang masih duduk dibangku sekolah.
Menjadi seorang mahasiswa adalah seperti seorang kakak tertua bagi para murid yang masih duduk dibangku sekolah, menjadi seorang yang mampu dan lebih sadar akan kehidupan dan lebih kritis dalam menghadapi polemik yang berkecamuk di negeri ini.
Kita harus membantu untuk membangkitkan rasa nasionalisme yang mulai menurun dikalangan generasi muda. Kita harus mengajak dan membina para adik – adik untuk tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa ini untuk mencapai kemerdekaannya. Mengajak untuk tidak terlalu terhanyut dalam euforia dan kesenangan sesaat saja.
Sebagai seorang mahasiswa memiliki beban dan tanggung jawab yang semakin besar. Kita dituntut untuk menjadi seorang yang berpikir kritis dan aktif dalam setiap kesempatan yang ada. Menjadi seorang mahasiswa yang memiliki intelektualitas yang tinggi dan mampu mengajak teman – temannya untuk berpikir positif dan aktif.
Kita tahu masyarakat mulai meragukan keintelektualitas seorang mahasiswa, karena kesalahan dari diri kita sendiri yang membiarkan diri kita terpancar sebagai sekelompok remaja dewasa yang egois, yang semakin terhanyut dengan gaya hidup Dunia Barat, dan hanya sekedar menyandang gelar ‘mahasiswa’ tanpa ada pencitraan yang baik dalam diri kita.
Kita lihat teman – teman kita yang melakukan orasi yang berujung kepada kerusuhan dan kekacauan massal. Terjadi bentrokan dengan polisi atau aparat militer lainnya, atau dengan masyarakat setempat.
Kita sadar kita memiliki tujuan yang mulia dalam melakukan orasi tersebut, kita hendak menyampaikan aspirasi masyarakat kepada para pemimpin. Namun, janganlah kita terbangkitkan emosi dan egoism kita sendiri sehingga menimbulkan kekacauan dan kerusuhan yang dapat mencelakai teman – teman kita, dan juga orang lain.
Dari kejadian – kejadian yang terjadi selama ini, kita haruslah sadar. Untuk menjadi seorang warga negara yang baik, kita harus memiliki rasa nasionalisme yang kuat namun tidak menimbulkan kekacauan ataupun kekerasan dalam orasi atau unjuk rasa yang kita lakukan.
Sebagai mahasiswa kita menjadi wadah dalam menampung aspirasi rakyat, kita harus menjadi pendengar dan menjadi penyampai yang baik kepada para pemimpin agar orasi kita dapat didengar dengan baik.
Peran mahasiswa sebagai warga negara yang baik adalah kita sebagai calon – calon pemimpin yang akan melakukan hal – hal positif yang membangun bangsa, menjadikan diri kita sebagai pembimbing dan sahabat yang baik untuk masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya. Kita sebagai pembawa pesan dan aspirasi masyarakat.
Sebagai warga negara kita harus berjuang keras dalam membangkitkan kembali citra baik sebagai mahasiswa, membangkitkan kembali rasa nasionalisme seluruh anak negeri dan generasi muda untuk menjadi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini ke kemajuan dan menjadi bangsa yang memiliki intelektualitas, jujur, dan jauh dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Kita tidak ingin melupakan dan meninggalkan teman – teman kita yang semakin terhanyut dalam kehidupan bebas mereka. Kita ingin seluruh generasi muda bersatu dan saling bahu – membahu dalam menyelamatkan bangsa kita yang semakin terpuruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H