Mohon tunggu...
Aryo Darpito
Aryo Darpito Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Haloo! Aku Aryo. Penulis yang suka jalan-jalan sambil foto-foto. Sembari nulis, sembari motret.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membangun Kerukunan Menuju Pemilu 2024

24 Maret 2024   14:15 Diperbarui: 24 Maret 2024   14:29 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pengantar

   Kehidupan bersama tidak bisa lepas dari sebuah dialog. Dialog hadir sebagai unsur penting. Dalam menyatukan perbedaan yang dapat memecah belah, dialog sangat diperlukan demi menjaga keutuhan bangsa dan bernegara.

   Menghadapi pemilu 2024, dialog antar umat beragama semakin gencar dilakukan. Saya  mengambil artikel dari situs berita Detik. Berita tersebut sangat jelas bagaimana pesan kerukunan terus digalakkan. Dengan kerukunan, maka kesatuan NKRI dapat senantiasa terjaga dan sikap patriotisme akan mengakar kuat pada tiap pribadi.

Kerukunan bersama, proses panjang yang tidak terelakkan

   Kerukunan antar umat beragama telah melewati proses panjang. Tidak mudah dalam perjalanannya. Konflik karena perbedaan ini pun tidak pernah absen. 

   Indonesia lahir dari masyarakat yang beragam. Ragam agama, ragam suku, dan ragam persepsi. Bukan berarti perbedaan itu tidak bisa disatukan. Kesadaran dan niat untuk menyatukan bangsa sebagai satu kesatuan menjadi landasan kuat dalam masyarakat yang pluralis.

   Keterbukaan antar pribadi menjadi hal vital dalam dialog. Tanpa keterbukaan, sulit untuk memahami apa yang menjadi kebutuhan bersama. Ketika dialog dimulai dari hati bahwa dialog akan menghantar pada kedamaian berelasi, hasil yang baik tentu akan mengikuti niat awal tadi. Dengan hadirnya keterbukaan inilah kerukunan tercipta dan berkelanjutan.

   Masalah yang kini dihadapi adalah kuatnya sifat primordialisme dan individualisme. Walau hidup dalam masyarakat yang pluralis, bukan berarti kerukunan dapat terjadi begitu saja. Karena kuatnya sifat primordialisme inilah yang menjadi titel kerukunan ternodai. 

   Sifat individualisme juga perlu menjadi catatan.

   Saya melihat bahwa kompetisi teknologi tak pernah habis. Dengan gawai di tangan, orang dapat menjadi acuh tak acuh kepada sekitarnya. Waktunya habis dengan bersosialisasi dalam dunia persegi panjang dengan orang-orang yang tidak diketahui nama dan latar belakangnya.

   Kesamaan nasib kiranya menjadi prioritas. Sadar bahwa kita berada dalam ideologi dan atmosfer yang sama, yaitu Pancasila, dapat mengokohkan kesatuan dan kerukunan yang kini terus dibangun untuk menciptakan kondisi politik yang stabil menuju pemilu 2024 mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun