Pengantar
Sejak tahun 2011 hingga awal tahun 2021, kita berada dalam Industri 4.0, Cyber-Physical System. Istilah Industry 4.0 pertama kali digunakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya, dengan bantuan teknologi. Mengutip dari laman Forbes, revolusi industri generasi keempat dapat diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan AI.Â
Kini kita memasuki era Industri 5.0 Society. Istilah ini populer pada 21 Januari 2021, sebagai resolusi perkembangan atas revolusi industri 4.0. Era ini adalah sebagai penyempurnaan dari industri 1.0 hingga 4.0 yang mengintegrasikan jaringan masyarakat untuk mendalami dan menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat secara real time dan mudah diakses dengan IoT (Internet of Things)  dan AI (Artificial Intelligence).Â
Singkatnya, era ini sebagai ajang untuk pelayanan dan akses untuk pemecahan masalah menjadi lebih sederhana dan mewujudkan kehidupan yang nyaman dalam konektivitas dan produktivitas  masyarakat.Â
Terang Kebijaksanaan Menerangi Jalan Pengetahuan
Sistem yang begitu kompleks dan keberdayaan serta keberadaan manusia yang semakin plural akan mempengaruhi konektivitas dari kehidupan sosial masyarakat. Walau kita memasuki era industri 5.0 yang "menawarkan" begitu banyak alternatif kemudahan dalam menyelesaikan satu hal, tentu saja masih perlu adanya pemahaman yang akan membawa pada pembenahan-pembenahan dalam terang kebijaksanaan.Â
Berjalannya era 5.0 yang kurang lebih sudah berlangsung selama kurang lebih 1,5 tahun ini sudah banyak menghasilkan banyak perubahan positif. Kemudahan akses hampir semua khalayak merasakannya. Dalam kondisi pandemi COVID-19 yang telah berlalu, dengan penggunaan metode virtual, masalah teknis dipastikan dapat terjadi tetapi dapat dikelola  dengan  baik  ketika  pengguna  telah  menjadi lebih  akrab  dengan  antarmuka virtual. Tantangan utama dari platform (Work from home) WFH atau School From Home (SFH) ini terletak pada kesediaan pengguna untuk merangkul teknologi ini.Â
Seringkali superioritas dari para pengguna teknologi menunjukkan bahwa mereka patut disanjung karena kemahiran dalam menggunakan teknologi, padahal dari kemahiran mereka semestinya dapat menjadi situasi yang edukatif bagi mereka yang belum menyentuh teknologi yang semakin pesat perkembangannya.
Hendaknya dalam menggunakannya dapat sebagai sarana yang menumbuhkan. Terang kebijaksanaan yang lahir dalam pengalaman-pengalaman inilah yang senantiasa memandu sarana-sarana ini menuju pada perkembangan dan pemberdayaan manusia ke arah solidaritas dan kekompakan yang saling memberi tumbuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI