Mohon tunggu...
Aryo Darpito
Aryo Darpito Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Haloo! Aku Aryo. Penulis yang suka jalan-jalan sambil foto-foto. Sembari nulis, sembari motret.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Manajemen Rasa Dalam Jadwal yang Padat

13 Februari 2024   15:39 Diperbarui: 13 Februari 2024   21:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

        Dalam proses mengenali dan memahami hal yang ingin kita kuasai perlu adanya sistem yang dapat membantu kita untuk sampai pada goals yang sudah ditentukan. Ketika sudah menentukan tujuan dari proses penguasaan materi yang kita butuhkan, ada sebuah sistem yang perlu dibangun dalam kelancaran menuju pada keberhasilan tujuan.

        Seiring berjalannya waktu,  kadangkala kita merasa bahwa sistem yang sudah kita bangun itu merupakan sistem yang sangat bagus, bahkan sistem itu diadaptasi dari influencer atau content creator yang sangat ahli di bidang itu. Dari perasaan "cukup puas" dengan melihat dan mengadaptasi sistem dari para expertise di bidangnya, kita akan merasa terbebani karena sistem yang mereka buat tidak sesuai dengan ranah atau gaya belajar kita.

 

Mengenali rasa

        Manusia terdiri dari IQ dan EQ yang mana keduanya harus seimbang dalam  keseharian. Jika hanya dominan di salah satunya, maka akan terjadi ketidakselarasan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam pengenalan akan lingkungan sekitar inilah yang akan membawa pada keseimbangan berpikir. Keseimbangan berpikir membawa pada pemahaman yang lebih mendalam dan bisa menjadi acuan untuk tindakan yang diambil. 

Melalui percobaan B.F Skinner dalam teorinya yang memiliki tajuk "Operant Conditioning Theory" yang memasukkan tikus ke dalam sebuah kotak yang mana kotak tersebut memiliki dua saklar, masing masing berwarna merah dan biru untuk si tikus dapat mengambil makanan. Ketika warna lampu sudah merah, maka tikus akan tersengat karena saklar yang disentuhnya memiliki daya listrik untuk "menghukum" si tikus. Teori ini berkaitan erat dengan konsep "reward and punishment."

        Mengenali rasa berarti mengenali lingkungan. Tidak hanya konsep diri, namun pengenalan akan sekitar melalui stimulus kita juga sangat diperlukan. Dengan mengenali sekitar, perilaku dan kebiasaan kita lambat laun akan mengikuti konteks tempat tersebut. Sikap adaptif inilah yang dapat membuat kita mengenali tipe belajar yang sesuai dengan diri dan selaras dengan lingkungan sekitar agar tidak menimbulkan hal yang menyimpang dari tujuan awal kita. Dengan begitu, persepsi dan sensasi yang kita bangun merupakan fondasi awal dalam perjalanan panjang menuju tujuan baik kita.

 

Tipe belajar menentukan prestasi belajar

        Kegagalan dalam belajar bukan murni dan sepenuhnya dari diri kita. Mungkin saja kita belum menemui tipe belajar yang sesuai dengan diri. Belajar itu sulit karena bisa jadi persepsi kita terhadap mata pelajaran tersebut sudah tidak baik, sehingga kita pun tidak merasa santai dan senang dalam mengikuti proses berlangsungnya pembelajaran. Dengan mengenali tipe belajar kita yang sesuai dengan kepribadian (personality) kita, maka kita akan dengan mudah sampai pada prestasi dan tujuan belajar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun