Mohon tunggu...
Ary Huruhara
Ary Huruhara Mohon Tunggu... -

ini lah hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menderita di Negeri yang Kaya Raya

25 Maret 2011   13:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan yang mengedepankan semangat dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak manusia, kemudian bermuara sebagai perwujudan rakyat yang sejahtera. Kalimat semakna juga kita temui di dalam visi dan misi Riau yangtertera didalam profil pemerintahan.

Sekilas jika mendengar nama Riau, yang terbayang di dalam benak orang-orang yang belum pernah datangdiprovinsi ini adalah kesejahteraan dankekayaan. Merupakananggapan yang wajar, karna di mataIndonesia, Riau adalah negri terkaya yang Bernaung dibawah kibaran Sang Saka.

Berbeda dengan kenyataan yangada, dibalik anggapan-anggapan dan pujian yang berlebihan terhap Riau sebagai negri yang kaya, masih ada warga riau yang belum sempat menikmati kejayaan dan kekayaan yang ada dinegri sendiri. Jelas diweb BPS tercatat 500,26 ribu jiwa masyarakat Riau yang masih hidup di dalam garis kemiskinan, mungkin juga sebuah hal yang wajar, apabila kekayaan dan kejayaan itu hanya di kuasai oleh orang-tertentu saja.

Pekanbaru merupakan ibu kota porvinsi riau, dan hampir di seteiap lampu merah jalan-jalan utamanya masih banyak kita temui anak-anak jalanan mangais rezeki dari kekayaan dan kesejahteraan yang di miliki orang-orang beruntung saja. Masih di sisi kota yang sama, sering kita mendengar keluhan-keluhan dari kaum-kaum yang tidak beruntung. Pertanyaan nya Apakah ketidak beruntunganitu pilahan hidup?, apa itu adalah nasib? Jawabannya tentu saja tidak, karena tidak ada satu orangpun yang menginginkan hal buruk dalam kehidupan mereka sendiri, dan jika itu nasib, setiap orang pasti mempunyai keinginan untuk merubah nasibnya kearah yang lebih baik. Tapi mungkin saja keinginan untuk mengubah nasib kearah yang lebih baik itu belum bisa terwujud, karena di Negara yang kita cintai ini keberuntungan dan kesempatan itu berdasarkan keluarga, bukan berdasarkan kemampuan dan usaha.

Kembaliberkaca ke sejarah lama, kita selaku orang yang tidak beruntung, hanya bias mengkritik tentang ketidak beruntungan yang kita miliki saja, sementara kita tidak punya kekuatan untuk menebus system-sistem keberuntungan kita, pertanyaan nya mengapa? Ya, tentu saja karna kita tidak memiliki keluarga yang mampu mengantarkan kita ke pintu keberuntungan perusahaan dan intansi Negara……….

Salam buat semua yangmerasa keberuntungannyaterjajah………….

Ary Huruhara (Azan zury )

081266126526

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun