Mohon tunggu...
Ari Kurniawati
Ari Kurniawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Simply complicated

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permulaan

28 Juli 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Being a geek stringer is never easy I guess. Percaya atau tidak seseorang harus memiliki lebih banyak dana dan waktu untuk bisa memotret dengan benar. Saya seorang pemula dalam dunia ini. Mulai melirik fotografi sejak awal kuliah pada 2008. Saya seorang mahasisiwi jurnalistik pada salah satu perguruan tinggi swasta di Jogjakarta. Memang dunia yang saya pelajari berhubungan erat dengan fotografi. Jika dalam dunia kewartawanan fotografi merupakan bagian dari berita yang mendukung tulisan seorang wartawan, maka dalam dunia seni foto adalah idealisme. Saya memiliki seorang teman fotografer yang sudah tujuh tahun bergelut dengan dunia ini. Menurut saya beliau sudah mumpuni dalam memotret, namun beliau tidak pernah merasa menjadi senior atau lebih pintar dari saya ataupun teman sejawat lainnya. Saya jadi ingat Darwis Triadi yang mengatakan bahwa tidak ada master dalam fotografi. Cukup masuk akal karena memang untuk memotret dengan baik saja kita harus memiliki sudut pandang, fokus dan momen yang bagus.Tidak hanya itu keahlian seseorang dalam memotret adalah hal paling utama.

Beberapa rekan fotografer mengatakan hal yang sama. Alat bukan hal utama dalam dunia fotografi. Kemampuan individu adalah modal utama. Sebagus apapun gear atau alat yang digunakan akan sia-sia jika tidak didukung dengan kemampuan individu. Saya sudah membuktikan teori ini. Saya memiliki teman dengan gear bagus. waktu itu kampus kami mengadakan diskusi kecil-kecilan dengan pejabat KAI dan kami kebagian jatah mendokumentasikan acara tersebut. Saya memakai digita pocket dengan spesifikasi minimal untuk uuran penggila fotografi sedangkan teman saya memakai eos ( saya tidak begitu memperhatikan spesifikasinya ),tapi saya yakin gearyang dia gunakan jauh diatas kemrra yang saya pegang. Setelah dicetak, eman panitia lain memprotes hasil jepretan taman saya itu. Mereka bilang tidak fokus, pokoknya jelek sedangkan foto-foto saya mendapat nilai lebih baik. Saya tidak bemaksud sombong atau apa. Namun fakta ini membenarkan teori tersebut.

Saya sering memotret dengan digital pocket. Hunting kecil-kecilan dengan memanfaatkan kebaikan seorang teman yang memiliki kamera dan suka dipotret. Dengan spesifikasi kamera sederhana, saya berusaha mendapatkan gambar yang bagus. Sulit memang namun saya jadi belajar lebih banyak tentang bagaimana mendapatkan hasil jepretan yang baik dengan alat sederhana. Fokus otomatis pada digital pocket tidak membantu saya mengasah kemampuan focusing, selain itu tidak adanya jendela bidik ( through dither lens ) membuat saya jadi tidak jeli dan akurat dalam mengambil gambar. Pembidik LCD pada digital pocket hanya memudahkan sesorang membuat komposisi gambar yang akan diambil namun tidak memberikan akurasi detil yang bagus. apalagi lensa yang digunakan pada kamera poket cenderung tidak bagus untuk penggila fotografi. Umumnya seorang fotografer menginginkan kualitas jepretan yang bagus dan hal ini hanya bisa diperoleh dengan lensa yang mumpuni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun