Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Prinsip Pertemanan Bebas Toxic

6 Oktober 2023   05:34 Diperbarui: 7 Oktober 2023   00:32 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan sehat | Sumber: www.freepik.com

Dalam satu seminar singkat yang penulis berikan kepada para mahasiswa/i terkait pertemanan, terlontar sebuah pertanyaan yang diberikan oleh beberapa mahasiswa/i. "Koko (panggilan untuk kakak versi Tionghoa yang biasa penulis gunakan agar selalu tampak muda haha) saya mau tanya, seharusnya lebih baik mana memilih dia sebagai teman atau pacar?"

Pertanyaan ini sangat tidak dapat dijawab langsung, maka penulis memberikan sebuah analogi agar penanya memahami kalau pertanyaannya tidak dapat dijawab. 

Penulis memberikan analogi, "kamu memilih naik kereta api sancaka atau gaya baru malang? Kalau mau berangkat naik kereta api?". Sang mahasiswi menjawab dengan kebingungan, "Saya dak bisa milih ko, karena saya bingung belum tahu kemana tujuannya".

Di sini penulis mengajak penanya dan mahasiswa lainnya untuk memahami bahwa sebuah hubungan pertemanan itu dimulai dengan sebuah tujuan, bukan memilih tipe pertemanan, sebagai teman saja atau pacar. Tujuan diletakan di awal agar kita tidak terjerumus dalam kebingungan atas pilihan. 

Untuk itu mulailah dengan merumuskan tujuan, "Saya ingin bersama dia untuk dapat membantu saya agar saya bisa menyelesaikan beberapa tugas kelompok". Tujuan ini jelas yaitu berteman sebagai teman dalam kerja kelompok.

Jika dalam perjalanan tujuan ini tercapai, dan kita ingin melanjutkan hubungan dengan tujuan yang lebih intim lagi silakan saja, asal semua berlandaskan tujuan kita dan teman kita sepakat.

Selanjutnya ada mahasiswi lain bertanya,"Ko di saat kita bersama circle atau kelompok kita, saya merasa tidak nyaman jika mereka mengajak pergi jalan, saya hanya nyaman kalau belajar bersama saja untuk menyelesaikan kerja kelompok. Kalau saya tidak ikut mereka, saya pasti dijauhi mereka padahal saya perlu mereka untuk kerja kelompok, saya harus bagaimana ya Ko?"

Sering sekali perjalanan pertemanan terbentur dengan keinginan yang tidak sejalan. Di sini berdasarkan pengalaman penulis baik pengalaman pribadi atau pengalaman dari klien penulis yang penulis terapi pikirannya, penulis menemukan bahwa kita lebih sering melukai diri kita sendiri dengan cara memaksa diri kita mengikuti maunya teman kita.

Kita lupa esensi dari pertemanan, yaitu sebuah relasi saling. Saling berbagi waktu, saling berbagi pengetahuan, saling berbagi perhatian, saling berbagi sayang, saling derma, dan saling lainnya. Jika pertemanan tidak terjadi hubungan saling maka itu bukan pertemanan tapi perbudakan.

Pertanyaan mahasiswi ini penulis jawab, "Apakah kamu sudah pernah mengatakan kepada mereka bahwa kamu tidak suka jalan-jalan, dan bukan berarti kamu tidak suka mereka?", "Belum, saya takut mereka nanti kesal dan akhirnya saya dengan hati yang tidak senang ikuti mereka jalan-jalan", ungkap sang mahasiswi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun