Mengapa ada siswa/i yang menyontek? Pertanyaan ini adalah pertanyaan klasik yang sering ditanyakan dan juga mengundang untuk diperhatikan sebab-musabab yang membuat seorang atau beberapa siswa/i melakukan perbuatan menyontek di saat mengerjakan tugas bahkan di saat ujian atau ulangan harian atau semesteran.
Di waktu memimpin sekolah, penulis merenungkan hal ini dan mengajak pikiran penulis kembali di saat penulis menjadi siswa dan sempat melakukan kegiatan menyontek.Â
Renungan itu memberikan penulis inspirasi waktu menjadi kepala sekolah untuk membuat para siswa/i untuk mengurangi kegiatan menyontek bahkan untuk membuat mereka mencintai hasil karya mereka sendiri tanpa harus menyontek.
Di saat pengenalan lingkungan sekolah, di awal hari tahun ajaran dimulai, penulis memberikan pembabaran kembali tentang filosofi pendidikan di sekolah yang penulis pimpin. Filosofi ini sudah penulis sampaikan di awal para siswa/i dan orangtua/wali siswa/i ketika mendaftar sebagai calon siswa/i di awal jenjang mereka. Namun guna memperkuat dan mempertajam arah pendidikan di sekolah yang penulis pimpin, penulis menuturkan kembali kepada para siswa/i dalam bentuk pemaparan.
Penulis memberikan skenario besar tentang hal yang kelak dialami para siswa/i selama bersekolah, hal apa saja yang akan ditempuh hingga capaian apa saja yang perlu dicapai agar dapat menjalankan persekolahan dan pembelajaran dengan lancar dan mencapai hasil gemilang untuk persiapan masa depan mereka.
Penulis dan dewan guru telah merapatkan materi penjelasan tentang filosofi pendidikan dan proses pendidikan yang kelak dijalankan oleh para siswa/i.Â
Kami sepakat bahwa pendidikan itu sebuah proses bukan hanya hasil akhir, namun proses adalah kekuatan yang membangun para siswa/i untuk mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor mereka.
Untuk itu, kata kunci sederhana ini kami sampaikan ke para siswa/i bahwa mereka perlu fokus untuk memahami, menjalani dan menyelesaikan proses pembelajaran. Proses diterjemahkan dalam bentuk aturan main dan tentu kriteria dalam penilaian laporan hasil belajar.
Penulis dan dewan guru sepakat nilai proses mendapat porsi terbesar daripada nilai akhir, waktu itu kami sepakat memberi porsi nilai proses sebesar 80% dan nilai akhir 20%. Hal ini berarti, nilai harian seperti kehadiran, kedisiplinan, kesigapan belajar, penyelesaian tugas, ulangan harian/mingguan, mendapat porsi 80%, dan untuk ujian akhir semester hanya 20% saja.
Nilai proses yang besar sebesar 80% memberikan kesempatan para siswa/i untuk menghargai kehadiran mereka, kedisiplinan mereka, penyelesaian tugas-tugas harian/mingguan mereka. Angka ijin, sakit, atau bahkan absen/tanpa keterangan menurun signifikan.Â