Sentak penulis terpancing untuk menulis hal ini. Suatu ketika di saat siang hari yang panas dan terik, seorang petugas parkir menerima uang parkiran sebesar Rp4.000,- (4K) dan langsung spontan menyampaikan,"Terima kasih, semoga dilimpahin berkah dan selamat".
Cukup mudah sekali cara petugas parkir ini memberikan ucapan syukur atas upah yang ia terima hari itu. Ia tidak perlu berpikir panjang untuk berterima kasih dan mendoakan orang lain yang memberinya upah, secara spontan saja ia langsung mengapresiasi upah yang diterima tanpa basa-basi.
Hal ini mungkin sulit sekali dilakukan mereka yang memiliki upah lebih dari Rp4K atau bahkan lebih dari Rp4.000.000,-(4.000K). Penulis menemukan rekan kerja penulis yang masih saja sulit menerima dan mengucapkan terima kasih atas upah yang diterimanya, bahkan ada saja rekan kerja yang menyampaikan kata-kata yang tidak pantas atas upah yang diterima dengan beragam alasan. Mereka ini mungkin belum bertemu dengan petugas parkir yang memiliki pikiran yang mudah berterima kasih dan mudah bahagia.
Nilai rupiah yang kecil atau besar ternyata memang bukan ukuran yang menentukan tingkat kebahagiaan kita. Namun malangnya nilai rupiah ini berbanding terbalik dengan nilai kebahagiaan. Semakin rupiah didapat banyak, semakin sedikit kebahagiaan yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini memang belum berlaku untuk semua orang, namun hal ini sepertinya telah menjadi pola gaya hidup masyarakat modern yang sudah menjauh dari dasar tujuan hidup mereka.
Mengapa petugas parkir dengan uang Rp4K yang diterima mudah bahagia dibandingkan orang yang bekerja dengan pendapatan lebih dari Rp4.000K masih sulit berterima kasih? Salah satu kemungkinan sebabnya adalah karena petugas parkir merasa cukup untuk uang yang diterima, sedangkan mereka yang berpendapatan lebih banyak ini selalu merasa kurang.
Rasa cukup itu menjadi penting untuk memudahkan kita untuk berterima kasih atas segala yang kita miliki, namun rasa kurang puas selalu menjadi bahan bakar untuk membuat kita terus terbakar atas keserakahan yang berujung sulit untuk berterima kasih dan sulit bahagia.
Mengapa kita sulit puas dengan hal yang kita miliki? Salah satu jawabannya karena kita sering menggunakan perbandingan dalam hidup ini. Kita sering membandingkan kekurangan kita dengan kelebihan orang lain. Kita melihat ke dalam diri kita selalu kurang dan kurang, sehingga kita mudah sekali menjauh dari kepuasan. Kita mencari pujian melalui kepemilikan yang kita punyai, dan kita menjauhi cercaaan atas ketidakpunyaan kita.
Petugas parkir ini hadir untuk kembali mengingatkan kita bahwa cara untuk menjadi mudah berterima kasih dan menjadi bahagia adalah cukup dengan merasa puas atas hal yang diperoleh  bukan karena berapa besar yang kita peroleh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H