Memimipin adalah sebuah pekerjaan yang cukup sulit dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka yang berani mengambil tugas sebagai pemimpin tentu mereka yang seharusnya sudah tuntas dengan diri mereka dalam arti mereka perlu memiliki mental berkelimpahan. Namun jika pemimpin masih memiliki 'PR' batin yang belum tuntas, maka kepemimpinan mereka akan mengarah ke pencitraan semata kosong makna dan jauh dari pengabdian serta hanya pemuasan nafsu kekuasaan saja.
Seorang yang memainkan peran sebagai pemimpin memang perlu dilihat rekam jejaknya sejak ia di lahirkan hingga ia tumbuh dan berkembang hari ini. Rekam jejak itu penting diketahui mulai dari bagaimana ia berperilaku di rumahnya, di lingkungannya, di tempat ia berkarya, dan tentu selama ia bermasyrakat. Rekam jejak itu menjadi DNA pemimpin untuk memberikan gambaran siapa ia sebenarnya. Watak atau karakteristik pemimpin tidaklah dapat terjadi dalam satu malam, namun terjadi dan berproses secara berlanjut dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Mungkin saja seorang calon pemimpin ketika dilakukan tes tertulis atau wawancara mendapat score tinggi dan terkategori sebagai pemimpin yang unggul, namun ketika mereka memimpin belumlah tentu mereka dapat menunjukkan hasil seunggul hasil tes yang mereka lalui sebelumnya.
Aspek kehidupan itu tidak mono aspek, namun multi aspek. Hal ini berarti kita tidak dapat melihat calon pemimpin karena mereka lulus tes tertulis atau wawancara saja, atau karena mereka tersohor banyak dibicarakan orang, atau karena mereka dari keluarga terpandang, atau karena mereka terlihat rajin beribadah, atau karena mereka terlihat baik dalam berkataa-kata, atau karena mereka tampak gagah dan lainnya. Jika kita berpulang ke ranah pendidikan, minimal kita menemukan 3 aspek penting yang dapat menjadi acuan penilaian seorang murid yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan menyimpan, mengelola data atau informasi dan menyajikannya. Aspek afektif meliputi kemampuan pengelolaan rasa, emosi, kepekaan terhadap diri dan orang lain, moralitas. Aspek psikomotor berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang diwujudkan dalam kreativitas, penerapan dari pengelolaan data dan informasi dalam bentuk tindakan.
Multi aspek ini menjadi takaran yang perlu diperhatikan agar para pemimpin yang memimpin kita dapat dinilai dari banyak aspek, bukan hanya dari satu atau dua aspek saja. Pemahaman multi aspek ini memberikan kita panduan yang jelas bahwa memilih pemimpin tidak dapat hanya melihatnya atau mendengarnya atau bersamanya hanya dalam 1 atau 2 hari, atau 1 minggu saja. Namun perlu memahaminya sejak mereka mulai tumbuh dan berkembang di masa-masa emas mereka khususnya ketika mereka sudah memiliki kartu identitas penduduk.
Keberhasilan di masa lalu pun dapat menjadi acuan yang baik dalam menakar calon pemimpin. Bagaimana mereka menjadi pemimpin di suatu lembaga atau instansi atau di organisasi sebelumnya serta seperti apa hasil yang dicapai dapat menjadi takaran yang baik untuk memahami aspek-aspek yang dimiliki oleh pemimpin.
Takaran lainnya yang dapat kita gunakan untuk melihat kualitas kepemimpinan seseorang adalah rasa kerelaannya dalam mengorbankan waktunya, materinya, perhatiannya serta kehidupannya untuk orang banyak. Kerelaan menjadi bagian terpenting dari seorang pemimpin, apakah ia banyak mendengar atau bicara, banyak bertindak atau hanya berencana, banyak mengevaluasi atau hanya menyalahkan lingkungan, banyak berbagi atau banyak meminta.
Gaya hidup pemimpin pun dapat menjadi takaran berikutnya apakah ia hidup sederhana, menggunakan materi yang ia miliki untuk memenuhi kebutuhannya, tidak menonjolkan kemewahan di saat pengikutnya sedang dalam kesulitan. Hidup sederhana ini menjadi cerminan cara berpikir seseorang. Pemimpin yang hidup sederhana memiliki peluang besar untuk bebas korupsi, bebas manipulasi serta bebas kolusi. Kesederhanaan atau prihatin membuat seseorang itu lebih dekat dengan alam semesta, tidak mudah untuk tergoda dengan kerakusan duniawi khususnya dalam menguasai harta-harta dunia. Oleh karena itu ia yang memilih hidup sederhana memberikan ia kekuatan untuk tidak mudah terjerumus dalam keserakahan duniawi.
Takaran lain untuk memilih seorang pemimpin adalah siapa yang bersama mereka. Jika mereka berkeluarga bagaimana perilaku suami atau istrinya, bagaimana anaknya. Jika mereka belum berkeluarga siapa teman terdekatnya. Radius relasi terdekat ini pun penting untuk diperhatikan. Hal ini karena kehidupan pemimpin sangat dipengaruhi oleh radius relasi terdekat ini. Walau pengaruh ini tidak langsung tetapi cukup memberikan dampak kepemimpinan. Sudah banyak contoh bagaimana pemimpin yang tersandung kasus kriminal disebabkan oleh radius relasi terdekatnya, yaitu anak, istri atau suami.
Demikian takaran-takaran yang penting menurut penulis untuk diusik dan dijadikan panduan memilih pemimpin di masa depan. Dalam takaran yang penulis tuliskan ini tidak terkait dengan gaya kepemimpinan masing-masing pemimpin, karena gaya kepemimpinan itu adalah seni kepemimpinan dari para pemimpin masing-masing. Menurut hemat penulis, yang penting itu untuk memilih pemimpin itu adalah bukan dari gaya kepemimpinannya namun lebih kepada takaran-takaran yang telah disampaikan di atas. Untuk anda yang saat ini telah menjadi pemimpin namun belum memenuhi takaran-takaran di atas, anda dapat melakukan revolusi diri kehidupan anda. Rubahlah yang patut dirubah agar tugas anda sebagai pemimpin menjadi jalan spiritual anda menuju kehidupan yang berkualitas, bermartabat dan menunjang anda ke kehidupan esok yang lebih gemilang. Pemimpin itu bukanlah sebuah capaian tetapi sebuah tanggung jawab sebagai manusia yang dipercaya. Selamat memimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H