Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Interaksi Perkuat Daya Fokus Anak

11 April 2023   04:41 Diperbarui: 11 April 2023   04:46 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fokus yang cukup panjang sangat diperlukan seorang anak dalam menjalani proses pendidikan formal mereka. Semakin usia pendidikan anak bertambah semakin diperlukan daya fokus yang panjang. Oleh karenanya daya fokus pada anak perlu dikuatkan dan dilatih sejak dini.

Di masa ketika seorang anak terlahir di keluarga dengan berkecukupan harta dan benda, sering ditemukan anak-anak yang malah sulit fokus atau memiliki daya fokus yang lemah. Mengapa bisa terjadi? Beberapa pengamatan yang penulis lakukan, sebagian dikarenakan terlalu mudahnya sang anak mendapatkan pilihan yang mereka hendaki seperti beragam mainan hingga beragam video dan game elektronik yang mudah mereka dapat dalam satu gawai.

Lihat saja, ketika anak-anak dari keluarga berada ini jika sedang makan di sebuah restoran atau sedang menunggu apapun dalam kegiatan bersama orangtua mereka, anak-anak ini sudah dipersenjatai dengan alat anti ribet dan anti rewel yaitu gawai. Alat ini dengan mudah dioperasikan dan mengalihkan perhatian sang anak ke dunia virtual yang ditawarkan sang gawai.

Sekilas kita dapat mengira, bahwa anak-anak ini sangat fokus dengan tampilan yang ada di gawai mereka. Namun jika kita selami lebih jauh, banyak sekali tampilan video atau game yang ada di gawai yang memendekan fokus sang anak. Lihat saja betapa perubahan antar satu scene ke scene lainnya itu terjadi sangat cepat mungkin jika kita hitung kurang lebih bisa di bawah 1/10 detik. Kecepatan perubahan scene ini memicu kerja syaraf mata untuk bekerja cepat, daya akomodasi dan sirkuit kelistrikan otak terpaksa kerja dengan cepat, alhasil membuat anak mudah kelelahan baik secara fisik maupun mental.

Lihat saja dampak dari gawai yang digunakan seorang anak di antaranya anak mudah bosan, mudah juga untuk ngambek, marah, dan drama emosi negatif lainnya. Apakah para orangtua yang memberikan gawai ke anaknya sudah memahami dampak ini? Belum lagi hal lain yang lumpuh ketika anak diberi gawai sejak dini adalah ketrampilan orangtua untuk berinteraksi dan mengoptimalkan kualitas waktu bersama anaknya menjadi minim. Kelemahan interaksi ini memberi dampak yang panjang untuk penguatan daya kemanusiaan sang anak seperti kepedulian, perhatian, rasa sayang, kepekaan emosi, daya juang, kepemimpinan dan lainnya.

Memang membuat anak diam dalam waktu yang lama itu sulit, sudah sewajarnya anak itu sulit diam di usia awal mereka. Namun kita dapat berlatih mendiamkan mereka dengan kepedulian kita, misalnya kita dapat bangun kepercayaan diri mereka dengan membuat permainan sederhana di saat menunggu, bercerita cerita singkat yang membangun karakter, mengenalkan objek-objek yang dekat dengan mereka, menjelaskan tempat mereka berada, memeluknya hingga merangkul tangannya agar ia nyaman. Jika anak masih belum tenang, kita bisa ajak ia jalan-jalan jarak pendek di sekitar lokasi menunggu, juga bisa melihat bagaimana orang-orang bekerja menyiapkan makanan atau lainnya. Kreativitas orangtua akan semakin berkembang jika kita berhenti menggunakan gawai untuk mendiamkan anak kita, dan tentu anak kita akan tumbuh berkembang lebih baik khususnya di daya fokusnya.

Mari kita latih diri kita untuk mau bekerja lebih cerdas dan berdaya guna agar anak kita dapat berkembang dengan optimal di masa golden agenya, perkuat interaksi kita dengan anak kita dan kurangi atau bahkan stop gunakan gawai untuk sang buah hati, ijinkan ia bersama kita sepanjang waktu yang dapat kita berikan kepadanya, sehingga daya fokus mereka tinggi serta mereka pun merasakan kebahagiaan bersama kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun