Bekasi, - Museum yang terletak di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat ini merupakan gedung yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Dengan hanya perlu membayar sebesar Rp.5.000,00, anda bisa menikmati keseluruhan isi dari museum ini. Mulai dari sejarah awal terbentuknya, jenis-jenis uang, sejarah Krisis Moneter, hingga sejarah Bank Syariah. Bahkan, anda tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya jika membawa kartu pelajar/kartu mahasiswa.
Pada awalnya, bangunan ini merupakan bangunan bekas rumah sakit (Binnen Hospital) yang digunakan oleh De Javasche Bank pada tahun 1828. Lalu, pada tahun 1910 dibangunlah kantor pusat De Javasche Bank yang kemudian di beli sahamnya oleh pihak Bank Indonesia pada 1951.
"Kalau barang-barang peninggalannya kan banyak, ya. Misalnya ada uang-uang hasil peninggalan sejarah, dari zaman kerajaan, Belanda, dan juga Jepang. Kerajaannya pun kerajaan yang berada di Nusantara," ujar Randi pada Sabtu (16/9/2023).
Begitu masuk, mata anda akan langsung disambut oleh keindahan dari arsitektur yang menakjubkan pada tiap-tiap ruangan. Ada juga patung-patung dan juga foto beserta deskripsi yang berisi sejarah singkat tentang proses berdirinya De Javasche Bank.
Selain itu, museum ini juga memiliki bagian ikonik di dalamnya, yaitu pada bagian koleksi uang. Terdapat koleksi uang mulai dari zaman kerajaan di Nusantara, Belanda, hingga Jepang. Selain itu, ada juga berbagai jenis mata uang dari berbagai negara yang ditampilkan di dalamnya.
"Lalu bagian yang ikonik dari museum ini yaitu pada Ruang Numismatik. Jadi, pengunjung bisa bernostalgia untuk melihat koleksi uang-uang di zaman dahulu. Seperti pada zaman kerajaan, Jepang, Belanda, maupun zaman setelah kemerdekaan RI dan itu yang menjadi favorit di museum ini," kata Randi.
Menariknya lagi, di museum ini juga terdapat beberapa replika emas seberat 13.5 kg yang dipajang sebagai gambaran tentang cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia berupa emas.
"Kalau untuk emas itu replika, tapi tetap ada yang asli. Emas aslinya sekarang disimpan di Bank Indonesia pusat," kata Randi.
"Untuk uang, semuanya asli. Semua yang ditampilkan merupakan uang asli dari zaman kerajaan Nusantara, Belanda, hingga Jepang. Kalau untuk mesin cetak, kita asli sumbangan dari PERURI (Perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia)," lanjutnya.