Mohon tunggu...
Arya Satya Rojikan
Arya Satya Rojikan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya suka dengan pergaulan yang baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Energi Ramah Lingkungan untuk Transportasi, Menuju Kehidupan Masa Depan yang Berkelanjutan

4 September 2024   13:57 Diperbarui: 4 September 2024   14:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Latar Belakang

Transportasi memainkan peran penting dalam mendukung ekonomi global, menyediakan mobilitas dan konektivitas antar wilayah. Namun, sektor ini juga bertanggung jawab atas sekitar 25% dari total emisi gas rumah kaca yang terkait dengan energi, yang mempercepat perubahan iklim (International Energy Agency [IEA], 2021). Penggunaan bahan bakar fosil yang mendominasi sektor transportasi menjadi salah satu penyebab utama krisis iklim global. Selain dampak iklim, polusi udara yang dihasilkan dari transportasi juga berkontribusi terhadap masalah kesehatan masyarakat, seperti peningkatan kasus penyakit pernapasan dan kardiovaskular (World Health Organization [WHO], 2021).

Dalam konteks ini, Sustainable Development Goal (SDG) 7, yang berfokus pada akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua, menjadi sangat relevan. Mengalihkan sektor transportasi dari bahan bakar fosil menuju energi bersih seperti listrik dan hidrogen adalah langkah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, memperbaiki kualitas udara, dan mendukung tujuan keberlanjutan global. Energi bersih untuk transportasi juga berperan penting dalam mencapai target netralitas karbon di banyak negara pada pertengahan abad ini.

Percepatan perpindahan penduduk dan pertumbuhan populasi dunia telah meningkatkan permintaan akan transportasi. Pada saat yang sama, semakin mendesaknya isu perubahan iklim menuntut adanya perubahan besar dalam cara energi digunakan di sektor transportasi. Saat ini, sektor transportasi berbasis bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon yang signifikan, memperburuk krisis lingkungan global (IEA, 2021). Karena itu, perbuhan menuju energi bersih menjadi salah satu prioritas utama dalam upaya mencapai tujuan keberlanjutan, termasuk SDG 7.

Pembahasan Isu

Salah satu tantangan utama dalam perubahan ke energi bersih di sektor transportasi adalah infrastruktur yang tidak memadai untuk mendukung kendaraan listrik dan hidrogen. Di banyak negara, stasiun pengisian daya kendaraan listrik masih terbatas, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Hal ini menghambat adopsi kendaraan listrik secara luas, meskipun biaya kepemilikan jangka panjang dari kendaraan listrik sering kali lebih rendah daripada kendaraan berbahan bakar fosil (IEA, 2021).

Selain itu, meskipun kendaraan listrik dan hidrogen dianggap sebagai solusi masa depan, harga awal yang tinggi masih menjadi kendala bagi banyak konsumen. Meskipun biaya produksi baterai untuk kendaraan listrik telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, harga kendaraan listrik masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil (BloombergNEF, 2020). Bahan bakar hidrogen juga memerlukan investasi besar dalam produksi dan distribusi sebelum dapat diadopsi secara luas.

Tantangan lainnya adalah bahwa energi yang digunakan untuk mengisi kendaraan listrik harus bersumber dari energi terbarukan untuk memastikan bahwa emisi benar-benar berkurang secara signifikan. Jika sumber energi utama untuk mengisi kendaraan listrik masih berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, maka manfaat lingkungan dari teknologi ini akan berkurang drastis (IEA, 2021). Oleh karena itu, transisi ke transportasi energi bersih harus dibarengi dengan transisi ke energi terbarukan secara keseluruhan.

Ada beberapa peluang dalam energi besih transportasi kendaraan listrik merupakan solusi yang semakin populer di berbagai negara, terutama di wilayah Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur. Pada tahun 2020, penjualan kendaraan listrik global mencapai lebih dari 3 juta unit, meningkat hampir 41% dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun terjadi penurunan dalam penjualan kendaraan bermotor secara keseluruhan akibat pandemi COVID-19 (IEA, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa adopsi kendaraan listrik terus mengalami peningkatan berkat insentif pemerintah dan peningkatan kesadaran akan masalah lingkungan.

Selain itu, hidrogen mulai mendapatkan perhatian sebagai bahan bakar alternatif yang potensial untuk transportasi berat seperti truk dan kapal. Keunggulan hidrogen adalah kemampuannya untuk menyimpan energi dalam jumlah besar dan waktu pengisian yang relatif cepat dibandingkan dengan baterai listrik (Staffell et al., 2019). Banyak negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, telah mengumumkan strategi hidrogen nasional untuk mengembangkan pasar ini sebagai bagian dari upaya mereka untuk mencapai target karbon netral.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun