Mohon tunggu...
Tirta Bayu
Tirta Bayu Mohon Tunggu... -

Menuangkan isi hati, pemikiran, dan ide...adalah sangat indah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Lembar Kerja Siswa Berubah Menjadi Lembar Kerja “Saru”

25 September 2012   10:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:44 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tengah ramai diperbicangkan saat ini, sebab … LKS bertujuan untuk melatih dan mengukur kemampuan siswa dalam menyerap tiap materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Namun, dengan munculnya kisah istri simpanan dan foto aktris porno Miyabi di antara LKS tersebut, maka perlu kita adakan peninjauan kembali terhadap materinya.

Para orang tua murid pastinya meletakkan harapan besar pada sekolah untuk menjadikan anak-anak mereka lebih cerdas dan santun. Tingkat keberhasilan pencapaian tujuan ini dipengaruhi oleh sistem yang berlaku, tenaga pendidik, serta fasilitas penunjang yang dimiliki. Sistem akan mempengaruhi kinerja tenaga pendidik, sebaliknya tenaga pendidik harus memastikan sistem berjalan sesuai prosedur. Baik sistem maupun tenaga pendidik, kelak akan memegang peranan pentingnya optimalisasi fasilitas yang ada, hingga akhirnya mampu mencapai tujuan. Seluruh komponen memiliki peranan masing-masing dan harus saling bersinergi.

Meskipun pihak yang merasa bertanggung jawab atas kekeliruan isi LKS telah menyatakan permintaan maaf, tetapi arang telah tercoreng bagi segenap lembaga pendidikan. Mungkin sebaiknya seluruh praktisi di dunia pendidikan harus menyadari sejak awal, bahwa sejak memutuskan diri untuk menjadi seorang pendidik baik secara langsung maupun tidak, dari ucapan sampai tingkah laku mereka menjadi panutan siswa nya. Dengan demikian, Lembar Kerja “Saru”(saru : dalam bahasa jawa berarti tidak patut, tidak senonoh) ini tidak akan ada.

Anak-anak memiliki daya serap dan imajinasi yang tinggi. Ironis sekali pada usia yang masih dini dan belia, hanya karena alasan “ketidaktahuan” pihak pendidik, mereka harus terkontaminasi bacaan tidak bermanfaat. Lalu bagaimana cara menangani ini?

Menurut Saya, ada dua alternatif yang bisa dilakukan :

1.LKS tidak dikeluarkan oleh sekolah, namun diambil alih oleh Departemen Pendidikan. Harapannya adalah hendaknya kualitas isi dan muatannya bisa dipertanggungjawabkan dan dipastikan positif bagi anak-anak didik.

2.Jika ada alasan bahwa beberapa sekolah swasta biasanya memiliki materi khusus “unggulan” sekolah masing-masing, maka bisa saja LKS disusun oleh tenaga pendidik di sekolah yang bersangkutan. Tetapi, LKS tetap harus dilaporkan terlebih dahulu dan diverifikasi oleh Departemen pendidikan. Bagi yang melanggar, kenakan sanksi administratif.

Perlu menjadi catatan disini, kedua hal di atas tidak akan efektif, apabila Departemen Pendidikan tidak memberikan peringatan dan tindakan tegas dari SEKARANG. Kita pastinya tidak ingin mendengar laporan Lembar Kerja Saru lainnya. Lakukan hal yang terbaik demi anak-anak kita. Bukan demi”kian”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun