Mohon tunggu...
Tirta Bayu
Tirta Bayu Mohon Tunggu... -

Menuangkan isi hati, pemikiran, dan ide...adalah sangat indah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pada Tahun ke-17

6 September 2012   09:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

12 tahun lamanya, aku adalah temannya, kami menyebut hubungan ini dengan panggilan “teman dekat”. Selama itu waktu berlalu begitu saja, aku tau dia menyimpan sesuatu di hatinya dan aku pun begitu. Tapi kami memutuskan untuk diam saja.

Tahun ke-13 aku bertemu dengannya, dia agak berbeda dan juga aku. Kami bercerita banyak, dan waktu pun serasa berputar kembali. Saat itu sesuatu yang lama kami simpan, muncul… lalu kami menyebut hubungan ini dengan panggilan “teman istimewa”.

Tahun ke-14 dia duduk di sampingku. Aku berbicara dengan matanya yang bening. Sesungguhnya kami hanya diam. Lalu dia mengatakan untuk menyebutku “kekasih”.

Bulan ke-6 di tahun ke-14. Dia jauh berbeda. Hari itu aku tidak ingin apa-apa lagi kecuali dia jujur bahwa ada sesuatu diantara kami. Dia diam sejenak lalu memandangku dalam-dalam, akhirnya sesuatu terucap …”maafkan aku, tapi aku telah mengenal dirimu lebih dari siapa pun” Hanya dengan itu aku mengerti maksudnya. Tak ada air mata. Aku berlalu walau pun dia ingin aku tetap di sampingnya untuk 1 menit saja. Aku memutuskan untuk menjadi “bukan siapa-siapa”

Akhir tahun ke-14. Hari pernikahannya. Aku tersenyum samar karena bukan aku yang duduk di sebelahnya. Dia menatapku dengan pandangan sayu, dan pasangannya menatapku dengan pandangan tak suka. Ini bukan mau ku, tapi aku berjalan menyalami mereka. Aku berbisik pelan dihadapannya aku katakan …”aku sudah maafkan kamu sejak dari 14 tahun yang lalu…..”.Sorot matanya menjadi lebih lega.

------------hari-hari pun membuat dia semakin menghilang dari ingatanku---------

Tahun ke-17. Aku menunggu seseorang. Seorang “teman dekat”, “teman istimewa”, “kekasih”, dan “bukan siapa-siapa” di sebuah cafee. Hari itu udara kering, dan angin bertiup pelan. Beberapa saat kemudian dia datang. Lebih dewasa dan matang. “Istriku lari” ujarnya singkat. Dia menatapku dengan sorotan tajam. Aku tertegun sambil mereguk cappuccino ku. Aku menatapnya, saat itu aku sadar bahwa aku tidak benci padanya. Aku ulurkan tangan “teman lamaku….selamat datang”

Minggu ke-3 bulan pertama di tahun ke-17. Kali ini aku yang berbeda. Setelah sekian lama, akhirnya aku katakan bahwa aku cinta padanya. Dia membalas pernyataanku dengan kecupan di tanganku. “Aku lebih dari sekedar cinta padamu” katanya. Dia memintaku untu menjadi “teman hidup”

Bulan ke-2 tahun ke-17. Aku akhiri kisah cinta yang aneh ini. Aku sadar bahwa aku tidak akan pernah jadi yang terakhir, tapi aku adalah yang pertama. Dengan berlinang air mata dia memohon, “hiduplah denganku”. Aku menghela nafas………..

“Kamu yang pernah jadi setiap bagian dari hidupku, kamu adalah teman dekat, teman istimewa, kekasih, dan teman lama….Tapi aku tak bisa menjadi teman hidupmu. Beberapa tahun lalu aku pernah memimpikan ini, namun sekarang masa nya sudah lewat. Kamu telah menghabiskan banyak waktu hanya untuk bilang CINTA PADAKU”………..

darling what can I say

if u would be mine

or not

but I love you

it used to be

so long

Okt, 2004

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun