Mohon tunggu...
Tirta Bayu
Tirta Bayu Mohon Tunggu... -

Menuangkan isi hati, pemikiran, dan ide...adalah sangat indah

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kerang Ungu (3)

5 Juli 2012   04:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TELUK BANTREA

Sangat aneh.

Aku dengan mudah berbicara dan berbagi cerita dengan Garth. Tidak seperti yang kupikirkan sebelumnya. Justru sebaliknya, Ludro yang semula kukira lebih easygoing ternyata sangat suka berdebat, bahkan untuk hal-hal yang sepele. Sekali waktu ingin rasanya menyumpal mulut si Ludro sampai dia tidak bisa bicara lagi. Tapi sukurlah, itu hanya sekedar niat, tidak ada manfaatnya juga.

Sudah lebih dari sepekan Garth dan Ludro berada di Pao-we, dan Cooge yang baik hati mengizinkan mereka berdua tinggal di rumahnya. Tentu saja ada sedikit campur tanganku atas keputusan Cooge ini hehehe.... Bukan apa-apa, aku hanya merasa terpanggil untuk menolong Garth dan Ludro menyelesaikan misi mereka.

---------

“Teluk Bantrea…” Garth menggumamkan satu tempat yang terdengar asing di telingaku. Matanya menatap lurus, jauh ke laut lepas.

“Apa? Teluk Ban…?” Aku bertanya setengah berbisik. Takut salah.

Garth duduk mematung di sebelahku. Matanya yang berwarna hazel itu masih menatap jauh ke arah laut. Diam terpaku. Sesaat setelah itu aku mendengar dia menghela nafas. Berat.

“B a n t r e a …Bantrea, jelas? Garth menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu memperjelas ucapannya.

“Ah ya, Bantrea” aku mengulangi nama itu sambil mengacungkan telunjukku ke wajah Garth, “Dimana itu?” sambungku.

“Itulah nama tempat tinggalku dan Ludro. Negeri Biru, di teluk Bantrea. Aku yakin, kau pasti ingin banyak mengetahui tentang sesuatu di luar pulau ini bukan?” tukas Garth.

Aku menaikkan bahu dan segera berdiri lalu membersihkan bekas pasir pantai yang menempel pada pakaianku.

“Kau benar. Mungkin hanya aku lah yang paling berminat dengan pendatang asing seperti kalian di pulau ini. Bayangkan, selama 18 tahun yang kulihat hanya pulau ini, pantai, dan laut. Lumayan membosankan. Siapa tau kerang itu memang tersimpan di suatu tempat di sini.”

Tebakan Garth tidak meleset, dan ini membuat aku semakin semangat untuk memecahkan teka-teki kerang ungu. Garth kembali tersenyum. Kurasa itulah andalannya. Bicara hanya beberapa kali, senyumnya ribuan kali. Dia simpatik, dia menghargai setiap pendapatku, apabila ada yang dirasa tak sesuai, dia akan mengutarakannya dengan hati-hati. Ternyata ada pemuda seperti ini. Bicha ku saja sampai sekarang masih kekanak-kanakan. Egois dan otoriter kelas kakap.

Pagi itu di tepi pantai Pao-we, Garth menceritakan banyak hal padaku mengenai teluk Bantrea. Penduduk di sana 5 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan penduduk Pao-we, karena daerahnya lumayan luas. Bantrea juga seperti Pao-we, subur dan indah, bahkan di sana banyak jenis flora (tumbuh-tumbuhan) yang unik, begitu pula binatang di laut dan tepi pantai nya. Bantrea tidak terisolir seperti Pao-we, banyak penduduk daerah lain yang mengunjungi. Akses ke negeri Biru relatif mudah.

“Kami sangat terbiasa dengan perubahan dan hal-hal baru” kata Garth di sela-sela penjelasannya. “Apapun itu, meski asing…asalkan ada manfaatnya, penduduk di negeri ku dengan senang hati akan menerimanya” tambahnya.

Garth kembali diam. Pikiran dan jiwanya seakan melebur dengan hempasan ombak kecil di pantai ini. Aku memperhatikannya, mungkin dia adalah orang kedua setelah Cooge yang sangat nyaman diajak bicara.

---------

Dan matahari pun merangkak ke Barat. Ludro menghampiri Garth dan aku, lalu mengajak kami kembali ke peraduan Cooge. “Santap siang!” katanya.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun