masyarakat", kata-kata ini sering diucapkan oleh banyak guru. Setelah bertahun-tahun pendidikan di dunia berkembang rasanya hal ini masih saja stagnan. Beberapa pertanyaan dari para siswa diajukan hanya untuk mencari jawaban akan hal ini, namun saya ingin mengerucutkan ini pada sebuah pernyataan yaitu ; "Peraturan rambut rapi dibuat agar nanti di masyarakat kalian terbiasa dengan peraturan masyarakat karena sudah dilatih diatur sejak dini".
"Rambut siswa haruslah rapi agar mereka terlihat baik di Jika membahas masyarakat, peraturan dan kehidupan maka kita harus mengupas satu-persatu hal tersebut. Akan tetapi, hal ini bisa diubah menjadi satu pertanyaan ; "Benarkah cara seperti itu dapat membuat kehidupan siswa di lebih baik di masyarakat ?"
 Masyarakat dan kehidupan sebenarnya sudah berhubungan erat semenjak manusia memutuskan untuk hidup bersama dengan yang lainnya. Sejak anak-anak manusia sebenarnya telah melatih diri mereka bermasyarakat. Bentuk paling sederhananya adalah : bermain, berkenalan, dan berbicara. Tanpa disadari anak-anak sebenarnya telah membentuk sifat konstruktivitas mereka sejak dini-bahkan sebelum dunia persekolahan. Namun, fenomena yang sering terjadi adalah orang tua melarang anak mereka bermain atau jarang sekali membuat anak mereka berinteraksi dengan orang lain. Padahal, di dalam permainan anak berlatih mengenai moralitas, peraturan dan cara hidup bersama. Demikian pula dengan berinteraksi hal itu dapat membuat mereka mengenal orang lain dan bagaimana menanggapi mereka.Â
 Ambil contoh dalam permainan petak umpet. Permainan ini memiliki peraturan sendiri dan hal tersebut sebenarnya melatih anak untuk menaati peraturan tanpa menekan. Saat orang tua melarang anak-anak mereka bermain hal itu sebenarnya telah membunuh masa depan mereka sendiri. Mari kita bertanya ulang sekarang, dari mana munculnya pernyataan itu ? Saya merasa tidak usah jauh-jauh membuat peraturan seperti itu. Anak disekolah sudah berinteraksi dan bermain ; hal ini lebih dari cukup untuk melatih mereka untuk kehidupan masyarakat. Saya merasa hal ini malah cenderung kepada pendidikan feodal, dimana setiap anak wajib mematuhi peraturan tanpa boleh membantah gurunya. Semakin peraturan ini dipertahankan saya rasa semakin berontak pula anak-anak. Pemberontakkan ini akan terus berlangsung hingga anak-anak menemukan titik terang, biarlah konstruktivitas anak akan kehidupan tumbuh secara alami seiring bertumbuhnya mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H