Ruble Mata Uang Rusia yang Malah Kuat Menghadapi Gempuran Dollar dan Euro, Apa dampaknya?
Laporan langsung dari Rusia. Yekaterinburg, Sverdlovsk, Rusia
Tidak terasa perang antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung lebih dari 3 bulan, banyak kisah yang terselip didalamnya dan paling banyak tentu saja kisah kesedihan dari banyak pihak kenapa perang ini bisa terjadi.
Tapi baiklah mari kita tidak membahas apa penyebab perang karena itu bukan ranah kita dalam menjelaskannya. Tapi penulis akan mengajak anda untuk melihat situasi di Rusia saat perang ini berlangsung.
Saat keadaan di Ukraina memang belum terkendali dan juga keadaan di negara lain bahkan hingga di Indonesia banyak harga kebutuhan pokok melambung, tapi itu tidak terjadi di Rusia.
Ruble mata uang Rusia yang semula diperkirakan jatuh menghadapi sanksi yang diberikan kepada Rusia, tapi pada kenyataannya itu tidak terjadi bahkan Ruble terus menguat hingga di angka 58 ruble per 1 dollar amerika.
Padahal sebelum perang terjadi angka tukar ruble ke dollar amerika berada di kisaran 88 ruble per dollar.
Begitupun mata uang lainnya seperti Euro mata uang tunggal Uni Eropa ini juga ikut ambruk berhadapan dengan Ruble. Jadi banyak orang tidak mau menukarkannya Dollarnya dan Euronya di Rusia karena nilai tukarnya jadi Jatuh.
Bahkan banyak ekspatriat atau warga negara asing di Rusia yang saat ini mengalami krisis ekonomi karena orang asing tersebut bekerja di Rusia dengan gaji Dollar Amerika atau Euro dan ketika mendapatkan gaji itu mereka tukarkan ke mata uang Ruble jadi jatuh nilai tukarnya.
Sehingga banyak warga negara asing di Rusia saat ini mengatur kembali keuangannya karena dampaknya mereka jadi memiliki sedikit Ruble untuk kebutuhan hidup sehari-seharinya. dan apa efeknya bagi orang Rusia, orang Rusia yang mempunyai gaji Ruble jadi kaya mendadak karena nilai mata uangnya jadi lebih kuat berhadapan dengan Dollar dan Euro.
Banyak orang Rusia yang menukarkan Rublenya ke Dollar dan Euro lalu mereka traveling ke luar negeri dan membelanjakan uangnya di negara lain.
Walaupun juga harga beberapa kebutuhan pokok di Rusia juga naik hingga 20-30 Ruble tapi rata-rata kenaikan itu tidak signifikan.
Bahkan harga bensin untuk kendaraan bermotor di Rusia juga tidak mengalami kenaikan yang signifikan bahkan relatif sama seperti sebelum sanksi dan perang terjadi.
Apa penyebabnya? Menurut penulis secara independen pemerintah Rusia sudah menghitung betul semua konsekuensinya jika perang ini terjadi. Tapi tidak dengan pihak yang bersebrangan di Rusia mereka tidak menghitung betul apa dampaknya jika berkonfrontasi dengan Rusia.
Akibatnya saat ini bukan hanya Ukraina yang merasakan tapi seluruh negara di dunia merasakan kenaikan harga kebutuhan pokok bahkan bisa dibilang hampir krisis pangan.
Lalu apa dampak negatif bagi orang Rusia karena kenaikan nilai tukar Rubel ini, praktis tidak ada tapi jika ada efek negatifnya karena sanksi ini banyak perusahaan asing keluar dari Rusia.
Sehingga, banyak orang Rusia yang selama ini bekerja di perusahaan asing tersebut harus mencari pekerjaan baru di perusahaan Rusia atau perusahaan-perusahaan asing yang belum keluar dari pasar Rusia.
Selebihnya orang Rusia dengan Rublenya sangat jumawa pergi ke luar Rusia karena nilai tukar Rublenya menguat. Dan diperkirakan nilai mata uang Ruble terus menguat terhadap Dollar Amerika dan Euro.
Jika itu terjadi maka bisa jadi kedepannya Ruble akan menggantikan Dollar dan Euro sebagai mata uang yang dipakai dunia untuk transaksi global. Mari kita tunggu bagaimana kedepannya kisah Ruble, Dollar dan Euro.
Penulis
~APB 10 Juni 2022
Sumber: CBC News
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H