Selasa 23 Oktober 2012, aku bersama tiga orang teman yaitu Irwan, Ikhwan dan Maya kembali ngajar TPA (Taman Pembelajaran Al Quran) untuk anak-anak di Dusun Blendangan, Maguwo, Sleman. Ini untuk yang ke beberapa kalinya.
Sore cerah ini dihiasi oleh tawa riang anak-anak sekitar usia empat sampai enam tahunan, yang sulit diatur namun penuh semangat. Masjid jadi riuh. Gimana enggak? mereka saling teriak-teriakan berlari-lari ke sana ke mari.
TPA ini lebih banyak anak perempuan. Mungkin 3 berbanding 8. Menarik adalah tingkah polah salah dua orang perserta TPA, Gida dan Okta. Walau hanya berdua, tapi cukup membuat kewalahan saat diatur dan diberi materi. Ada lagi satu orang anak laki-laki bernama Fariz, namun pendiam.
Selama TPA Gida dan Okta melakukan aktifitas yang membuat kita kerepotan mengatur mereka. Mulai dari tendang-tendangan dan tarik-tarikan di dalam masjid. Berebut minta digendong di halaman belakang masjid yang merupakan tepi sungai dan masih aja dorong-dorongan dan tarik-tarikan (nggak takut kecebur sungai). Naik di atas meja saat belajar, sampai nggotong meja dengan berpura-pura mengarak jenazah -_-'
Melihat ini, aku jadi terpikir betapa anak-anak itu tidak pernah takut jatuh, sakit saat bermain atau gagal saat mengerjakan tugas. Misal saat berlari-larian, dorong-dorongan bahkan tendang-tendangan, mereka tidak menghiraukan rasa sakit yang dialami. Atau ketika mereka nggak bisa menuliskan huruf hijaiyah yang dicontohkan Ikhwan di papan tulis. Kendatipun nggak lancar atau bentuk huruf hijaiyahnya yang kayak mangkok semua, mereka nggak pernah takut atau malu bertanya dan menyelesaikan tugasnya kembali.
Aku pun mengingat masa kecilku yang tidak jauh seperti tingkah polah Gida dan Okta. Tendang-tendangan, jatuh dari sepeda berkali-kali, kecebur di selokan, sering membawa bekas luka tiap pulang main. Namun esok aku selalu begitu lagi, main, kecebur atau luka lagi.
Dari sinilah aku mulai berpikir, bahwa orang dewasa harus belajar banyak dari anak-anak buat mencapai tujuan mereka (tapi tentu saja bukan untuk tujuan yang tidak baik). Nggak perduli berhasil atau enggak, gagal, jatuh atau berdarah. Selalu bangkit dan bergerak lagi. Nggak banyak pertimbangan mikir ini itu yang ujung-ujungnya malah hanya membuat ragu, kemudian menghambat tujuan yang hendak diinginkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI