Friksi yang terjadi antara dua kubu ini seringkan dianalogikan perseberangan antara yang membela negara (baca Jokowi) disatu sisi dengan yang mempertahankan marwah Islam disisi yang lain.Â
Islam khususnya kelompok-kelompok Islam tertentu dianggap hanya menimbulkan keonaran dan berpotensi radikal. Akibatnya Pemerintah bertindak tegas. Atas nama negara, kelompok-kelompok dengan atribut Islam tertentu dibubarkan. Tokoh-tokoh Islam dan ulama garis keras "disingkirkan"
Tumbuhnya Gerakan Islam garis keras ini berbarengan dengan tumbuhnya dukungan positif terhadap isu kesetaraan, feminisme, kesetaraan gender hingga LGBT. Francis Fukuyama dalam bukunya Identity: The Demand of Identity and the Politics of Resentment (2018) menerangkan kehadiran isu-isu ini adalah fenomena politik identitas politik di Abad 21.
Sebelumnya pada Abad 20, politik identitas terkait dengan pembelahan kelompok Kanan dan Kiri dalam isu ekonomi. Kelompok kanan memihak kebebasan rasionalitas individu dan keterbatasan intervensi negara dalam urusan warga negaranya, terutama soal ekonomi (paham ekonomi liberal), sedangkan kelompok Kiri mengutuk keras praktek ekonomi liberal yang semakin menyengsarakan kehidupan manusia dan memanggil negara untuk ikut menyelesaikan persoalan ekonomi.
Fukuyama menilai pada Abad 21, politik identitas ini telah bergeser kepada isu-isu identitas seperti LGBT, imigran, kulit hitam dan kelompok lain yang identitasnya termarginalkan bagi kelompok kiri; dan menguatnya rasa patriotisme nasionalisme atas negara bangsanya bagi kelompok kanan.Â
Menariknya kedua kelompok ini bertindak berlandaskan identitas mereka dan menuntut pengakuan dan penghormatan satu sama lainnya. Menurut Fukuyama, kemunculan identitas-identitas yang saling bertentangan satu sama lain dan negara tak bisa mengatasinya menyebabkan terjadinya konflik di masyarakat. Â
Di tengah keriuhan inilah, Silatnas 2021 untuk memilih Ketua Umumnya berlangsung. Pengurus baru tidak bisa lagi senyap agar bisa berperan dalam diskurus pembangunan yang sedang berjalan.Â
ICMI baru harus bisa mengimbangi suara portes hingga gagasan pemikiran baru yang berasal dari organisasi keagamaan, partai politik maupun LSM. Ini menjadi tugas berat sang Ketua baru untuk ikut mengurai benang kusut kehidupan berbangsa yang kian jauh dari filosofi NKRI.
Ubuntu
Suatu ketika seorang anthropologist menunjukan sebuah permainan kepada anak-anak Afrika. Dia menempatkan sebuah keranjang berisi buah-buahan di sebuah ranting pohon dan meminta anak-anak itu bersaing mencapai pohon itu. Anak tercepat akan mendapatkan hadiah sekeranjang buah tadi. Ternyata tidak ada satu anakpun yang beranjak, sebaliknya mereka bergandeng tangan berjalan kearah pohon, menyentuh pohonnya dan membagi rata buah-buahan dalam keranjang.
"Ubuntu" demikian jawaban anak-anak itu saat ditanyakan kenapa mereka tidak berebutan mencapai pohon untuk mendapatkan keranjang buah. Â Ubuntu adalah local wisdom di masyarakat Afrika yang artinya "saya ada karena kita". Mereka percaya Ubuntu adalah rahasia kebahagian dan menjadikan mereka masyarakat yang "beradab".