Kota Temanggung merupakan salah satu kota kecil yang terletak di provinsi Jawa tengah. Kota yang berada di antara kaki Gunung Sumbing dan Sindoro ini menawarkan kesuburan tanah yang membawa kesejahteraan penduduknya karena komoditi utama berupa tembakau tumbuh subur di kota ini.
Pada tanggal 8 Februari yang lalu, aku berkesempatan untuk pergi menjelajah kota Temanggung. Karena saat itu perkuliahan semester II masih libur, maka aku merencanakan suatu touring bersama teman-teman dari Jogjakarta menuju Temanggung. Perjalanan dilalui menggunakan sepeda motor dan melewati rute jogja-magelang-temanggung. Butuh waktu sekitar dua jam untuk tiba di kota Temanggung.
Perjalanan dimulai dari Jogja tepat pukul 06:30. Motor pun terus melesat ke arah utara meninggalkan Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan di pagi hari memang terasa menyenangkan, selain dikarenakan udara yang masih segar, jalanan pun tidak terlalu padat sehingga sembari nyetir motor, sambil menikmati pemandangan sekitar juga.
Melewati kota Magelang, aku sedikit terkagum karena sebelumnya belum pernah datang ke Kota Magelang. Jalanan yang rapi, bersih, serta taman kota yang tertata rasanya membuat mata ini betah. Perjalanan menuju Temanggung tinggal sedikit lagi, motor pun segera dipacu dan akhirnya meninggalkan kota Magelang menuju Secang dan whusss Kota Temanggung Bersenyum.
Objek penjelajahan yang pertama kali dituju adalah alun-alun kota. Rasanya kurang afdol kalau pergi jalan-jalan ke kota orang tanpa mengunjungi alun-alunnya. Sekilas tak ada yang terlalu istimewa dari alun-alun ini. Ada pohon rindang serta becak-becak mainan yang disewakan kepada pengunjung yang membawa balita. Di sudut alun-alun terdapat seorang penjual gelembung sabun (balon sabun) yang menjajakan dagangannya seharga Rp 1.500,- per botol.
Sembari duduk di bawah pohon untuk menghindar dari terik panas, aku juga membeli dua botol balon sabun dan meniupnya. Bulatan-bulatan balon sabun pun menghambur ke berbagai penjuru alun-alun seiring dengan angin yang bertiup.
Puas menikmati alun-alun, perjalanan pun dilanjutkan menuju mata air Jumprit, yang berjarak sekitar satu jam berkendara dari kota Temanggung menuju ke arah Parakan.
Sepanjang perjalanan, pemandangan gunung Sindoro dan Sumbing terlihat jelas berdiri kokoh menaungi kota Temanggung. Jalanan semakin menanjak. Deretan rumah warga pun perlahan berganti menjadi pemandangan khas pegunungan. Hamparan lahan hijau berupa perkebunan pun terbentang luas memuaskan mata.
Setibanya di Umbul Jumprit, udara berubah menjadi dingin dan segar. Maklum karena Jumprit terletak diatas ketinggian kurang lebih 2100 meter dpl. Di depan loket masuk para pengunjung akan disambut oleh sekelompok kera-kera yang asyik berduduk ria di pelataran parkiran motor. Biaya masuk bagi pengunjung adalah Rp 5.000,- tetapi aku cukup beruntung karena saat berkunjung ke Jumprit, tidak ada petugas yang menjaga. Hingga ketika kami mau pulang pun tak tampak satupun petugas yang menunggu pintu masuk. Alhasil, sebagai anak kost aku pun bahagia karena bisa masuk tempat wisata dengan gratis, hahaha.