[caption caption="Danau Toba dilihat dari Jalan Trans Medan-Pangurururan"][/caption]
Sebagai orang Indonesia, sering kita mendengar kalimat “Tuhan menciptakan Indonesia ketika sedang tersenyum.” Kalimat tersebut bisa jadi kita aminkan meskipun belum pernah mengelilingi dan melihat secara langsung keseluruhan Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Namun, tak perlulah mengayun kaki jauh-jauh, toh dari sajian televisi dan internet kita pun bisa mengakui kalau alam Indonesia memang indah.
Membentang di sepanjang khatulistiwa dengan 17.000 pulau dan 260 juta lebih penduduk memang menjadi nilai lebih Indonesia. Ditambah lagi dengan sabuk pegunungan berapi yang melintasi Indonesia menjadikan tanah di negeri ini subur.
Di sebelah barat Indonesia, tepatnya di Sumatra Utara, Danau Toba hadir sebagai saksi atas peristiwa mahadahsyat jutaan tahun lalu. Berawal dari gunung api purba Toba yang meletus dahsyat, terbentuklah sebuah danak tektonik raksasa yang kini menjadi danau terbesar di Indonesia. Uniknya, di tengah danau tersebut terselip sebuah pulau yang dinamai Samosir.
Dinas Pariwisata setempat memiliki slogan untuk pulau Samosir, yaitu Negeri Indah Kepingan Surga. Kepingan surga? Memangnya sudah pernah lihat surga? Nah, menginjakkan kaki ke Samosir seolah menegaskan kembali sebuah statement yang mengatakan kalau Indonesia diciptakan ketika Sang Maha Agung sedang tersenyum.
Perjalanan menuju Samosir saya tempuh dari Berastagi menggunakan angkutan umum. Dengan ransel berbobot 15 kilogram di punggung, perjalanan dimulai dengan menaiki angkot dari depan Wisma Sibayak Berastagi menuju Terminal Kabanjahe (Rp 4.000,0). Setibanya di Terminal, lanjut menaiki bus (mobil elf) yang dioperasikan oleh P.O Sepadan menuju Pematang Siantar (Rp 28.000,-). Singkirkan sejenak gambaran kalau bus disini itu nyaman seperti bus eksekutif AKAP di Jawa.
[caption caption="Bus umum P.O Sepadan trayek Siantar-Kabanjahe. Foto diambil saat bus masih lowong, belum sesak penumpang"]
Perjalanan ke Siantar ditempuh selama empat jam. Bus yang kecil ini tetap menaikkan penumpang sekalipun seluruh kursi sudah penuh, alhasil banyak penumpang berdiri sembari membungkuk. Uniknya, sang kenek, pinggang sampai kakinya berada dalam bus tetapi sisa badannya mencuat keluar jendela, sungguh berbahaya. Suasana sesak masih diperparah oleh penumpang yang merokok bagai kereta api. Untuk menyempurnakan kesesakan perjalanan ini, tak lupa sang sopir memutar lagu-lagu berbahasa Batak yang bisa dibilang cukup menghibur perjalanan.
Setibanya di Siantar, saya beralih menaiki bus P.O Sejahtera menuju Parapat (Rp 15.000-). Perjalanan ditempuh selama satu jam, dan setibanya di Parapat, wajah yang sudah lesu akibat sesaknya perjalanan mulai bisa tersenyum tatkala melihat Danau Toba yang menghampar luas.
[caption caption="Menjemput Senja naik kapal Ferry seharga Rp 15.000 dari TIgaraja-Tuktuk "]
Memandangi Danau Toba hanya dari Parapat saja tidak cukup, naiklah perahu dari pelabuhan Tiga Raja yang berangkat setiap jam ke Tuk-tuk. Cukup membayar Rp 15.000,- kita bisa mendarat di Tuk-tuk, Pulau Samosir. Tersedia banyak penginapan mulai dari kelas backpacker seharga Rp 40.000,- per malam hingga kelas elite yang berharga jutaan.