Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sensasi Nirwana di Punthuk Setumbu

15 Oktober 2015   22:54 Diperbarui: 15 Oktober 2015   23:16 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Senyap fajar dalam balutan halimun tipis"][/caption] Pukul tiga pagi, gulita masih menutupi langit dan pendaran bintang-bintang terlihat semakin cemerlang. Kami tiba terlalu pagi di Punthuk Setumbu, sebuah tempat yang dijuluki sebagai nirwana untuk melihat mentari terbit. Tak ingin melewatkan momen fajar yang istimewa ini, kami bergegas berangkat lebih awal, lebih baik menunggu ketimbang datang terlambat. 

Perjalanan menuju Punthuk Setumbu tidaklah sulit, berkat kecanggihan teknologi, cukup memasukkan keywords di Mbah Google, ratusan artikel rujukan mengenai tempat ini muncul. Dari lokasi utama Candi Borobudur, Punthuk Setumbu berada sekitar 4 Kilometer jauhnya dan terletak di desa Karangrejo. Tak sulit menemukan lokasinya, papan penunjuk jalan tersebar di sepanjang jalan memandu wisatawan agar tak tersesat. 

Dengan ketinggian sekitar 400 meter, Punthuk Setumbu tidaklah terlalu tinggi sehingga akses menuju puncak pun mudah. Seiring meningkatnya wisatawan, jalan setapak menuju puncak kini telah ditata rapi lengkap dengan penerangan di setiap sudutnya. Setibanya di puncak, biasanya pengunjung akan sedikit berebutan menemukan posisi terbaik untuk menonton semburat fajar. Jika tidak musim liburan, tentunya akan lebih santai menikmati momen sunrise ini. 

Kehadiran Gunung Merapi dan Merbabu menambah cantik panorama fajar Punthuk Setumbu. Si kerucut Merapi terkadang mengeluarkan kepulan asap tipis dengan halimun merambahi bagian kakinya. Di bawah dua gunung tersebut, hamparan perbukitan hijau dilingkupi pula oleh halimun tipis yang bergerak perlahan. Candi Borobudur, pusat kehidupan spiritual terbesar pada zamannya pun menampilkan pesona anggunnya. Sekilas, porsi Candi Borobudur tidak terlihat terlalu besar ketika dibandingkan dengan lanskap alam di sekelilingnya. Diantara kabut tipis, puncak stupa utama Borobudur terlihat jelas. 

Borobudur yang diapit antara sungai Progo dan Elo menampilkan ketenangan alam, lambang kebersahajaan hidup antara manusia, alam dan pencipta. [caption caption="Kerucut Merapi"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun