Sore kemarin hujan mengguyur kota Pekanbaru Riau, cukup deras meskipun tidak lama. Saat menikmati secangkir kopi tiba-tiba datang seorang anak teman mengantar sekantong plastik oleh-oleh dari bapaknya. Kantong langsung dibuka, tampak buah-buahan ada di dalam. Ada ikatan rambutan dan ikatan "duku". Saat mulai mencicipi rambutan langsung bisa menebak bahwa ini rambutan jenis Binjai yang terkenal manis dan mudah mengelupaskan antara buah dengan bijinya. Setelah cukup dengan rambutan beralih ke "duku" yang masih dengan tangkainya. Begitu melakukan petikan pertama timbul pertanyaan kok "duku" ini beda dengan duku yang pernah ada? Setelah dikupas tampak biji mirip duku, langsat atau rambai. Saat dicicipi memang terasa beda, berair dan seperti kombinasi antara ke tiga buah tadi.
Rasa penasaran menbuat bertanya-tanya. Sasaran pertama pemberi oleh-oleh, pertanyaan mendasar adalah menanyakan nama buah yang diberikan selain rambutan. Dia sebut nama buah tadi DEDAN. Nama yang asing ditelinga. Sasaran berikutnya tentu saja cari tahu ke mbah Google yang terkenal dengan penelusurannya. Setelah telusur sana-telusur sini tak jumpa juga bahkan untuk menemukan nama spesies nya dalam bahasa latin. Mbah Google yang terkenal memiliki wawasan pengetahuan yang luar biasa luasnya ternyata tidak mengenal apalagi mengetahuinya secara panjang lebar.
Penasaran semakin menjadi-jadi, yakin bahwa dedan buah asli lokal maka harus mencari tahu juga kependuduk lokal. Mereka menyatakan kalau dedan masih sesaudara dengan duku, langsat dan rambai. Buah ini ternyata biasa ditemukan dikepulauan wilayah Riau seperti Bengkalis, Selat panjang dan pulau-pulau disekitarnya namun mereka tidak terlalu yakin apakah juga ditemukan di kepulauan di wilayah Provinsi Riau Kepulauan seperti Batam dan Tanjung Pinang.
Secara kasat mata dendan mempunyai kulit berwarna kekuning-kuningan mirip duku. Kulit buah lebih tipis dan lebih liat jika dibandingkan dengan buah duku. Kebanyakan buah terdapat bintik-bintik hitam dan putih menandakan bahwa buah dendan sangat digemari semut untuk bersarang mungkin karena padatnya buah tiap tangkai dan mungkin karena rasa manis buah menjadi pilihan yang tepat untuk tempat tinggal semut. Disarankan jika kita membeli buah dendan yang masih bertangkai agar membiarkan buah diletakan dulu diluar rumah sampai semut-semut pergi meninggalkan buah.
Kesempatan untuk bisa menikmati buah dedan memang jarang terjadi. Buah ini musiman yang hanya berbuah satu kali dalam setahun. Biasanya setelah musim duku, saat duku mulai habis maka dedan siap dipanen dan kini waktu yang pas untuk bisa menikmati dedan. Untuk mendapatkan dedan dalam jumlah yang banyak dan murah kita bisa langsung ke Bengkalis, kota yang berupa kepulauan yang harus ditempuh dengan menyeberangi selat. Bengkalis merupakan kota kabupaten dari Propinsi Riau sangat terkenal dengan kekayaan minyak bumi dan merupakan salah satu kota yang mempunyai PAD (Penghasilan Asli Daerah) terbesar di Indonesia selain Kutai. Sebuah kota dengan biaya hidup relatif tinggi namun untuk harga dedan masih relatif terjangkau karena harganya di pasaran berkisar Rp. 8.000,- s/d Rp. 12.000,- per kilo tergantung besar kecilnya buah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H