Mohon tunggu...
Sunset Iwieng
Sunset Iwieng Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pedagang Keliling yang menggemari olah raga terutama sepakbola, membaca dan peminat kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ikhtiar Kehamilan dengan Sayur Sambeng

11 Juni 2014   00:13 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:20 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbicara tentang keturunan sangatlah sensitif bagi pasangan suami-istri yang telah menjalani hidup berkeluarga yang telah berlangsung beberapa tahun namun masih belum juga dikaruniai seorang momongan (anak). Dalam kehidupan dimasyarakat sering kali disaat bertemu dengan teman dan kerabat yang lama tak jumpa hal pertama yang ditanyakan tentunya kabar tentang dirinya dan sekarang sudah punya anak berapa bukan berapa rumahmu atau mobilmu, akan menyakitkan disaat harus menjawab dengan kata belum punya. Sebuah jawaban serta merta akan mempersepsikan diri kita mandul, sebuah "cap" yang dapat menjadi suatu hal menakutkan bagi pasangan suami istri. Bahkan karena tuntutan harus memiliki anak kandung dari sebuah perkawinan membuat sebagian atau bisa jadi semua rela menjalani berbagai terapi, mencoba ramuan tradisional dan bahkan mengunjungi klinik untuk mendapatkan penanganan medis yang rumit serta mahal demi mendapatkan buah hati.

Saya akan berbagi sebuah kisah pengalaman menarik dari sebuah keluarga yang mendapatkan momongan dengan usaha mereka, semoga bisa bermanfaat buat para pembaca kompasiana khususnya bagi yang sudah berkeluarga namun belum mendapatkan momongan. Kisah pengalaman ini saya dapatkan saat berjumpa dengan teman kecil di kampung wilayah kabupaten Boyolali di Jawa Tengah. Edi Sudadi nama aslinya, usia 43 tahun, namun saya dan tetangga sekitarnya memanggilnya "Glondor" sebuah kata Jawa yang berarti kurang lebih adalah sebuah benda yang bergerak dari posisi yang lebih tinggi turun ke bawah yang tidak bisa dikendalikan (nyelonong begitu saja). Nama panggilan tersemat karena kondisi kaki kanannya yang kurang sempurna. Musibah menimpa dirinya saat berusia berkisar 6-7 tahun terkena Abses merupakan infeksi tertutup nanah, bengkak dan meradang pada paha kaki kanannya. Sehingga membuat kaki kanannya tidak tumbuh normal dan seandainya pindah tempat maka harus "kesot" menggerakan badan dengan menggeser pantatnya dengan tetap menempel di lantai.

Proses penyebuhan yang lama, setelah sembuh dari terkena Abses maka banyak waktu dipakai untuk program rehabilitasi agar supaya bisa berjalan seperti orang pada umumnya tanpa menggunakan alat bantu lagi. Perjuangan yang luar biasa sudah dia lalui. Kini "Glondor" sudah berjalan tanpa alat bantu meski tetap terlihat pincang saat berjalan. Kondisi fisik yang membuat lawan jenis kurang tertarik mendekatinya. Seiring perjalanan waktu saat usia sudah 39 tahun didapatkan jodoh, seorang gadis yang berusia sama dengan dirinya 39 tahun. Perkawinan yang terlihat harmonis namun menyiasakan persoalan setelah usia perkawinan sudah memasuki 4 tahun. Belum mendapatkan buah hati menjadi kurang lengkapnya kehidupan berkeluarga yang sudah dijalaninya. Keadaan yang berat melihat umur semakin bertambah dan telah memasuki usia 42 tahun, dimana secara medis termasuk usia yang tidak ideal untuk mempunyai anak. Kondisi yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun termasuk oleh Glondor. Namun dengan keinginan dan tekad yang besar Glomdor tetap berusaha mencari jalan agar istrinya bisa hamil dan segera mendapatkan buah hati.

Cibiran teman, tetangga dan hasil medis yang dibilang dokter sulit istrinya bisa hamil dia abaikan. Asal ada usaha tidak ada yang mustahil akan mendapatkan hasil. Usaha medis tidak mungkin dia tempuh karena terbatasnya kemampuan menanggung biaya yang begitu besar. Hal yang saat itu memungkinkan adalah mencoba berbagai resep tradisional warisan leluhur sebagai obat penyubur kandungan istrinya. Segala resep telah dicoba namun belum membuahkan hasil. Mulai dari : - Gerus campuran jahe, cabe rawit, dan lempuyang. - Campuran kecambah dan pucuk daun Pakel. - Daun Katuk dan banyak lagi. Semua belum cocok dan membuahkan hasil. Usaha yang tidak sia-sia saat mencoba resep tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan Sambeng kalau tidak salah bahasa latin Lasia Spinosa (araceae). Sebuah tumbuhan yang menyerupai Lompong (Keladi). Sambeng biasanya tumbuh di area yang terdapat banyak air. Ukuran daun yang tidak begitu lebar, berwarna hijau muda agak kecoklatan muda, tangkai terdapat semacam duri lembut. Kebetulan tanaman Sambeng cukup banyak tumbuh di kangkungan (sebuah area yang luas penuh mata air yang jernih dengan hamparan lumut, kerikil dan tanaman sayur kangkung) biasa orang kampung kami menyebutnya. Sambeng tumbuh berkembang di sisi-sisi pinggir dari kangkungan. Jadi hampir bisa dikatakan tidak ada kesulitan untuk mendapatkan tumbuhan Sambeng. Bahan yang telah tersedia disekeliling kita dan pastinya murah.

Proses pembuatan "obat" dari Sambeng sangat mudah. Petik daun beserta tangkai, cuci bersih lalu daun dan tangkai dipotong-potong pendek berkisar 2-3cm, selanjutnya hasil potongan tersebut direndam sebentar di air hangat yang telah ditaburi garam, kemudian diremas-remas berulang-ulang (seperti proses pembuatan sayur pare agar berkurang rasa pahit). Setelah dirasa cukup maka segera tiriskan. Proses persiapan yang cukup mudah bukan? Sekarang tinggal dimasak sesuai selera yang ingin mengkonsumsinya. Mau dibikin pepes boleh, disayur oseng-oseng silahkan, mau dimasak dengan campuran daging ataupun telur juga bisa, pokoknya bisa dibuat sesuai selera kita. Resep pengobatan yang begitu berbeda karena bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Mungkin bisa dikatakan sebuah resep yang bahasa kerennya customise yang hampir tidak ditemukan dalam resep-resep pengobatan yang selama ini sudah kita temui. Hal menarik lain resep ini jadi tidak mboseni (membosankan) karena saat dikonsumsi selalu bisa berubah rasa dan tampilan dalam sajian. Melakukan pengobatan tidak merasa berobat.

Point penting yang harus diperhatikan dalam memasak sayur Sambeng adalah:

1. Usahakan masakan yang dibuat tidak membuat Sambeng menjadi sangat matang artinya proses memasaknya tidak terlalu lama (seperti pembuatan ca sayur kangkung yang tetap kelihatan segar hijau tapi matang).

2. Karena sayur Sambeng sebuah upaya pengobatan maka apapun campuran entah daging, telur, tahu, tempe atau yang lain tidak boleh lebih banyak dari sayur Sambeng itu sendiri. Dengan kata lain semua campuran hanya sebagai pemanis masakan semata kecuali bumbu yang harus di sesuaikan agar masakan terasa sedap dan nikmat.

3. Hindari makan yang pedas-pedas serta tetap mengkonsumsi makanan yang sehat seperti sayuran dan buah-buahan.

Dari penuturan Glondor, anjuran aturan makan juga dibilang tidak membuat orang jadi merasa terbebani. Suami dan istri boleh sama-sama mengkonsumsinya cuman lebih diutamakan dengan porsi lebih banyak pada istri. Untuk tahap awal dianjurkan seminggu 2 kali dalam bulan pertama, seminggu sekali pada bulan ke dua, 2 minggu sekali bulan ke tiga dan selanjutnya sampai dipastikan istri sudah positif hamil. Efek yang ditimbulkan saat kita mulai mengkonsumsi sayur Sambeng berdasarkan ilmu titen (kesimpulan dari memperhatikan) adalah adanya perubahan keinginan yang meningkat dari istri untuk melakukan hubungan suami istri. Jadi buat para suami persiapkan diri anda untuk selalu bugar, fit dan siap "tempur" karena ada kemungkinan kerja ekstra karena adanya permintaan yang lebih sering dari pada biasannya. Dengan melakukan hubungan suami istri lebih sering tentunya akan memperbesar kemungkinan mendapatkan momongan.

Resep ramuan tradisional Sambeng sebagai obat penyubur alami sangat manjur dirasakan Glondor, selang waktu sekitar 2 bulan sudah mulai terlihat tanda-tanda kehamilan pada istrinya dan berita gembira dirasakan saat dinyatakan positif hamil oleh seorang bidan. Perkembangan janin berjalan normal, hampir tidak pernah ada keluhan atau persoalan pada ibu dan bayi yang dikandungnya. Saat memasuki usia persalinan dianjurkan atas saran Dokter agar melakukan persalinan dengan operasi karena pertimbangan usia ibu yang sudah 42 tahun, usia yang sangat rawan dan resiko tinggi untuk melahirkan. Lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik, sehat dan sempurna. Kini si bayi telah memasuki usia 6 bulan yang sangat sehat hampir tidak pernah rewel ataupun sakit sebuah imunitas bayi terhadap serangan penyakit yang sangat baik. Kalaupun sakit itupun karena pengaruh dari ibunya yang kadang-kadang terkena pilek sebab si bayi masih minum ASI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun