Mohon tunggu...
aryan supenir
aryan supenir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kisah Cinta Seorang Pecundang

20 Mei 2015   22:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu itu, awal pertamaku menginjakan kaki di sekolah baru. Hari itu terasa sangat berbeda, semua serba baru, Suasana yang sangat tak bisa diartikan. Pagi itu adalah pertama sekali aku mengikuti apel pagi dan ketika aku memandang ke barisan kls lain disitulah Pertama kali aku melihatmu dan aku bagaikan melihat bidadari yang jatuh dari langit, jantungku berdebar-debar takkaruan lain dari biasanya, dan perasaan ku itu berlanjut sampai aku pulang ke rumah hingga siangpun menjadi malam, Dimalam yang dingin dan gelap sepi itu aku duduk sendiri di depan rumah dan hanya di temani rokok dan secangkir kopi susu yang sangat manis namun manisnya kopi itu serasa sirnah seketika ketikaaku kembali membayangkan wajahmu yang seakan lebih manis dari madu.

setelah malam kembali berganti pagi aku terbangun dengan perasaan yang senang karna aku dapat melihatmu lagi di skolah, tidak tersa hampir satu minggu berlalu dan aku hanya terus memandanginya dari jauh hingga pada suatu hari ketika menuruni tangga aku tak sadar, aku tak tahu ternyata kami saling berhadapan. Aku terdiam entah kenapa aku jadi salah tingkah begini, dia senyum kepadaku, ingin sekali aku meminta nomor telfonnya tapi tak satu pun kata-kata yang dapat ku ucapkan dari mulutku. aku hanya dapat memandangi matanya yang bening seperti mata air yang belum terkena kotoran sedikitpun. baru kali ini aku sangat dekat denganya dan pada akhirnya aku masuk organisasi pramuka dan yang takpernah kubayangkan ternyata dia jaga masuk dalam organisasi itu aku sangat senang seakan doa-doa ku terkabul aku sempat berfikir bahwa aku benar-benar berjodoh denganya, dan setelah hari demi hari berlalu aku masih saja tidak bisa meminta notelfonya meskipun aku dan dia slalu duduk bersampinagn ketika mengikuti pembelajaran dasar pramuka, aku seakan pengecut, dan memang aku pengecut, semuah temn-teman kls ku mendukungku namu tetap saja aku tidak berani untuk memgatakan sesuata padanya.

hingga pada saat pelulusan pun aku hanya terus bisa memandanginya tidak bisa berkata apa-apa di deapanya, dan hingga saat ini pada saat aku sudah kuliahpun aku mesih terus mengaharapkanya walaupun di temani oleh rasa penyesalan mengapa aku tidak mengatakan perasaanku dulu kepadamu ohh AISYAHKU...

KARYA :

Aryan supenir_01420005

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun