Mohon tunggu...
Aryani Purnama
Aryani Purnama Mohon Tunggu... Guru - guru bahasa dan sastra

Aku suka nonton film, menulis juga membuatku hidup. Rasanya senang bisa menulis. Apalagi yang membaca tulisanku merasa suka. Oh, satu lagi paling suka kalau menang lomba.

Selanjutnya

Tutup

Film

Kawin Tangan, Imaji yang Harus Diarahkan

24 Juni 2024   21:13 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:18 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Kawin Tangan. Wah, nonton film untuk tujuh belas tahun nih....

Membaca judulnya, imaji pasti jadi mengarah ke mana-mana kan? Adegan-adegan di dalamnya memang hanya boleh untuk 17-an tahun ke atas. Setidaknya untuk mereka yang bisa mencerna film dengan mengambil sisi positifnya. Bagi sebagian kalangan mungkin film ini terasa sangat vulgar dan tidak pantas ditonton. Namun, nanti dulu. Setiap karya pasti ada nilai didiknya. Akan lebih bijak ketika penonton melihat dari sudut pandang positif tentunya.  Di film ini sepertinya direntangkan benang merah, bahayanya menonton film porno.

Episode film diawali dengan kebahagiaan Edi dan Elsa yang baru saja menikah. Sebagaimana layaknya pengantin baru, keduanya menikmati malam pertamanya. Apa yang terjadi di malam pertama? Kekecewaan dirasakan keduanya. Dari sinilah munculnya akar konflik untuk film yang tayang di WeTV ini. 

Film yang dibintangi Reza Rahardian ini mengisahkan tentang permasalahan rumah tangga. Biduk rumah tangga yang baru saja dimulai. Edi yang diperankan oleh Reza Rahardian, bintang yang pernah ngetop dengan beberapa film, di antaranya 'Layangan Putus' ini, tak mampu melaksanakan tugasnya sebagai seorang suami. Ia selalu gagal bermain di ranjang bersama Elsa, sang isteri, yang dimainkan oleh Mikha Tambayong.

Konflik bertambah saat Elsa diminta menjadi host untuk sebuah acara di podcast perusahaannya. Wah, jadi seru filmnya karena narasumber acara tersebut adalah si mantan. Arifin Putra hadir dalam film itu sebagai seorang dokter. Parahnya dokter yang satu ini menjadi tempat konsultasi derita yang dialami Edi. Karenanya, seolah Edi membuka rahasia ranjangnya kepada mantan si isteri. Bagaimana keseruan dan kelanjutan film ini? Jadi menggelitik untuk ditonton.

Nah, kata orang bijak sebuah karya cerminan atau mimetik masyarakatnya. Apakah benar film ini menjadi gambaran masyarakat kita? Bagaimana opini pembaca artikel ini? 

Salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun