Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Money

Tips Mengubah Pola Keuangan Kita Menjadi Sukses

20 Juni 2010   11:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25 2835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_172480" align="alignright" width="252" caption="cdn.mashable.com/.../uploads/2008/02/finance.jpg"][/caption] Tulisan ini saya ambil dari sebagian isi buku ”The Rich Plan Setiap Orang Berhak Kaya” karangan Supardi Lee. Beliau merupakan seorang trainer, motivator wirausaha, sekaligus praktisi usaha, dosen dan manajer mutu Institut Kemandirian Dompet Dhuafa Republika yang kerap menulis buku untuk hand out materi kelas wirausaha yang dipegangnya. Kebetulan saya sudah dua kali mengikuti seminarnya dan cocok dengan konsep gagasannya. Buku ini sangat sederhana tapi isinya luar biasa dan karena bisa menjadi panduan mengubah pola hidup dan keuangan kita menjadi lebih sehat dan sejahtera. Menurut saya sangat mudah untuk diaplikasikan sebesar apapun pendapatan yang kita miliki. Inilah pola pengeluaran uang rata-rata banyak orang : konsumsi (prioritas pertama), bayar utang (prioritas kedua), menabung, itupun jika ada sisa (prioritas ketiga) dan bederma atau bersedekah, itupun sekadarnya (prioritas keempat). Kebanyakan orang menggunakan otak alam bawah sadarnya dalam mengelola uang dan pendapatannya, jadi wajarlah jika pola keuangannya membuat hidup hanya untuk konsumsi dan utang. Sedangkan menabung tidak mendapat jatah anggaran karena uang sudah habis tak bersisa. Apalagi berderma/sedekah, ya kalau ada uang dan sekadarnya, itupun kalau ada yang meminta karena memang prioritas terakhir. Tanpa perencanaan atau skala prioritas keuangan yang baik, maka sebesar apapun pendapatan yang dimiliki, tidak akan bersisa, karena begitu penghasilan naik maka nafsu untuk menambah kesenangan (konsumsi) juga naik. Apalagi ketika pengeluaran makin membesar sedangkan pendapatan relatif tetap, atau istilahnya besar pasak daripada tiang, tentu hal ini akan merepotkan. Kalau sudah begini berhutangpun menjadi solusi tercepat. Pola keuangan seperti itu memang memberikan kesenangan, tapi hanya sesaat. Lalu bagaimana dengan masa depan, banyak yang tidak memikirkan dan merencanakannya padahal ini sangat penting. Padahal usia semakin tua dan beban finansial makin besar, sedangkan harga-harga barang di pasaranpun semakin meningkat, akibatnya banyak orang yang terjebak dalam masalah finansial. Untuk mengantisipasi hal-hal semacam itu maka kita harus mengubah pola keuangan, agar kita bisa berkesempatan merencanakan masa depan pribadi dan keluarga, serta mempersiapkan masa tua yang tidak lagi produktif supaya tidak menjadi beban anak-anak di usia senja. Kalau ingin sukses, kita harus bisa merubah dari skala prioritas atau pola keuangan kebanyakan orang seperti di atas menjadi pola keuangan sukses yaitu bederma/sedekah (prioritas pertama), menabung (prioritas kedua), utang (prioritas ketiga) dan konsumsi (prioritas keempat). Dengan kata lain pola keuangan sukses, skala prioritasnya merupakan kebalikan dari pola keuangan kebanyakan orang. Mari kita lihat penjelasannya satu per satu. Prioritas pertama : Sedekah atau derma Sedekah seharusnya bisa jadi prioritas pertama pola keuangan kita, karena secara finansial, pada hakikatnya ini merupakan kepentingan kita di masa depan yang abadi (akhirat). Terutama bagi seorang muslim, sedekah sangat dianjurkan dalam agama islam. Banyak bersedekah itu sebenarnya bukan mengurangi harta kita tapi justru melipatgandakan apa yang sudah dikeluarkan. Selain itu juga membawa keberkahan bagi si pemberi, karena sesungguhnya harta yang sudah dikeluarkan itu adalah harta kita yang sebenarnya meskipun tidak terlihat secara kasat mata. Jadi manfaatnya bukan hanya bagi penerima tetapi juga bagi si pemberi. Bersedekah harus dengan niat tulus untuk menggapai ridha Allah SWT, inilah niat terbaik. Tapi jika bersedekah dengan niat tertentu seperti tambah rezeki, terlepas dari berbagai masalah, atau menginginkan sesuatu, ini juga diperbolehkan selama mengharap dan memintanya hanya ke Allah semata. Bersedekah itu harus proporsional dengan pendapatan jadi seharusnya makin besar pendapatan, makin besar pula persentase sedekahnya. Jadi kalau anda ingin kaya maka bersedekahlah, memang ini masalah keyakinan tapi percayalah sudah banyak orang yang melakukan dan membuktikannya. Prioritas kedua : Menabung Menabung adalah untuk masa depan kita di dunia, ini juga harus jadi prioritas utama setelah bersedekah karena masa depan lebih penting daripada masa kini dan masa lalu. Beberapa alasan yang melatarbelakangi kenapa orang menabung antara lain karena kebiasaan sedari dulu, punya keinginan (beli HP, motor, rumah dan lain-lain), untuk antisipasi jika ada keperluan mendesak atau tak terduga, dan terakhir adalah bagian dari pengelolaan keuangan untuk memperkecil peluang tertimpa masalah di masa depan, dengan kata lain mempersiapkan masa depan kita dan keluarga sebaik-baiknya. Menabung sendiri punya banyak manfaat di antaranya dapat meningkatkan keterampilan kita dalam membuat perencanaan, memberikan tambahan pendapatan (misalnya menabung di bank syariah, bisnis dan investasi), melatih disiplin dalam menentukan skala prioritas keuangan dan membantu sesama terutama jika menabung menggunakan jasa lembaga keuangan. Seberapa banyak jumlah yang ditabung dapat ditentukan berdasarkan jumlah pendapatan yaitu sekitar 30% dari pendapatan. Kelihatannya hidup kita sekarang jadi sederhana banget ya atau terlihat susah, tapi bukankah lebih baik sedikit susah sekarang yang sifatnya sementara untuk mendapatkan masa depan yang lebih terjamin. Prioritas ketiga : Membayar Hutang Hutang harus didahulukan daripada konsumsi karena hutang adalah masa lalu. Masa lalu harus dikelola dengan bijak agar tidak mengacaukan masa kini dan masa depan. Membayar hutang adalah kewajiban. Bagi orang yang bisa mengelola hutang dengan bijak, maka ini akan bisa memberikan manfaat besar bagi kesuksesan finansial kita. Caranya antara lain: a.    dengan membatasi jumlah total hutang dan jumlah cicilan hutang, makin kecil pendapatan, makin ketat batasannya, demikian pula sebaliknya. b.    dengan menggunakan hutang lebih untuk bisnis, jenis ini memerlukan kecerdasan finansial dan keterampilan bisnis. Sebaiknya hutang modal untuk bisnis dibatasi kurang dari 50% modal bisnis keseluruhan. c.    kendalikan hutang untuk konsumsi, rencanakan dengan telilti dan terkendali untuk kebutuhan darurat saja misalnya rumah, motor, atau komputer. d.    usahakan mendapatkan hutang baik, yang tidak berbunga dan pembayarannya dapat dicicil misalnya berhutang pada teman atau keluarga dekat. Dalam hal ini kuncinya adalah kepercayaan. e.    disiplin dalam membayar hutang, prinsipnya adalah niat yang kuat, kemampuan membayar dan mengelola persepsi yang baik ketika berhutang Prioritas keempat : Konsumsi Setelah ketiga hal di atas diprioritaskan maka sekarang kita punya sisa dana masa kini untuk konsumsi (prioritas terakhir). Dalam hal ini kunci pengeluaran konsumsi yang sukses adalah keseimbangan antara kebutuhan dan kesenangan. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah berapa banyak anggaran konsumsi harus disesuaikan dengan pendapatan setelah dipakai bersedekah, menabung dan membayar hutang, selain itu tetapkan terlebih dahulu pos-pos pengeluaran dan anggarannya, dan perhatikan jangan sampai besar pasak daripada tiang. Jika hal itu terjadi, tekan pos-pos konsumsi yang memungkinkan, jangan mengambil tabungan dulu. Jika ternyata anggaran defisit maka lakukanlah penghematan anggaran, bila masih kurang tutupi dari hutang, dan jika masih kurang juga, baru tutupi dari tabungan. Yang penting dalam prakteknya lakukan saja dahulu, dan harus fleksibel, serta lakukan evaluasi tiap bulannya agar kondisi keuangan menjadi membaik. Selain itu anggarkan konsumsi untuk meningkatkan kompetensi kita misalnya dengan membeli buku atau ikut pelatihan, karena peningkatan kompetensi membuat pendapatan kita terus meningkat. Yang terakhir laksanakan rencana kita dengan konsisten. Ternyata konsepnya mudah dan sederhana saja untuk meraih sukses dalam pengelolaan keuangan, tidak hanya bagi kehidupan dunia saja tetapi juga berdampak bagi kehidupan akhirat. Kalau tidak percaya silahkan buktikan sendiri. Semoga bermanfaat. Selamat mencoba dan salam sukses :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun