[caption id="attachment_224321" align="alignleft" width="276" caption="www.kfk.kompas.com"][/caption] Sholat tarawih merupakan ibadah sunah yang sangat dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan. Jumlah rakaatnya ada yang 23 rakaat dan ada yang 11 rakaat (termasuk 3 rakaat witir). Di sini saya tidak ingin memperdebatkan benar salahnya, sebenarnya semua benar karena pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Yang ingin saya tekankan di sini masalah kecepatan imam dalam melakukan sholat tarawih. Jumlah rakaat 23 tapi cepat sekali, bagaimana sholat bisa khusyuk ya. Di tempat saya tinggal, terutama di luar kompleks perumahan, rata-rata imam di mesjid dan mushola melakukan sholat tarawih dan witir berjamaah dengan jumlah rakaat keseluruhan 23. Dulu sewaktu tahun pertama pindah ke Bogor, saya ikut sholat tarawih berjamaah di mushola di komplek tempat saya tinggal. Jumlahnya ada 23 rakaat, awal-awalnya saya merasa kaget karena terbiasa ikut yang 8 rakaat sewaktu tinggal di Banjarbaru dulu. Tapi yang bikin gak nyaman bukan karena jumlahnya, melainkan kecepatan bacaan imam yang secepat kilat. Belum selesai kita membaca sudah berganti gerakan, belum sempat menyelesaikan bacaan tahiyat akhir, imamnya sudah mengucapkan salam dan bangkit lagi untuk tarawih rakaat berikutnya. Bahkan saking cepatnya, jamaah perempuan di barisan belakang yang rata-rata anak-anak remaja banyak yang tertawa cekikikan. Banyak pula yang tidak mengikuti sholat secara keseluruhan, mereka hanya duduk-duduk di belakang sambil ngobrol, dan ikut sholat lagi ketika witir. Yang paling kasihan adalah ibu-ibu atau bapak-bapak yang sudah tua. Kalau disuruh sholat sebanyak dan secepat itu, bisa-bisa encoknya kambuh, kasihan kan!!! Dulu, almarhum ibu saya pernah ikut sekali sholat tarawih berjama’ah di mushola kompleks, tapi karena terlalu cepat akhirnya beliau memutuskan untuk sholat berjamaah di rumah bersama bapak saya dan anak-anaknya. Setelah ibu meninggal, saya dan adik lebih memilih sholat di mesjid kompleks tetangga, meskipun tempatnya agak jauh. Bukan karena jumlah rakaatnya yang lebih sedikit (11 rakaat), tapi karena imamnya tidak terlalu cepat dalam memimpin sholat, kemungkinan jadi lebih khusyuk. Ditambah lagi ada kuliah singkat 10 menit (kulsum) antara selepat sholat isya, sebelum tarawih. Cepat atau lambatnya sholat memang tidak menjamin kekhusyukan dalam sholat. Tapi jika gerakan imam terlalu cepat, dan bacaan kita tidak pernah tuntas karena sudah berganti gerakan lain, bagaimana kita bisa sholat dengan khusyuk. Jadi yang dipentingkan hanya mengejar rakaatnya saja tanpa memperhatikan kesempurnaan bacaan dan gerakan kita. Kalau saya perhatikan surat yang dibaca pada rakaat ke-2 tiap sholat tarawih hanya surat Al-Ikhlas, itu-itu saja setiap hari. Apalagi kultum juga tidak pernah ada. Jadi wajar jika yang ikut sholat tarawih plus witir 23 rakaat selesainya lebih cepat dibanding yang sholat tarawih 11 rakaat. Menurut saya sholat semacam itu bukan menimbulkan ketenangan tapi malah bikin stres, seperti balapan lari saja. Terus terang saya lebih memilih sholat tarawih plus witir 11 rakaat tapi kecepatannya sedang dibandingkan yang 23 rakaat tapi cepat sekali. Lain sekali rasanya ketika saya pernah ikut sholat tarawih di Mesjid Raya Bogor, 8 rakaat plus 3 witir 3 rakaat. Semua gerakan dan bacaan bisa dilakukan dengan sempurna, karena si imam dalam memimpin sholat tidak terlalu cepat ataupun lambat. Bacaan suratnya pun bagus, indah dan merdu sekali, meskipun banyak yang tidak tahu artinya, tapi terasa menentramkan jiwa. Sayangnya mesjid itu jauh dari tempat saya tinggal. Yang mengetahui diterima atau tidaknya sholat kita memang hanya Allah SWT. Tapi bukankah sudah ada tuntunannya dalam islam supaya sholat kita diterima. Jadi jangan hanya mementingkan kuantitas saja, tapi kualitas juga harus diperhatikan. Mulai dari bacaannya, gerakannnya, rukun sholatnya semua harus dilakukan sesempurna mungkin sesuai dengan tuntunan sholat yang berlaku. Kita harus melakukan segala sesuatunya sebaik mungkin di hadapan Allah SWT, benar begitu kan?!! Semoga bermanfaat. Salam :-) Bogor, 13 Agustus 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H