Hari mulai beranjak pagi. Di luar, langit mulai terang meski matahari tertutup mendung. Pemandangan pulau-pulau kecil di sekitar mulai terlihat samar. Perlahan kapal ferry yang membawaku menyeberangi Selat Sunda selama 2 jam mulai merapat di Pelabuhan Bakauheni. Ini masih permulaan dari trip ke Krakatau minggu lalu. Trip Krakatau memang membutuhkan waktu tempuh yang lama, sehingga perjalanan panjang masih harus dijalani. Bagi yang sering mabuk laut, bersiap-siaplah minum antimo, karena gelombang di laut cukup besar.
[caption id="attachment_352699" align="alignnone" width="602" caption="Bersiap merapat di Pelabuhan Bakauheni (Dok. Yani)"][/caption]
Setibanya di Bakauheni, perjalanan dilanjutkan dengan angkot menuju Pelabuhan Canti. Sekitar 1 jam angkot melaju kencang menyusuri jalan perbukitan di sisi selatan Lampung. Terkadang penumpang dibuat terkaget-kaget karena sopir angkotnya seringkali ngebut dan menyalip truk-truk besar di depannya. Di Pelabuhan Canti, kapal-kapal yang akan membawa kami ke Krakatau pun sudah bersiap. Di sana sudah banyak rombongan wisatawan lain yang menunggu dengan tujuan yang sama. Rupanya trip Krakatau memang saat ini sudah banyak diminati dan jadi destinasi wisata andalan di daerah ini. Tak heran jika banyak sekali tawaran paket-paket wisata ke Krakatau. Transportasinya cukup mudah, tetapi kalau pergi sendiri tentu saja biayanya lebih besar dibanding bersama rombongan. Umumnya paket wisata ke sini menawarkan jadwal kunjungan yang sama selama 2 hari. Tidak hanya mengunjungi anak Krakatau, tetapi snorkeling dan berenang di pulau-pulau seperti Sebuku, Sebesi, Umang dan Lagoon Cabe.
[caption id="attachment_352704" align="alignnone" width="602" caption="Pelabuhan Canti (Dok. Yani)"]
![1415499955821554916](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1415499955821554916.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Setelah sarapan pagi, kami langsung menaiki kapal menuju Pulau Sebuku. Pelabuhan Canti ini merupakan pelabuhan terdekat untuk penyeberangan trip ke Krakatau. Di sini juga ada pantainya yang dijadikan tempat wisata. Perjalanan ke Pulau Sebuku memakan waktu sekitar satu setengah jam. Ombak lautnya cukup membuat pusing. Untunglah tidak sampai mual, meskipun ada peserta trip lain yang muntah-muntah. Pantai Sebuku adalah pantai pertama yang kami kunjungi. Cukup bersih dengan pasirnya yang putih. Warna air laut di pinggir pantainya hijau toska dengan ombak yang tenang. Pemandangan pulau-pulau lain berbentuk perbukitan yang masih hijau nampak di sekelilingnya. Suasananya cukup tenang, tapi sayangnya hanya bisa dinikmati sebentar karena perjalanan harus dilanjutkan ke sisi pulau yang lain untuk snorkeling. Ini pengalaman pertamaku snorkeling, jadi agak-agak panik waktu nyempung ke laut, ditambah tidak bisa berenang pula. Untunglah ada teman yang membantu. Karena baru pertama kali, saya sering terbawa arus dan susah bernapas dari karena harus dari mulut. Untuk urusan nyelam menyelam di air, saya memang nyerah deh. Yang penting sempat melihat keindahan terumbu karang, meskipun hanya sebentar hehe.
[caption id="attachment_352701" align="alignnone" width="602" caption="Pantai di Pulau Sebuku (Dok. Yani)"]
![14154998771500594893](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14154998771500594893.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_352703" align="alignnone" width="614" caption="Pemandangan di Pulau Sebuku (Dok. Yani)"]
![14154999151918499253](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14154999151918499253.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Naik turun kapal dan terombang-ambing di laut memang jadi menu kami dua hari itu. Pulau Sebesi adalah pulau tempat kami menginap. Pulau ini memang paling dekat jaraknya dari Krakatau. Listrik hanya menyala di malam hari saja. Pulau itu penduduknya sedikit dan umumnya mereka orang Jawa dan Serang. Rata-rata mereka tidak bekerja sebagai nelayan tetapi berkebun. Coklat adalah salah satu komoditas yang ditanam karena kulihat si pemilik rumah tempat kami menginap sedang menjemur buah coklat. Rupanya dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Krakatau bisa membantu tambahan income bagi warga setempat.
[caption id="attachment_352706" align="alignnone" width="574" caption="Suasana di Pulau Sebesi (Dok. Yani)"]
![14155000421040377528](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14155000421040377528.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Sore di hari pertama itu kami habiskan di Pulau Umang. Hanya sebentar sih karena air laut juga mulai pasang. Pulau kecil tak jauh dari Pulau Sebesi ini menurutku sangat cantik. Pasir pantai di beberapa sisinya berwarna putih dan halus dengan batu-batu yang menancap kokoh di atasnya. Pohon-pohonnya banyak yang berubah warna menjadi orange kekuningan, layaknya musim gugur. Sungguh indah menyaksikan senja di sini. Sayangnya mentari sore yang masih terik menghilang di balik bukit di hadapan kami. Kami tidak bisa melihat sunset bulat sempurna.
[caption id="attachment_352705" align="alignnone" width="602" caption="Pelabuhan Sebesi (Dok. Yani)"]
![1415499993336553369](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1415499993336553369.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)