[caption id="attachment_104572" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi : www.sonasnews.wordpress.com"][/caption] Jalan merupakan salah satu sarana infrastruktur umum yang sangat penting. Jalan sangat menentukan kelancaran berlalu-lintas. Jika kondisi jalan yang dilewati sangat parah, seperti berlubang, sempit atau bergelombang, tentu saja ini sangat berpengaruh terhadap perjalanan kita. Hal inilah yang saya alami ketika ada tugas kantor di Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga Bogor. Seperti kita ketahui, perjalanan Bogor-Jasinga dapat ditempuh kurang lebih 3 jam dalam keadaan biasa (maksudnya biasa macetnya hehe). Benar-benar perjalanan yang melelahkan, padahal sama-sama di Bogor. Mungkin lebih dekat jarak antara Bogor-Jakarta dibanding Bogor-Jasinga. Jasinga termasuk wilayah Kabupaten Bogor Barat yang berbatasan langsung dengan wilayah Banten. Ada beberapa kecamatan yang akan kita lewati selama perjalanan menuju Jasinga antara lain Dramaga, Ciampea, Cibungbulang, Leuwisadeng, Leuwiliang, Cigudeg, dan Jasinga. Jalur ke Jasinga bukan jalan yang lurus seperti jalur Pantura, tetapi berkelok dan berliku-liku karena melewati pegunungan. Tetapi tidak seindah jalur ke Puncak karena kebanyakan adalah pegunungan kapur, jadi pemandangannya agak gersang dan tandus, apalagi sudah banyak terlihat penggundulan bukit di banyak tempat. Tempat wisata juga jarang apalagi penginapan, paling-paling Goa Godawang di Kecamatan Cigudeg. Di sini siap-siap saja, karena akan banyak ditemukan kemacetan dan kondisi jalan yang rusak. Titik macet terparah ditemui di ketika kita melewati pertigaan kampus dalam IPB Dramaga. Hal ini mungkin disebabkan karena angkot banyak yang menghentikan/menaikkan penumpang sembarangan serta kondisi jalan yang terlalu sempit. Biasanya ini terjadi di pagi dan sore hari dimana mahasiswa berangkat atau pulang kuliah. Sebenarnya sepanjang hari juga macet sih, tetapi sepertinya kemacetan sangat berkurang jika mahasiswa sedang libur. Titik kemacetan terparah berikutnya terjadi di daerah pasar Leuwiliang. Jika sebelum daerah itu kita tidak memilih untuk melewati jalan alternatif yang ada di belakang pasar, dipastikan akan terjebak macet dalam waktu lama. Agaknya jalur ini termasuk jalur yang lalu lintasnya padat sepanjang hari. Banyak sekali kendaraan yang melintasi mulai dari sepeda motor, mobil, angkot, dan truk. Yang paling banyak lewat memang angkot dan truk muatan mulai dari yang kecil sampai yang besar. Namun sayangnya, kekuatan aspal jalan tampaknya tidak sebanding dengan beban kendaraan yang melewatinya. Bayangin aja kalau yang lewat di jalanan ini adalah truk fuso yang super besar dan berat, gimana jalanannya gak langsung jebol ya. [caption id="attachment_104570" align="aligncenter" width="448" caption="Ilustrasi jalan berlubang (www.swaberita.com)"][/caption] Dalam dua bulan terakhir ini, saya sudah 6 kali bolak-balik melewati jalur tersebut (makanya hafal hehehe). Dan jika saya perhatikan, setiap saya lewat dari waktu ke waktu, kondisi jalanan semakin jelek. Lubang di jalan semakin lama semakin besar, jika pas kebetulan hujan deras otomatis bisa berubah menjadi kolam kecil. Mana jalanannya juga banyak yang sempit lagi. Tentu saja ini sangat mengganggu dan memperlambat perjalanan, selain akan membuat kepala jadi pusing dan mual selama melewatinya. Sampai saat ini, saya belum melihat adanya usaha perbaikan dari pemerintah. Saya tidak sempat memotretnya karena memang tidak berhenti dan harus segera sampai ke Jasinga. Tapi saya ingat sekali, kerusakan jalan itu bisa ditemui mulai kecamatan Leuwiliang. Dan keadaan ini akan semakin parah di Leuwisadeng. Jalan yang sempit dan berlubang-lubang membuat kita harus mengurangi kecepatan kendaraan. Kondisi jalan ini membaik ketika sudah memasuki Kecamatan Cigudeg. Lumayan agak mulus dan pemandangan terlihat agak indah. Saya lihat di sini banyak terdapat perkebunan kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII). Mungkin inilah penyebabnya kenapa kantor kecamatan Cigudeg terlihat lebih bagus dibanding kecamatan sekitarnya. Tetapi tetap saja masih terdapat jalan yang rusak juga tuh. [caption id="attachment_104575" align="aligncenter" width="560" caption="Perkebunan kelapa sawit PTPN VIII (Dokumen pribadi)"][/caption] Memasuki kecamatan Jasinga, keadaan jalan kembali gak karuan. Banyak sekali yang berlubang-lubang, bahkan kadang-kadang kita harus menggunakan jalur sebelah kanan untuk menghindari jalur kiri yag rusak. Tentu saja ini sangat berbahaya jika berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan arah. Jalan rusak ini juga semakin parah setelah melewati patung singa belok ke kanan ke arah Kecamatan Tenjo, dan seterusnya. Saya juga sering lihat ada mobil atau angkot yang terpaksa harus didorong karena kejeblos lubang yang cukup dalam. [caption id="attachment_104577" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan di salah satu desa di Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor (Dokumen pribadi)"][/caption] Benar-benar tidak habis pikir, padahal itu semua termasuk jalan raya utama. Apalagi jalan masuk yang ke desa-desa ya, pasti keadaannya lebih parah lagi. Dan letaknya juga masih dekat ibukota Jakarta, bukan di Papua ataupun pulau-pulau yang sulit dijangkau. Mengapa pemerintah diam saja ya, ataukah mereka menganggap ini tidak terlalu penting dibandingkan membangun Gedung Pejabat DPR/MPR yang sebenarnya kondisinya masih baik-baik saja. Terus apakah tidak ada timbal balik dari perusahaan besar yang sudah berkontribusi untuk membuat jalan menjadi rusak seperti dari PT Aneka Tambang (Antam) Pongkor dan PTPN VIII, yang tentu saja sering bolak-balik melewati jalur ini dengan truk besarnya. Atau mungkin ada timbal balik tapi yang mendapatkan untung hanya pejabatnya, tidak sampai ke masyarakat dan pembangunan infrastruktur jalan. Entahlah, saya juga tidak tahu. Tapi diharap dengan sangat kepada pemerintah atau mungkin SBY sekalian, cobalah sesekali sempatkan lewat di jalur ini. Paling-paling juga cuma memakan waktu sebentar, gak lama koq. Biar melihat langsung kondisinya seperti apa. Tolong juga buat pemerintah jika membangun jalan sekalian yang bagus, pakai beton gitu, biar kuat dan tahan lama. Jangan hanya pakai aspal, itupun tipis sekali karena uangnya dikorupsi. Jangan sampai seperti Jalan Baru KH. Soleh Solehudin Bogor, yang selalu jadi baru terus karena sering diperbaiki, membeton jalan saja setengah-setengah, gak sekalian seluruhnya. Semoga bermanfaat dan ditindaklanjuti oleh pemerintah. Bogor, 2 Mei 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H