Sejak kecil saya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya buku. Mungkin sejak mulai bisa baca tulis. Orang tua sering sekali mengajak ke toko buku. Tak jarang pula saya mendapat hadiah buku dari mereka ataupun teman orang tua. Buku cerita adalah buku favoritku sejak dulu. Waktu itu, buku yang sering saya baca adalah serial cerita rakyat, dongeng, legenda dan semacamnya karena ceritanya yang sederhana dan sarat makna. Saya punya koleksi cukup lengkap untuk seri cerita rakyat dari Indonesia. Umumnya buku yang dibaca kala itu merupakan terbitan dalam negeri, meskipun ada beberapa yang terjemahan dari penulis asing seperti Enid Blyton. Sebagai anak-anak, saya seringkali dibuat terkagum-kagum oleh alur ceritanya yang seolah-olah dapat menerbangkan imajinasiku. Sedari kecil saya juga sering membaca cerita pewayangan dan kisah-kisah para nabi. Kalau sudah membaca cerita, pasti betah berlama-lama dan hampir tidak beranjak sama sekali sampai bukunya habis terbaca. Bahkan sampai lupa makan dan sering kena omelan orang tua.
[caption id="attachment_350266" align="alignnone" width="534" caption="Koleksi serial cerita rakyat (Dok. Yani)"][/caption]
Beranjak SMP, saya mulai membaca serial komedi “Lupus” karya Hilman dan Boim yang kocak. Waktu itu saya juga sempat memiliki buku cerita sastra seperti “Surapati” karya Abdoel Moeis dan “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya RA Kartini. Itu karena sering mendengar cerita dari ibu dan saya penasaran ingin membacanya sendiri. Sebenarnya saya cenderung suka dengan buku yang full color dan banyak fotonya seperti ensiklopedia. Tetapi karena harganya cukup mahal, paling-paling saya hanya meminjam punya teman. Lagipula waktu itu saya tinggal di sebuah kota kecil di luar Pulau Jawa yang tidak ada toko bukunya. Jadi kesempatan untuk membeli buku jarang sekali karena harus ke ibukota provinsi.
[caption id="attachment_350267" align="alignnone" width="576" caption="Koleksi serial Lupus (Dok. Yani)"]
Saat memasuki bangku kuliah, saya pindah ke kota hujan. Toko buku lumayan mudah ditemukan di sana sehingga saya jadi lebih sering membeli buku bacaan baru. Sejak saat itu saya mulai mengenal dan membaca cerita detektif karya penulis luar. Mulai dari kelas anak remaja seperti Lima Sekawan, Trio Detektif, sampai yang lebih dewasa macam detektif Poirot/Miss Marple karya Agatha Christie atau Sherlock Holmes yang lebih memutar otak. Tak ketinggalan pula serial Harry Potter yang saat itu sedang membooming. Untuk novel lokal, dulu saya sering membaca itu karya penulis cerita pop islami Asma Nadia atau Gola Gong.
[caption id="attachment_350268" align="alignnone" width="534" caption="Koleksi cerita detektif remaja (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_350269" align="alignnone" width="576" caption="Koleksi novel karya Agatha Christie (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_350270" align="alignnone" width="561" caption="Koleksi novel Sherlock Holmes (Dok. Yani)"]
Lama kelamaan, koleksi buku cerita saya semakin menumpuk. Waktu itu sempat terpikir untuk membuka penyewaan buku bacaan bersama adik saya. Karena diapun hobi membaca terutama komik dan koleksinya sudah menumpuk. Sayang sekali kalau tidak diapa-apakan dan hanya teronggok di rak. Kamipun akhirnya bersama-sama merapikan koleksi dan membuat daftarnya. Semua buku diberi sampul plastik supaya tidak cepat kotor. Waktu itu saya juga sering berburu buku-buku murah saat pameran untuk menambah koleksi. Saking banyaknya, banyak buku yang hanya dikoleksi saja tanpa sempat terbaca. Dan sampai saat ini niat membuka penyewaan buku bacaanpun belum sempat terwujud (Baca : di sini).
Seiring berjalannya waktu, saya memiliki hobi lain selama beberapa tahun belakangan ini yakni travelling dan fotografi. Jenis buku yang diminatipun lebih cenderung ke arah cerita-cerita perjalanan beserta foto-fotonya seperti karya-karya Trinity, Agustinus Wibowo. Sayapun penggemar cerita penulis perjalanan, yakni kompasianer Ary Amhir, dengan karyanya yang sudah habis saya baca antara lain 30 Hari Keliling Sumatra dan Negeri Pala.
Bagi saya yang penggemar travelling, buku itu memang jendela dunia. Buku bisa membawa kita keliling dunia, mengantarkan kita mengenal alam semesta dan seisinya meskipun kita belum pernah mengunjunginya secara langsung. Buku juga menjadi jembatan dari ketidaktahuan menjadi tahu. Buku selalu memberikan banyak inspirasi dan pilihan pengetahuan yang ingin kita pelajari. Apapun bentuknya, baik dalam bentuk klasik maupun digital, buku akan selalu ada dan diperlukan sampai kapanpun. So, jadikanlah buku sebagai teman setia kita.