Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Edisi Sukabumi] ke Curug Bibijilan

1 Maret 2014   23:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan sebelumnya : [Edisi Sukabumi] Ke Goa ‘Siluman’ Buniayu

Sesaat setelah keluar dari Goa Wisata Buniayu, kami beristirahat sebentar untuk sholat dan makan siang. Rencana ke Salabintana terpaksa harus dibatalkan karena ada objek yang lebih menarik yaitu curug. Kata si pemandu, goa untuk minat khusus yang panjangnya 2,5 km akan berakhir di sebuah curug yang letaknya tidak jauh dari komplek goa. Meskipun hujan sempat turun deras, kami tetap berangkat juga dengan mengajak si pemandu untuk mengantarkan ke lokasi.

[caption id="attachment_314631" align="alignnone" width="602" caption="Wanawisata Curug Bibijilan (Dok. Yani)"][/caption]

[caption id="attachment_314632" align="alignnone" width="400" caption="Pohon pinus yang berjajar rapi"]

13936671031246311563
13936671031246311563
[/caption]

Lokasi curug terletak agak jauh dari jalan raya, tetapi di sekitarnya banyak perkampungan penduduk. Pemandangan hutan pinus khas pegunungan berjejer rapi setibanya di pintu masuk wanawisata. Ada papan nama bertuliskan Curug Bibijilan, nama yang baru saya dengar pertama kali di sini. Nama yang kedengaran aneh bagi saya, dalam bahasa sunda sendiri artinya bermunculan. Maksudnya mungkin air terjun yang bermunculan dari perut bumi. Curug ini masih satu komplek dengan Goa Buniayu dan berasal dari sungai/aliran air yang berada di dalam goa tersebut.

Menurut keterangan pemandu, Goa Buniayu sendiri terdiri dari banyak goa dan di dalam perut bumi mencapai areal yang sangat luas dengan kedalaman bermeter-meter. Di dalam goa ada danau yang luas dan aliran sungai yang akan muncul ke permukaan tanah sebagai Curug Bibijilan. Menurut saya jarak antara goa dan curug lumayan jauh. Gak nyangka ya di area yang seluas itu, ternyata di perut buminya terdapat goa-goa yang bisa dimasuki dan ditelusuri. Karena adanya aliran air di dalamnya maka goa tersebut menjadi tidak beracun. Dan karena adanya goa di bawah tanahnya itu, maka penduduk di daerah tersebut tidak bisa membuat sumur.

[caption id="attachment_314633" align="alignnone" width="400" caption="Melewati jalan setapak yang becek"]

1393667164868150218
1393667164868150218
[/caption]

[caption id="attachment_314634" align="alignnone" width="602" caption="Menuruni bebatuan yang licin"]

1393667235730172514
1393667235730172514
[/caption]

[caption id="attachment_314636" align="alignnone" width="602" caption="Pemandangan curug dari atas"]

13936672841549118047
13936672841549118047
[/caption]

Untuk menuju Curug Bibijilan, kita harus melewati jalan setapak di antara hutan pinus. Hanya berjalan kaki beberapa meter, curug sudah bisa dilihat dari atas. Harus berhati-hati karena jalannya agak becek dan licin akibat hujan. Curug ini mengalir di atas bebatuan yang bertingkat-tingkat. Cukup deras, apalagi di musim penghujan. Pada bagian atas berbentuk seperti kolam-kolam kecil dan sepertinya sedikit dibentuk. Warnanya agak sidikit hijau. Di sekitarnya banyak terdapat pipa yang sengaja dipasang untuk menyedot airnya untuk dialirkan ke penduduk. Sepertinya air bermunculan di beberapa titik sehingga membentuk curug. Biasanya penduduk memanfaatkannya untuk mandi dan mencuci. Air ini tidak dipakai untuk sumber air minum karena kurang layak konsumsi.

[caption id="attachment_314639" align="alignnone" width="602" caption="Aliran air membentuk kolam-kolam kecil"]

1393667329915996499
1393667329915996499
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun