[caption id="attachment_230029" align="alignright" width="282" caption="www.tunas63.wordpress.com"][/caption] Masih ingat tidak dengan lagu-lagu wajib nasional yang sering kita nyanyikan sewaktu masih duduk di bangku sekolah dulu? Pasti banyak di antara kita yang sudah lupa atau bahkan melupakannnya, termasuk saya. Rasanya sudah berlangsung lama sekali ya. Tapi jika mendengar ada orang yang menyanyikan lagi sekarang, jadi teringat kembali masa sekolah dulu. Itu yang saya rasakan ketika mengikuti upacara bendera kemarin. Bagi saya, mendengarkan lagu-lagu wajib itu seakan membuat bulu kuduk merinding, tapi bukan merinding seperti ketika melihat hantu ya. Pokoknya bisa bermacam-macam rasa deh, bisa terharu, sedih, bersemangat, pokoknya tergantung jenis lagu yang dibawakan. Yang jelas jadi ingat lagi cerita-cerita sejarah dan kepahlawanan Bangsa Indonesia di masa kemerdekaan yang melatarbelakangi penciptaan lagu-lagu tersebut. Di setiap upacara bendera di hari kemerdekaan pasti selalu diperdengarkan lagu-lagu wajib nasional, baik itu dari kaset maupun tim paduan suara yang ditunjuk untuk menyanyikannya. Sebenarnya tidak hanya saat upacara tujuh belasan saja, saat upacara di hari lain kita juga pasti akan mendengarnya terutama lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ciptaan W.R Soepratman yang mengiringi pengibaran Sang Saka Merah Putih. Selain itu ada juga lagu “Mengheningkan Cipta” ciptaan Truno Prawit, saya lupa judulnya apa. Yang jelas kedua lagu wajib itu pasti selalu ada di setiap upacara. Upacara tujuh belasan pada tahun-tahun sebelumnya yang saya ikuti, selalu diadakan di lapangan Kebun Raya Bogor. Karena di terletak di kota jadi saya berangkatnya agak santai, biasanya saya tiba tempat pelaksanaan persis sesaat sebelum upacara dimulai, jadi mepet sekali waktunya. Bahkan pernah pula beberapa menit setelah upacara dimulai, saya baru datang. Akibatnya saya selalu berada di barisan belakang, dan tidak pernah memperhatikan jalannya upacara, apalagi mendengarkan lagu-lagu wajib yang dinyanyikan. Dari belakang memang tidak terlihat, saya juga malah sibuk mendengarkan teman di kanan-kiri yang ngobrol. Tapi kemarin karena upacaranya diadakan di Cibinong, saya jadi berangkat lebih pagi, sehingga bisa berada di barisan yang agak ke depan. Sayapun jadi lebih konsentrasi mengikuti jalannya upacara, termasuk ketika mendengarkan lagu-lagu wajib nasional. Upacara kemarin berlangsung lebih lama dari biasanya karena ada penyematan penghargaan Satya Lencana kepada PNS yang sudah mengabdi selama 30, 20 dan 10 tahun. Lumayan lama juga karena ada sekitar 80 orang yang menerima penghargaan itu, banyak di antara teman-teman yang mundur ke barisan belakang karena kepanasan dan tidak kuat berdiri karena sedang puasa, tapi saya tetap bertahan dalam barisan. Nah pada saat acara ini berlangsung, diperdengarkan lagu-lagu wajib yang dibawakan oleh tim paduan suara kantor kami. Mungkin karena faktor suaranya merdu dan kompak, saya jadi mulai memperhatikan dengan seksama. Pada saat mereka menyanyikan lagu “Gugur Bunga” ciptaan Ismai Marzuki dan “Syukur” ciptaan H.Mutahar, koq tiba-tiba jadi merinding ya, tapi terharu sekaligus sedih. Membayangkan para pahlawan yang gugur di medan perang dulu untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Ada perasaan bangga juga ketika mendengar lagu “Padamu Negeri” ciptaan R. Kusbini dan “Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail Marzuki. Terus tiba-tiba jadi semangat ketika mendengar lagu “Maju Tak Gentar” ciptaan C.Simandjuntak, “Bangun Pemudi-Pemuda” ciptaan A.Simandjuntak, “Halo-Halo Bandung dan “Bendera Merah Putih” ciptaan Ibu Soed. Saking semangatnya, para peserta upacara yang masih bertahan di dalam barisan ikut bernyanyi dan bertepuk tangan hingga selesainya upacara. Begitulah, ternyata mendengarkan lagu wajib nasional bisa menimbulkan bermacam-macam rasa bagi para pendengarnya. Yang jelas lagu itu merupakan suatu karya seni yang bisa menimbulkan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk semakin mencintai negara kita. Liriknya yang sangat menyentuh bisa menimbulkan perasaan nasionalisme seketika, semoga tidak hanya pada saat upacara saja tapi seterusnya. Kalau didengarkan lama-lama enak juga ya, gak kalah koq dengan lagu-lagu pop zaman sekarang, apalagi kalau ada musisi yang mau mengaransemen ulang, pastinya akan lebih menarik. Kalau teman-teman yang lain bagaimana? Suka gak mendengarkan lagu-lagu wajib nasional? Atau seperti saya, sudah banyak yang lupa, jadi harus searching dulu di google untuk mengingat judul-judul dan pengarang lagunya :-) Salam merdeka!!! Bogor, 18 Agustus 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H