Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bogor Bukan Kota yang Nyaman (Lagi)

7 Oktober 2013   09:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:53 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bogor bukan kota yang nyaman lagi, mungkin inilah yang terasa saat ini. Kemacetan, jumlah penduduk yang semakin padat serta kualitas lingkungan yang menurun menjadikan kenyamanan Bogor sebagai kota tinggal semakin berkurang. Bagi orang yang pernah tinggal di Bogor di era 80-an pasti bisa merasakan bedanya. Bogor dulu dan kini begitu jauh berbeda. Saya sendiri dilahirkan di Bogor, dan sempat mengenyam masa kecil di kota hujan ini selama 8 tahun sebelum mengikuti orang tua pindah ke Kalimantan Selatan. [caption id="attachment_283652" align="alignnone" width="600" caption="Gunung Salak dilihat dari Mesjid Raya Bogor"][/caption] Landscape asli Kota Bogor memang cantik. Dengan letak geografis di sekitar lembah Gunung Salak membuat kita bisa menikmati hawa yang sejuk. Dari pusat kota, kita bisa menikmati pemandangan Gunung Salak dengan jelas dan Gunung Gede Pangrango dari kejauhan. Tidak salah jika pada masa penjajahan Belanda dulu, kota ini dipilih sebagai tempat peristirahatan oleh pemerintah VOC. Dulu, udara Bogor memang sejuk. Hampir tiap hari di sini selalu mendung disertai hujan rintik-rintik. Matahari tidak pernah bersinar terlalu terik dan menyengat. Makanya kota ini dijuluki kota hujan. Tetapi sekarang sudah tidak lagi. Sepertinya julukan ‘kota hujan’ perlu ditinjau ulang. Memang sih hampir tiap sore selalu turun hujan. Tapi jangan ditanya saat siang hari bolong, panasnya minta ampun, hampir tidak jauh berbeda dengan di wilayah Pantura Jawa. Saya jadi ingat waktu tinggal di Banjarbaru Kalsel, begitu merindukan hawa sejuk di Bogor, karena di sana panasnya luar biasa. Pertengahan tahun 1998, sayapun kembali ke Bogor dan waktu masih bisa menikmati udara sejuknya. Sekarang sudah berbeda, hawa Bogor tidak sesejuk/sedingin dulu lagi. [caption id="attachment_283653" align="alignnone" width="600" caption="Salah satu kemacetan di Kota Bogor (Jl.Kapten Muslihat)"]

1381113343250614655
1381113343250614655
[/caption] Kemacetan?!! Sepertinya ini sudah makanan sehari-hari. Sekarang tidak hanya sabtu minggu, tetapi di hari kerjapun tidak luput dari kondisi ini. Apalagi di saat turun hujan. Tidak hanya di jalan raya, tetapi juga sudah merambah di jalan-jalan kecil sebagai alternatif. Bahkan jalan di depan rumah komplek sayapun serasa seperti jalan besar karena hampir tiap menit selalu ada motor yang lewat. Menyeberang jalanpun harus selalu berhati-hati, karena jalan tidak pernah lengang. Tentu saja hal ini juga menambah polusi udara dan suara. Salah satu pemicu dari kemacetan ini karena pertambahan jumlah kendaraan yang semakin pesat, sedangkan pertambahan jalan terbatas. Padahal jalanan di Kota Bogor termasuk sempit. Harusnya memang diberlakukan pembatasan kendaraan baik motor, angkot maupun mobil. Percuma kan kalau jalan diperluas, tapi kendaraannya nambah terus. Kota yang cantik dan sejuk memang selalu menjadi incaran. Banyak orang berbondong-bondong untuk bisa tinggal di kota tersebut. Lalu para investor berlomba-lomba untuk menanamkan modalnya dan membuka usaha di tempat ini. Tidak peduli beban yang ditanggung kota itu sendiri semakin berat karena derasnya arus urbanisasi. Parahnya lagi, orang-orang yang bekerja di luar Bogor (seperti Jakarta dan sekitarnya) pun ramai-ramai mencari tempat tinggal di Bogor. Hampir dari mereka berpikiran sama, “Bogor itu nyaman untuk tempat tinggal”. Jadilah Bogor menjadi kota yang semakin padat dari hari ke hari. Padahal kota Bogor tidak seberapa besar. Nah, kalau keadaan ini terus berlanjut, kira-kira seperti apa ya Bogor lima atau sepuluh tahun ke depan?? Salam Bogor, 7 Oktober 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun