Situ Gunung bukanlah tempat yang asing di telinga, saya seringkali mendengar tentang tempat wisata ini. Letaknya pun tidak jauh dari Kota Bogor. Saya sering melihat foto-fotonya diupload oleh teman ataupun situs jalan-jalan. Tetapi baru sekitar sebulan yang lalu bisa melihat secara langsung danau yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango ini. Rencana awalnya, waktu itu saya bersama Mbak Lila ingin menginap di tempat mbak Ramdiyah Luki (di Sukabumi) satu malam supaya sempat menikmati sunrise di tepi danau. Namun batal karena waktu tidak memungkinkan. Akhirnya saya dan Mbak Lila memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali. Selepas subuh, motor yang dikendarai Mbak Lila melaju menembus dinginnya udara pagi dari rumahku ke arah Sukabumi. Kami memilih jalur alternatif melewati Pamoyanan, sampai akhirnya tembus ke arah Stasiun Cicurug. Sengaja kami berangkat sepagi mungkin supaya tidak terjebak macet. Dari Bogor sampai Perumahan Lido Permai via Pamoyanan dan Cihideung memang relatif lancar, meskipun terdapat jalan rusak di beberapa ruas. Pagi itu, udaranya masih segar karena belum banyak kendaraan yang lewat. Pemandangan di sisi jalan yang berliku-liku benar-benar menyejukkan mata. Di kanan jalan, Gunung Salak terlihat jelas, dipadu kebun-kebun teh dan dan deretan pohon-pohon khas pegunungan. Namun pemandangan sedikit agak terganggu karena banyaknya bangunan di atasnya. Di sisi kiri, matahari tampak mulai menyembul di balik Gunung Gede-Pangrango, menimbulkan pantulan keemasan di atas air kolam maupun sawah yang kami lewati. Selepas keluar dari Perumahan Lido, mulailah kami harus menghadapi kemacetan yang luar biasa di pagi hari. Jarak Bogor-Sukabumi memang dekat, tetapi perjalanan terasa sangat melelahkan dan lama karena kami harus melewati kemacetan di antara truk-truk besar, bus dan mobil. Untung udara masih pagi dan agak mendung sehingga kami tidak kepanasan. Tetapi polusi asap kendaraan benar-benar membuat kepala pusing. Saya sendiri tidak terbiasa naik motor, jadi pegalnya terasa sekali meskipun hanya membonceng. Untunglah Mbak Lila berani menyalip kendaraan lain sehingga motor kami tetap jalan di antara kemacetan. Kami sempat istirahat sebentar di daerah Cibadak untuk sarapan pagi. Setelah sampai di alun-alun Cisaat, motor kamipun berbelok kiri, menyusuri jalan yang lebih sempit namun padat kendaraan. Jalan di sana tidaklah terlalu bagus, berkelok-kelok, makin lama makin menanjak. Akhirnya sampailah di gerbang Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Kami sama sekali tidak dipungut bayaran tiket masuk. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat. Berarti perjalanan yang kami tempuh sekitar 3 jam. Suasana begitu sepi, mungkin para pengunjung belum sampai di sini karena banyak yang terjebak kemacetan. Situ Gunung tidaklah jauh dari gerbang utama, hanya berjarak 1 km. Suasana khas hutan pegunungan mengantar kami menyusuri jalan bebatuan menuju danau. Tampak rombongan pelajar menuju arah yang sama. Sayangnya kami datang sudah terlalu siang ke tempat tersebut, sehingga sudah tidak bisa menikmati suasana sunrise karena matahari sudah terlalu tinggi dan terik. Pemandangan danau jadi terkesan biasa saja menurut saya, seperti di Situ Gede Bogor. Sayapun hanya memotret sekedarnya. [caption id="attachment_287528" align="alignnone" width="602" caption="Situ Gunung"][/caption] [caption id="attachment_287529" align="alignnone" width="602" caption="Puncak Gunung Gede Pangrango dari kejauhan"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H