Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berkendara Motor Menuju Situ Gunung dan Curug Sawer

25 Oktober 2013   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:03 6706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situ Gunung bukanlah tempat yang asing di telinga, saya seringkali mendengar tentang tempat wisata ini. Letaknya pun tidak jauh dari Kota Bogor. Saya sering melihat foto-fotonya diupload oleh teman ataupun situs jalan-jalan. Tetapi baru sekitar sebulan yang lalu bisa melihat secara langsung danau yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango ini. Rencana awalnya, waktu itu saya bersama Mbak Lila ingin menginap di tempat mbak Ramdiyah Luki (di Sukabumi) satu malam supaya sempat menikmati sunrise di tepi danau. Namun batal karena waktu tidak memungkinkan. Akhirnya saya dan Mbak Lila memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali. Selepas subuh, motor yang dikendarai Mbak Lila melaju menembus dinginnya udara pagi dari rumahku ke arah Sukabumi. Kami memilih jalur alternatif melewati Pamoyanan, sampai akhirnya tembus ke arah Stasiun Cicurug. Sengaja kami berangkat sepagi mungkin supaya tidak terjebak macet. Dari Bogor sampai Perumahan Lido Permai via Pamoyanan dan Cihideung memang relatif lancar, meskipun terdapat jalan rusak di beberapa ruas. Pagi itu, udaranya masih segar karena belum banyak kendaraan yang lewat. Pemandangan di sisi jalan yang berliku-liku benar-benar menyejukkan mata. Di kanan jalan, Gunung Salak terlihat jelas, dipadu kebun-kebun teh dan dan deretan pohon-pohon khas pegunungan. Namun pemandangan sedikit agak terganggu karena banyaknya bangunan di atasnya. Di sisi kiri, matahari tampak mulai menyembul di balik Gunung Gede-Pangrango, menimbulkan pantulan keemasan di atas air kolam maupun sawah yang kami lewati. Selepas keluar dari Perumahan Lido, mulailah kami harus menghadapi kemacetan yang luar biasa di pagi hari. Jarak Bogor-Sukabumi memang dekat, tetapi perjalanan terasa sangat melelahkan dan lama karena kami harus melewati kemacetan di antara truk-truk besar, bus dan mobil. Untung udara masih pagi dan agak mendung sehingga kami tidak kepanasan. Tetapi polusi asap kendaraan benar-benar membuat kepala pusing. Saya sendiri tidak terbiasa naik motor, jadi pegalnya terasa sekali meskipun hanya membonceng. Untunglah Mbak Lila berani menyalip kendaraan lain sehingga motor kami tetap jalan di antara kemacetan. Kami sempat istirahat sebentar di daerah Cibadak untuk sarapan pagi. Setelah sampai di alun-alun Cisaat, motor kamipun berbelok kiri, menyusuri jalan yang lebih sempit namun padat kendaraan. Jalan di sana tidaklah terlalu bagus, berkelok-kelok, makin lama makin menanjak. Akhirnya sampailah di gerbang Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Kami sama sekali tidak dipungut bayaran tiket masuk. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat. Berarti perjalanan yang kami tempuh sekitar 3 jam. Suasana begitu sepi, mungkin para pengunjung belum sampai di sini karena banyak yang terjebak kemacetan. Situ Gunung tidaklah jauh dari gerbang utama, hanya berjarak 1 km. Suasana khas hutan pegunungan mengantar kami menyusuri jalan bebatuan menuju danau. Tampak rombongan pelajar menuju arah yang sama. Sayangnya kami datang sudah terlalu siang ke tempat tersebut, sehingga sudah tidak bisa menikmati suasana sunrise karena matahari sudah terlalu tinggi dan terik. Pemandangan danau jadi terkesan biasa saja menurut saya, seperti di Situ Gede Bogor. Sayapun hanya memotret sekedarnya. [caption id="attachment_287528" align="alignnone" width="602" caption="Situ Gunung"][/caption] [caption id="attachment_287529" align="alignnone" width="602" caption="Puncak Gunung Gede Pangrango dari kejauhan"]

13826726062108395000
13826726062108395000
[/caption] [caption id="attachment_287534" align="alignnone" width="614" caption="Matahari sudah tinggi"]
13826729131473660398
13826729131473660398
[/caption] [caption id="attachment_287538" align="alignnone" width="602" caption="Mbak Lila di depan Danau Situ Gunung"]
13826730831166406975
13826730831166406975
[/caption] Selain danau, di sana ada objek wisata lain yang bisa dikunjungi yaitu Curug Sawer. Kamipun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah bertanya rute pada penjual makanan di sekitar danau, kami langsung mendaki melewati jalan setapak yang sepi. Beberapa kali hampir nyasar karena jalan yang dilewati kadang-kadang bercabang tidak jelas, tanpa petunjuk arah dan tidak ada seorangpun yang bisa ditanyai. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara air yang mengalir, terkadang ada suara ramai orang-orang, tetapi suara-suara itu menjauh lagi. Untunglah waktu masih pagi sehingga kami tidak terlalu takut meskipun nyasar-nyasar dikit. Tak berapa lama kami bertemu dengan beberapa remaja perempuan, merekapun memberi tahu jalan menuju Curug. [caption id="attachment_287531" align="alignnone" width="602" caption="Jalan setapak yang kami lewati menuju curug sawer"]
1382672728709690554
1382672728709690554
[/caption] Perjalanan mencapai Curug Sawer lumayan melelahkan, tetapi terbayar oleh pemandangan curugnya yang memang indah. Alirannya deras sekali dan sungainya jernih. Ternyata di sana sudah banyak orang yang berkunjung. Lagi-lagi saya berpikir bagaimana jalan pulangnya, karena kalau harus jalan lagi lumayan capek. Untunglah sekitar 200 meter dari curug ada ojek yang bisa mengantarkan kita sampai ke gerbang depan. Kami berdua membonceng satu ojek melewati jalan yang sempit naik turun di tepi-tepi jurang. Agak deg-degan juga sih, untung si tukang ojek sudah terbiasa, dan alhamdulillah kami bisa sampai kembali ke gerbang. [caption id="attachment_287530" align="alignnone" width="400" caption="Curug Sawer"]
13826726731155695192
13826726731155695192
[/caption] [caption id="attachment_287532" align="alignnone" width="400" caption="Indahnya Curug Sawer"]
138267281382253768
138267281382253768
[/caption] [caption id="attachment_287533" align="alignnone" width="602" caption="Jernih dan segar"]
13826728631258334271
13826728631258334271
[/caption] Perjalanan pulang yang melelahkan ke Bogor pun harus dilalui lagi. Beberapa kali kami berhenti untuk istirahat makan dan sholat, sekaligus meluruskan badan. Sepertinya saat pulang terasa lebih lama karena cuaca panas dan kendaraan semakin banyak. Setibanya di Bogor, hujan mulai turun rintik-rintik. Untunglah saat hujan semakin deras saya sudah hampir sampai di rumah.  Kalau dihitung-hitung lebih lama perjalanannya ketimbang di tempat wisata. Perjalanan pulang-pergi bisa sampai 7 jam. Di danau dan curugnya mungkin hanya sekitar 4-5 jam. Salam jalan-jalan Bogor, 25 Oktober 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun