[caption id="attachment_226173" align="alignnone" width="608" caption="Sunrise di Kep. Karimunjawa"][/caption] Sunset dan dan sunrise memang selalu menarik dan tidak pernah membosankan. Entah mengapa momen ini selalu dinanti-nanti banyak orang. Mereka tidak bosan-bosannya menunggu berjam-jam hanya demi menyaksikan terbit atau tenggelamnya sang surya disertai langit yang merona warna-warni. Sunset dan sunrise sudah melahirkan banyak sajak/puisi yang ditulis oleh para penyair. Sudah tak terhitung pula lukisan cahaya saat sunrise dan sunset yang telah terbingkai oleh para fotografer. Karimunjawa, kepulauan yang saya datangi hampir 5 bulan yang lalu, menyimpan keindahan pantai yang luar biasa apalagi saat matahari terbit dan terbenam. Perjalananku ke sana juga tidak luput dari memburu sunrise dan sunset. Malam itu, saya dan teman-teman menginap di salah satu rumah penduduk asli Pulau Kemujan, salah satu pulau di Karimunjawa yang berpenduduk. Malam harinya kami sudah merencanakan untuk bangun sebelum subuh untuk dapat melihat sunrise di pantai yang letaknya tidak jauh dari rumah temanku. Tetapi mungkin karena baru tiba di Pulau Kemujan saat malam harinya dan tidur larut malam, akhirnya semua kelelahan dan baru bangun jam setengah enam lewat. Saat itu langit sudah agak terang, alhasil sholat subuhpun jadi terlambat. Akhirnya kami hanya menyusuri pantai di dekat rumah temanku dengan berjalan kaki. Pemandangan pantai sangat menawan. Meskipun begitu, sinar matahari terasa membakar kulit. Panasnya, wah jangan ditanya deh. Kami bermain-main di pantai dari matahari mulai naik sampai menjelang tengah hari. Temanku yang orang asli penduduk karimunjawa mengatakan kalau sore ini kami bisa menyaksikan sunset di Jembatan/Dermaga Cinta. Wow namanya bagus ya, so romantic. Tempat ini berdekatan dengan Bandara Dewadaru, sebuah bandara kecil di Karimunjawa. Bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki dari tempat kami tinggal selama di sana. Ya lumayan jauh sih, sekitar 1.5-2 km tapi kalau jalannya bareng-bareng kan jadi tidak terasa capeknya. Selepas ashar kami berjalan menuju Jembatan Cinta. Kami melewati jalanan beraspal dan rumah-rumah penduduk yang letaknya berjauhan. Berbagai jenis tanaman dijumpai di kebun samping kanan dan kiri jalan, terutama jambu mete. Sepanjang perjalanan, kami seringkali berpapasan dengan orang yang berkendara motor, mereka itu ada yang penduduk asli maupun wisatawan baik lokal maupun asing. Mobil pick-up juga sering bersliweran, mobil ini merupakan kendaraan transportasi penduduk di sana selain motor. Berjalan kaki sambil ngobrol tidaklah terasa. Akhirnya kami sampai di jembatan cinta. Beberapa pemuda penduduk asli kemujan tampak sedang bergerombol di atas motornya. Mereka berkumpul di jalan aspal dekat jalan setapak menuju jembatan. Ada dua jembatan di sana, yang berbentuk huruf L dan T. Kami mendatangi jembatan yang membentuk huruf L. Suasana di sana indah sekali. Ada sungai dengan air yang tenang dihiasi tanaman bakau di pinggir-pinggirnya. Dan gunung di hadapan kami yang menimbulkan refleksi di atas air sungai di bawahnya. Tapi jangan coba-coba nyemplung ke dalamnya karena katanya di situ dulu banyak buayanya. Kata temanku, jembatan ini merupakan dermaga bagi turis asing yang hendak liburan di kura-kura resort. Salah satu pulau di Karimunjawa yang katanya dihuni oleh turis asing dengan resort mewah. Jadi, setelah mereka mendarat di Bandara Dewadaru, mereka langsung menuju Dermaga Cinta. Di sana mereka akan dijemput speedboat menuju Pulau kura-kura resort. [caption id="attachment_226174" align="alignnone" width="600" caption="Jembatan berbentuk huruf T"]
[/caption] [caption id="attachment_226175" align="alignnone" width="600" caption="Jembatan berbentuk huruf L"]
[/caption] [caption id="attachment_226176" align="alignnone" width="600" caption="Refleksi gunung"]
[/caption] [caption id="attachment_226177" align="alignnone" width="600" caption="Tanaman bakau di dekat jembatan cinta"]
[/caption] Kedatangan kami masih terlalu siang di jembatan ini, sehingga sunset belum terlihat. Kami berpindah ke Bandara Dewadaru di depannya. Karena pintu gerbang dikunci, kami masuk melewati gorong-gorong di sampingnya. Agak lama juga berada di sana untuk berfoto-foto, hingga lupa kalau kami sedang mengincar sunset di jembatan cinta. Satelah kami kembali ke sana, ternyata sunsetnya sudah menghilang. Hanya tersisa warna langit yang merona merah jambu. Untung saya sudah memotret sunset di bandara, meskipun tidak terlalu bagus. [caption id="attachment_226178" align="alignnone" width="534" caption="Di Bandara Dewandaru"]
[/caption] [caption id="attachment_226179" align="alignnone" width="600" caption="Sunset di Bandara Dewadaru"]
[/caption] [caption id="attachment_226180" align="alignnone" width="600" caption="Sunset yang terlewatkan di jembatan cinta"]
[/caption] [caption id="attachment_226324" align="alignnone" width="600" caption="Siluet di atas jembatan cinta"]
[/caption] Karena sunrise tadi pagi sudah terlewatkan. Malamnya kami bertekad untuk bisa bangun sebelum subuh keesokan harinya. Sayang kan jauh-jauh datang ke pulau ini kalau tidak sampai mendapatkan sunrise. Niat ini kesampaian. Meski masih mengantuk dan kelelahan, kami sudah bersiap-siap sebelum subuh. Ketika adzan subuh berkumandang, kami bersegera sholat. Setelah itu langsung berjalan menembus pekatnya jalan tanpa lampu penerangan. Angin dingin berhembus menembus pori-pori kulit. Langit masih gelap saat kami tiba di bibir pantai. Bintang timur tampak berkerlip di langit yang masih agak gelap. Pasir pantai tampak berkerlap-kelip terkena hempasan air laut. Entah apa yang menyebabkannya, cantik sekali. Tetapi sayang kamera tidak dapat mengabadikannya. [caption id="attachment_226181" align="alignnone" width="600" caption="Menjelang sunrise (1)"]
[/caption] [caption id="attachment_226182" align="alignnone" width="400" caption="Menjelang sunrise (2)"]
[/caption] [caption id="attachment_226183" align="alignnone" width="600" caption="Siluet narsis"]
[/caption] Perlahan langit mulai berwarna, rona merah dan biru menghiasi ufuk timur. Agak lama menunggu, tetapi matahari tidak kunjung muncul. Sepertinya hari itu agak mendung dan berawan. Sambil menunggu, kami mulai berfoto-foto narsis untuk menghasilkan siluet. Tetapi matahari tetap malu-malu. Karena terlalu lama, beberapa teman saya kembali ke rumah tinggal untuk meneruskan tidur. Saya dan dua orang teman tetap setia menunggu munculnya sunrise. Tidak sia-sia, akhirnya yang dinanti muncul juga. Matahari muncul sedikit-demi sedikit hingga membentuk lingkaran penuh di antara dua pulau nun jauh di seberang. Entah namanya pulau apa. Langit berubah merah jingga. Warnanya tidak berbeda dengan langit di kala matahari tenggelam. Pemandangan cantik yang sayang untuk dilewatkan. Kamera saya mengabadikan momen ini dengan lensa seadanya dalam beberapa bingkai foto. Lama-kelamaan sinar matahari mulai menyilaukan, bentuknya sudah tidak lingkaran lagi. Langit juga berubah terang benderang. [caption id="attachment_226184" align="alignnone" width="600" caption="Mulai terbit"]
[/caption] [caption id="attachment_226185" align="alignnone" width="600" caption="Setengah lingkaran"]
[/caption] [caption id="attachment_226186" align="alignnone" width="400" caption="Lingkaran penuh"]
[/caption] [caption id="attachment_226187" align="alignnone" width="400" caption="Menikmati sunrise"]
[/caption] [caption id="attachment_226188" align="alignnone" width="400" caption="Mulai menyilaukan"]
[/caption] Angin bertiup semakin kencang. Kami bertiga kembali ke rumah tinggal untuk mempersiapkan perjalanan berikutnya. Esok harinya saat perjalanan pulang, saat kapal KMP Muria mulai berlabuh di Pelabuhan Jepara, saya melihat sunrise di tengah laut. Matahari muncul di balik Gunung Muria. Saya sempat mengabadikannya lewat kaca jendela kapal meskipun tidak terlalu jelas. Indahnya ciptaan Tuhan. [caption id="attachment_226189" align="alignnone" width="534" caption="Sunrise di balik Gunung Muria"]
[/caption] Sunrise dan sunset memang akan selalu diburu. Mari berkreasi dengan matahari terbit dan tenggelam.
Salam jepret Bogor, 6 Januari 2013 Silahkan menikmati karya teman-teman kampretos lain di WPC-32Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya