Kita dialirkan waktu, masuk ke dalam sebuah kisah romansa Hasrat yang begitu menyentuh hati, mengusik kalbu Bercahaya seperti warna hutan pinus di pagi hari Sebab kita bersisian jalan, meski tak terjangkau pandangan mata Maka kitapun terlibat rasa, saling merindu Rindu kita adalah puluhan syair yang kau tulis di atas lembaran kertas Di tengah hiraumu pada urusan negeri Akukah yang kau cari selama ini Cinta kita adalah ribuan doa yang kutiupkan di setiap desah nafas Mengalir lembut dalam setiap pembuluh arteri Kaukah pangeran yang kutunggu itu Rinduku bukan main Dan sayangku sudah setengah mati padamu Mungkin kita sama-sama tersiksa dalam penantian panjang Aku tahu itu Sebab gerimis telah menyampaikan Lewat tetesannya di luar jendela kamarku Malam ini, meski bulan tertutup awan Aku tetap ingin melihat wajahmu di situ Tersenyum dan menyapaku dari balik rimbun pepohonan Tolong dengarkan pangeranku yang keras kepala Kalau kau cinta padaku, akupun cinta padamu Jalan ini samar, berkabut, dan hampir tidak terlihat mata Tapi kuharap kita bisa bertemu di baliknya Seperti bertemunya Adam dan Hawa di Bukit Jabal Rahmah Bogor, 18 Oktober 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI