Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[WPC-14] Kampung Naga di Mata Kameraku

28 Juli 2012   02:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_196688" align="aligncenter" width="622" caption="Pemandangan khas kampung Naga"][/caption]

Nama ‘Kampung Naga’ pertama kali saya dengar sewaktu kuliah, saat itu salah seorang teman melakukan penelitian di sana tentang garis wajah penduduk asli Kampung Naga. Saya juga tidak tahu apa yang melatarbelakangi pemberian nama ‘Naga’ pada kampung ini. Mungkin teman-teman bisa langsung tanya sendiri ke Mbah Google atau penduduk asli sana. Yang jelas waktu itu ada beberapa informasi yang saya peroleh dari teman. Katanya di sana gak boleh sembarangan motret, gak boleh asal tunjuk-tunjuk tangan, dan masih banyak pantangan yang lainnya. Menurut cerita temanku, di sana rumahnya menghadap ke arah yang sama dan untuk mencapai kampungnya harus menuruni tangga yang berliku-liku.

Akhirnya dua bulan yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi kampung tersebut meski hanya sekitar 2 jam. Beruntung saya memiliki teman yang tinggal di Singaparna, Tasikmalaya, yang bersedia mengantar sehingga saya tidak perlu susah-susah mencari guide untuk mencapai tempat itu. Kampung Naga cukup mudah dijangkau, letaknya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Tasikmalaya-Garut, tepatnya di Kecamatan Salawu. Atap-atap rumah di Kampung Naga juga bisa terlihat dari jalan raya. Sepanjang perjalanan menyusuri jalan aspal di perbukitan yang berliku-liku, kita disuguhi pemandangan sawah-sawah dengan padi yang mulai menguning dan sungai-sungai yang mengalir di tepi-tepinya. Pemandangan yang indah, tetapi sayang sekarang sudah banyak bukit yang digunduli. [caption id="attachment_196689" align="aligncenter" width="600" caption="Pemandangan sepanjang perjalanan ke Kampung Naga"]

1343439196442369738
1343439196442369738
[/caption] Setibanya di Kampung Naga, udara sejuk pegunungan mulai terasa sesaat setelah keluar dari mobil. Awan mendung bergelayut di langit sore. Di gerbang masuk Kampung Naga, tampak monumen Tugu Kujang Pusaka. Di atasnya ada kujang berukuran besar, mirip seperti yang ada di tugu kujang Bogor. Di foto tampak seorang pemandu dari kampung naga yang sedang memberikan penjelasan kepada dua orang turis lokal. Ada ruangan kecil di dalam monumen, entah apa isinya, yang jelas tidak boleh difoto.

[caption id="attachment_196691" align="aligncenter" width="400" caption="Monumen Pusaka tugu Kujang"]

13434392611032686903
13434392611032686903
[/caption] Saya mulai berjalan masuk ke area perkampungan. Tampak anak-anak tangga berliku yang jumlahnya banyak sekali. Saya harus melewati itu supaya bisa sampai ke kampung Naga. Sebenarnya di sana disediakan pemandu, tapi berhubung hanya sebentar dan ingin melihat-lihat serta memotret saja di sana,  makanya saya putuskan untuk tidak menyewa pemandu. Kebetulan teman saya ini sudah pernah beberapa kali ke Kampung Naga. Di sana juga boleh menginap di rumah-rumah penduduk, jika ingin mengenal lebih dalam lagi tentang Kampung Naga.

[caption id="attachment_196692" align="aligncenter" width="600" caption="Menuruni anak tangga yang berliku"]

1343439343530578493
1343439343530578493
[/caption] Melewati anak-anak tangga yang berliku ke bawah mungkin akan melelahkan bagi sebagian orang. Tetapi tidak buat saya, karena banyak pemandangan indah yang bisa disaksikan. Di sini kanan dan kiri jalan terhampar sawah bertingkat atau terasering, seorang ibu petani tampak sedang memanen padi tanpa alat bantu. Dari tangga atas, pemandangan sawah di bawah sana tampak lebih indah, sayang sekali waktu itu cuaca mendung sehingga langit hanya terlihat putih abu-abu. Padipun tampaknya sudah banyak yang dipanen sehingga kelihatannya gundul dari kejauhan. Saat mulai menuruni tangga, sepertinya banyak rumah-rumah baru yang bermunculan di kawasan luar Kampung Naga, meskipun terbuat dari kayu juga. Kata teman saya, dulu tangganya lebih banyak lagi, mungkin ada beberapa jalan yang dibuat jalan pintas menjadi lebih dekat supaya turis yang berwisata tidak terlalu kelelahan.

[caption id="attachment_196693" align="aligncenter" width="525" caption="Panen padi"]

13434394752138345539
13434394752138345539
[/caption] [caption id="attachment_196695" align="aligncenter" width="525" caption="Terasering dan atap kampung Naga dari atas tangga"]
13434396511783194339
13434396511783194339
[/caption] Setelah melewati anak-anak tangga yang entah berapa jumlahnya, akhirnya pemandangan khas Kampung Naga terlihat juga. Dari kejauhan atap-atap rumah yang terbuat dari daun ijuk atau nipah itu tampak rapi dan seragam karena menghadap ke arah yang sama yaitu arah utara dan selatan. Rumah semuanya berbentuk panggung dan tidak boleh dibuat dari bahan tembok ataupun dicat. Itu memang aturan yang harus ditaati penduduk kampung tersebut saat membuat rumah. Selain pemandangan terasering, tampak pula Sungai Ciwulan yang mengalir di sisi kampung, yang merupakan sumber pengairan bagi daerah pertanian di wilayah  Kampung Naga dan sekitarnya.

[caption id="attachment_196696" align="aligncenter" width="350" caption="Rumah kampung Naga dari kejauhan"]

134343975511524928
134343975511524928
[/caption] [caption id="attachment_196697" align="aligncenter" width="525" caption="Sawah tampak gundul dari kejauhan"]
1343439837314860139
1343439837314860139
[/caption] [caption id="attachment_196698" align="aligncenter" width="525" caption="Sungai Ciwulan"]
13434399501761042891
13434399501761042891
[/caption] [caption id="attachment_196700" align="aligncenter" width="525" caption="Rumah berbentuk panggung"]
13434401011628051246
13434401011628051246
[/caption] [caption id="attachment_196701" align="aligncenter" width="525" caption="Di antara sawah yang sudah dipanen"]
1343440173344950613
1343440173344950613
[/caption] [caption id="attachment_196702" align="aligncenter" width="531" caption="Bangunan khas kampung Naga menghadap ke arah yang sama"]
13434402351233181772
13434402351233181772
[/caption] [caption id="attachment_196703" align="aligncenter" width="525" caption="Bahan untuk atap rumah di kampung Naga"]
1343440395277646029
1343440395277646029
[/caption] Kata temanku, orang-orang di Kampung Naga sekarang sudah lebih mulai membuka diri terhadap kehidupan di luar kampungnya. Meskipun begitu, sepertinya di Kampung Naga tidak diperbolehkan menggunakan listrik, soalnya saya tidak melihat ada kabel listrik di sana. Selain memiliki sawah, banyak dari penduduk yang memiliki kolam-kolam ikan. Para turis yang datang juga bisa menikmati pijat refleksi alami, dengan mencemplungkan kaki ke dalam kolam ikan. Ikan-ikan di kolam ikan tersebut otomatis akan berebutan untuk memakan kotoran/sel kulit mati yang ada di kaki kita.

[caption id="attachment_196704" align="aligncenter" width="525" caption="Pijat alami di kolam ikan"]

13434404711218254092
13434404711218254092
[/caption] Di atas kolam ikan, ada tempat untuk mengolah padi yang sudah dirontokkan dari tangkainya, saya tidak tahu namanya. Waktu itu terlihat seorang ibu tengah membersihkan beras dari gabahnya di atas sebuah tampah besar.

[caption id="attachment_196706" align="aligncenter" width="525" caption="Tempat mengolah padi"]

13434405911313142410
13434405911313142410
[/caption] Saya pikir dulu di Kampung Naga sama sekali tidak boleh memotret, tetapi ternyata hanya di wilayah tertentu saja seperti di makam leluhur mereka di hutan keramat yang terletak di belakang kampung tersebut. Kebetulan saya tidak berkunjung ke sana. Suasana di dalam perkampungannya sendiri tampak asri dan tenang. Kebanyakan warga asli membuat kerajian dan menjualnya kepada turis yang datang di teras-teras rumah. Saya sendiri membeli miniatur rumah panggung khas Kampung Naga sebagai kenang-kenangan. Beberapa ibu-ibu tampak sedang asyik ngobrol di depan rumah. Beberapa orang bocah laki-laki asyik bermain bola di halaman tanah rumah panggung. Di sana ada sebuah mushola yang cukup luas. Di depannya tampak sebuah bedug besar dan kentongan.

[caption id="attachment_196707" align="aligncenter" width="525" caption="Menunggu di teras rumah sang majikan"]

13434407041048369921
13434407041048369921
[/caption] [caption id="attachment_196708" align="aligncenter" width="525" caption="Kerajina khas Kampung Naga yang dijual di depan rumah penduduk"]
1343440798912912398
1343440798912912398
[/caption] [caption id="attachment_196709" align="aligncenter" width="525" caption="Anak-anak bermain bola di halaman rumah"]
13434408781516802721
13434408781516802721
[/caption] Berjalan-jalan di Kampung Naga memang menyenangkan, tetapi saya tidak bisa berlama-lama di sana karena hari semakin sore dan langit semakin gelap. Hujan mulai mengguyur saat saya dan teman mulai menaiki tangga menuju jalan keluar kampung. Meskipun kelelahan, tetapi saya tidak menghentikan langkah sampai tiba di mobil, karena hujan semakin deras. Kunjungan ke Kampung Naga ini begitu singkat, tetapi banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kearifan lokal masyarakat setempat. Mungkin hanya beberapa foto yang bisa saya bagikan, dengan kualitas yang tidak terlalu bagus, tetapi semoga bisa memberikan gambaran bagi yang belum pernah berkunjung ke sana.

[caption id="attachment_196710" align="aligncenter" width="450" caption="Foto di depan halaman mushola :-)"]

134344093611029815
134344093611029815
[/caption] Semoga bermanfaat. Bogor, 28 Juli 2012 Dalam rangka berpartisipasi di  WPC-14 (photo jurnalism).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun