Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Cinta Maya

14 Februari 2012   14:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolaborasi antara Aryani_Yani dan Ha Ge (nomor 209)

[caption id="attachment_162740" align="aligncenter" width="450" caption="Dokumen pribadi"][/caption] Malam itu, kusandarkan punggungku di kursi. Penat kurasakan tidak hanya secara fisik tetapi sampai ke relung jiwa. Bayangan berbagai macam peristiwa berloncatan di kepalaku, otakku penuh seketika, seakan ingin pecah rasanya. Tak terkecuali wajah manis yang tiba-tiba muncul mengikuti. “Wajah itu…begitu indah, aku tak bisa melupakannya. Aku begitu mencintainya, dan sampai saat ini belum ada yang dapat menggantikan tempatnya di hatiku.” Perasaanku campur aduk, penyesalan itu terasa begitu menyayat-nyayat hati. “Ah sudahlah, semua sudah berlalu, tidak usah disesali. Toh dia juga belum tentu memikirkan aku. Aku lelah, lelah dengan semua yang terjadi” desahku. Tiba-tiba mataku melirik laptop yang ada di hadapanku “Ahaa…saatnya beralih ke dunia maya” Tanganku meraih laptop di atas meja di hadapanku, kunyalakan, lalu kubuka beberapa situs di internet. Saat login di facebook, kulihat ada undangan pertemanan dari seseorang. Iseng kubuka profilnya dan kulihat-lihat foto dan notenya sebelum mengkonfirmasi. “Hmm cantik juga ya, sepertinya dia hobi melukis. Tanganku langsung meng-klik ‘confirm’. Tampak di window chat dia sedang online. Iseng-iseng saja kusapa dia dengan sapaan standar perkenalan. “Makasih ya sudah sudah di add. Salam kenal” “Iya sama-sama, salam kenal juga” jawabnya “Koq kamu bisa add aku sih? Tahu dari mana? Aku kan gak masang foto profilku” “Iya sih, aku kemarin iseng lihat-lihat foto orang di fb. Eh tiba-tiba nemu profil kamu. Foto yang kamu pajang kan bagus-bagus. Jadi aku add aja.” “Oh gitu. Ohya aku bisa panggil kamu siapa? Maya “ Nama yang bagus. Panggil aku Rendi” “Ohya tulisanmu bagus-bagus, apalagi puisinya. Apa kamu penulis?” “Bagus apanya. Itu iseng, cuma coretan, sekedar ekspresi aja. Aku cuma karyawan swasta biasa. Bukan penulis” “Hmm…isengnya aja bagus, apalagi kalau serius ya. Kamu ini rendah hati sekali” “Hahaha, ohya lukisanmu juga bagus-bagus. Apa kamu seorang pelukis?” “Bukan, cuma hobi aja, tapi aku sungguh menyukainya. Aku benar-benar merasa bisa menemukan jiwaku saat sedang melukis. Kadang-kadang aku ngasih les melukis juga untuk anak-anak sekolah” “Wow, great!!!” “Apanya?” “Ya kamu, masa aku sih” aku mulai bercanda “Hehehe…kamu juga hebat koq. Aku kan pingin bisa menulis puisi sebagus kamu” “Ah abaikan saja, itu puisi-puisi jelek, gak penting banget deh” “Selalu saja begitu, merendah. Ohya aku offline dulu. Besok harus bangun pagi-pagi” “Eh, jangan ditutup dulu. Maya…” Jendela window chat Maya offline sebelum aku sempat mengirimkan pesan terakhirku. Hmm…benar-benar obrolan yang menyenangkan. ************** Entah kenapa aku betah berlama-lama online di fb, padahal tidak ada ada aktivitas apapun yang kulakukan di situ. Ini benar-benar berbeda dengan sebelumnya. Apakah ini karena Maya? Entahlah, percakapan yang sangat mengesankan meskipun baru untuk pertama kalinya. Tiba-tiba aku lihat jendela chatnya terbuka, langsung kusapa saja. “Hai Maya, ajarin aku melukis dong?” “Lho koq tiba-tiba minta ajarin melukis. Emang kamu suka???” “Pasti suka, apalagi kalau guru yang ngajarin cantik kayak kamu:” “Haaah?!! Apa??? Ketemu aja gak pernah, sudah berani merayu” “Bukan merayu, tapi feeling aja, tuh lihat aja foto yang kamu pajang” “Dasar cowok, dimana-mana sama” “Gitu ya, belum tahu aslinya aku. Jangan samakan aku dengan cowok lainnya dong” “Ya iyalah, memang belum pernah ketemu koq” “Hahaha iya ya” “Kamu sendiri kenapa gak pajang foto aslimu” “Gak ah, takut terkenal, takut kamunya naksir nanti hehehe” “Apa?!! Sori ya aku tuh gak gampang naksir cowok, apalagi yang gak jelas kayak kamu. Masang foto asli aja gak berani.” “Sudah kubilang, ntar kamu naksir aku, kan bahaya hahaha” “Dasar banci” “Duh jangan marah gitu dong, ini kan cuma bercanda” “Gak apa-apa” “Ohya jangan lupa ajarin aku melukis” “Boleh, tapi tarifnya mahal lho” “Gak apa-apa, demi jadi muridmu aku rela koq bayar berapapun” “Lihat aja ntar deh, apa kamu memenuhi syarat jadi muridku. Ohya aku mau sign out, ada lukisan yang harus kuselesaikan.” “Duh Maya, tunggu dulu dong, aku masih ingin ngobrol banyak” Lagi-lagi percakapan terputus padahal aku ingin bertanya panjang lebar mengenai dirinya. Aku penasaran. Aku tidak pernah suka pelajaran melukis tetapi kenapa tiba-tiba aku meminta diajari melukis. Kenapa juga aku harus menggodanya padahal ketemu saja belum pernah. Aku senang sekali mencandainya sampai dia marah meskipun aku tidak melihat ekspresinya secara langsung. Benar-benar aneh. *************** Hari-hari berlalu. Setelah melewati beberapa kali percakapan itu, ada perasaan yang aneh meskipun hanya sedikit. Terus terang aku sering menunggu Maya online. “Mungkinkah Maya bisa menggantikan posisinya di hatiku? Mana mungkin, kenal saja baru, apalagi bertemu” Aku termenung. Sekelebat wajah manis di masa lalu itu kembali muncul. Hanya sesaat tetapi mampu membuka seluruh lembaran-lembaran lamaku. “Sampai kapan masa lalu ini selalu mengikuti aku. Aku tidak suka ini.” ******************* Sudah seminggu lebih aku tidak menemukan Maya online. Ah betapa rindunya aku dengan obrolan-obrolan kita. Kupaksakan untuk menulis pesan singkat lewat fb. “Maya, kamu kemana saja sih? Sudah seminggu lebih aku tidak menemukanmu di fb. Aku sedang menunggu jawabanmu. Gimana, apakah kau bersedia menerimaku jadi muridmu?” **************** Berhari-hari aku menunggu jawaban atas pesan yang kukirimkan, tapi tidak ada jawaban. Menyesal juga aku karena tidak meminta nomor kontaknya. “Ah Maya kamu kemana aja sih?” Terpaksa kukirimkan pesan singkat lagi via fb. “Maya, kenapa kamu tidak membalas pesanku? Apa yang terjadi? Apa kamu marah padaku?” **************** Siang itu iseng kubuka fbku. Ah ada balasan dari Maya. “Maaf, aku baru bisa balas pesanmu. Sudah dua minggu ini aku dirawat di rumah sakit. Aku kena demam berdarah dan tifus. Tapi gak usah khawatir, sekarang sudah baikan koq, sudah boleh pulang ke rumah. Maaf aku gak ngasih kabar ke kamu, soalnya aku gak punya nomor handphonemu. Memangnya kenapa sih??? Kamu kangen ya sama aku?!! hehehe. Ohya aku gak marah koq sama kamu. Mengenai permintaanmu ingin belajar melukis, kukabulkan tapi dengan satu syarat. Aku minta foto yang aslimu.” Jawaban dari Maya membuatku tersenyum senang, langsung saja kubalas pesan itu. “Aku gak keberatan memberikan foto asliku. Tapi mending ketemu orangnya langsung kan? Tolong kasih nomor handphonemu. Kalau kamu tidak keberatan, kita ketemu hari minggu pagi di taman kota.” Maya langsung menjawab cepat “Oke, kita ketemu. Ini nomor handponeku” ********************* Pagi itu begitu cerah, tapi hatiku begitu bergemuruh seakan-akan hujan sebentar lagi akan turun. Jantungku berdebar-debar. Ini pertemuan pertamaku yang nyata dengan gadis maya itu. Sekilas kulihat gadis berkerudung biru sedang duduk membelakangiku di bangku pojok taman. Kutahu itu Maya. Aku diam terpaku selama beberapa menit, sambil mengumpulkan keberanian untuk menyapamu. “Ya Allah, mengapa bibir ini begitu rapat terkunci dan kaki ini sukar digerakkan” Jantungku semakin berdebar. Akhirnya kuberanikan diri untuk membuka mulutku. Tapi sebelum keluar sepatah kata itu, kulihat Maya membalikkan punggungnya. Tampak seraut wajah cantik dan senyum manis tersungging di bibirnya. Dia langsung menyapaku. “Hai!!! Kamu pasti Rendi” “Iya. Kamu pasti Maya” “Betul sekali. Oh ini tho temen fbku yang gak mau pasang foto asli. Padahal tampangmu oke juga lho” Deg…hatiku bergetar, mendengar kalimat yang diucapkan Maya itu, aku tersipu dibuatnya. Belum pernah aku dibuat ge-er begini oleh seorang wanita. Rupanya diam-diam Maya memperhatikan aku yang terdiam karena malu. “Lho koq diem aja sih?!! Gak usah ge-er deh. Tampang kayak kamu pasaran koq. Jadi aku gak akan naksir hehehe” Aku cuma bisa tertawa tanpa banyak berkomentar, jantung ini tak henti-hentinya berdegup. “Hmm…Maya… jadi gimana nih, apa aku bisa jadi muridmu?” “Ya ampun, masih penasaran ya. Ehm…gimana ya??? “Ayolah please” “Kamu serius?” “Gak percaya ya? Apa perlu bukti?” “Ehmm…aku gak tega nolaknya?” “Artinya? Apa aku diterima?” “Ya…dengan sangat terpaksa hahahaha” “Oh terima kasih ibu guru Mayaku” Kami berbincang dan tertawa sesaat sebelum kembali ke tempat masing-masing. Ada rasa yang melanda sejak itu. Cintakah aku pada Maya? Aku belum bisa menyimpulkan. Tetapi bayangan masa lalu itu tiba-tiba memudar dan mulai menjauh pergi. *****************

Langit pagipun semakin membiru Memantulkan kilau keperakan Pada awan putih yang berarak lembut Burung-burung riang berterbangan di udara Seakan menyuruhku untuk melukiskan di atas kanvas Lukisan masa lalu menjauhlah pergi Akan kuganti dengan seikat mawar cinta masa depan penuh ketulusan Karena kuyakin ia lebih indah

[caption id="attachment_162741" align="aligncenter" width="264" caption="Dokumen pribadi"]

132923121830026553
132923121830026553
[/caption] Selanjutnya…terserah pembaca :-D

14 Februari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun