[caption id="attachment_135226" align="aligncenter" width="490" caption="Kantor Walikota Tegal (Dokumen pribadi)"][/caption] Ini kedua kalinya saya menjejakkan kaki di Brebes dan Tegal. Biasanya hanya lewat saja sembari bermacet-macet ria saat mudik lebaran ke Pati/Rembang, itupun tidak bisa menikmati pemandangan di luar karena tertidur. Perjalanan kali ini memang dalam rangka tugas kantor di Brebes. Tetapi karena kota ini letaknya berdekatan dengan kota Tegal, tentu saja saya tidak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi kota tersebut, terutama di waktu malam sekalian mencari tempat makan. Saya juga penasaran ingin mengunjungi Mesjid Agung Brebes dan Tegal sekalian mengambil gambar. Karena itu saya dan teman-teman satu tim sengaja untuk sholat maghrib di kedua mesjid tersebut secara bergantian. Kalau dilihat di siang hari, Brebes dan Tegal memang agak gersang, namun di malam hari tentu saja terlihat berbeda. Lebih menarik dengan hiasan lampu-lampunya. Malam pertama di sana, kami sepakat makan malam di Alun-alun Tegal. Suasana di sana cukup ramai, tetapi tentu saja masih kalah ramai dibanding ibukota. [caption id="attachment_135227" align="aligncenter" width="490" caption="Suasana di depan Mesjid Agung Tegal"][/caption] [caption id="attachment_135231" align="aligncenter" width="490" caption="Suasana alun-alun Tegal"][/caption] Setelah menunaikan ibadah sholat maghrib di Mesjid Agung Tegal, kami berkeliling mengitari alun-alun. Tidak lupa saya selalu mengambil gambar pemandangan di sana terutama mesjid dan kantor walikota yang terlihat cantik dengan hiasan lampu-lampunya. Warteg yang terkenal di ibukota dan sekitarnya ternyata hampir tidak dijumpai di sini. Karena bingung menentukan mana tempat makan yang enak akhirnya kami makan di Rumah Makan ‘Sari Raos’ yang terletak di seberang alun-alun. Saya pun hanya memilih menu ayam goreng. Malam kedua, kami memutuskan untuk sholat maghrib dan makan malam di alun-alun Brebes. Ternyata Brebes memang lebih sepi dibandingkan Tegal, karena hanya kota kecil setingkat kecamatan. Begitupun di alun-alunnya, pedagang yang berjualan di warung tenda tidak seramai di Tegal. Tetapi dilihat dari bentuk bangunan dan lampu-lampunya, Mesjid Agung Brebes terlihat lebih cantik, anggun dan megah dibandingkan Mesjid Agung Tegal. Wah sayang sekali waktu itu saya hanya membawa kamera poket biasa, tanpa tripod, jadi hasil fotonya terlihat biasa saja. [caption id="attachment_135232" align="aligncenter" width="440" caption="Indahnya Mesjid Agung Brebes"][/caption] [caption id="attachment_135234" align="aligncenter" width="367" caption="Salah satu sisi Mesjid Agung Brebes"][/caption]
[caption id="attachment_135238" align="aligncenter" width="367" caption="Pintu masuk mesjid"][/caption] Tiba saatnya memilih menu makan malam. Kami mengelilingi alun-alun Brebes. Sepertinya di sana ada menu yang khas dari Brebes yaitu sate blengong. Saya belum pernah mencoba tetapi kata penjualnya blengong itu adalah hasil perkawinan itik dengan entog. Entah seperti apa rasanya, tetapi karena tidak suka daging bebek, saya memilih menu seafood yang kebetulan di sana agak jarang dijumpai. Saya mencoba pesan ikan bawal bakar, wow saya suka, rasanya maknyuss, enak!!!...bumbu asam manisnya mantap. [caption id="attachment_135240" align="aligncenter" width="490" caption="Salah satu kantor pemerintah di depan alun-alun Brebes"][/caption] [caption id="attachment_135242" align="aligncenter" width="490" caption="Suasana alun-alun Brebes"][/caption] Meskipun kota kecil, Brebes itu agak membingungkan jalannya, karena banyak yang hanya satu arah, terutama di malam hari. Untuk dua malam berikutnya, kami kembali menyusuri Tegal. Meskipun hanya berkeliling dan melihat dari dalam mobil, Tegal memang kelihatan lebih meriah dengan beberapa mall dan hotelnya yang cukup besar. Lampu-lampu dari bangunan Hotel Bahari Inn tampak terang benderang di pinggir jalan. Berbeda sekali dengan Hotel Dedy Jaya, tempat kami menginap selama perjalanan di Brebes. Begitupun dengan Pacific Mall, Dedy Jaya Plaza, Rita Super Mall, ini adalah mall yang cukup besar di kota ini. Jalan-jalannya juga lumayan besar dan terang. Seperti motto kota Tegal Laka-laka : Tegal Keminclong Moncer Kotane. Saya sempat memasuki Pasific Mall, karena kebetulan teman saya kehabisan baju ganti. Ada yang khas ketika memasuki mall, rumah makan maupun warung tenda di Tegal, yaitu gambar iklan atau spanduk bergambar Teh Poci, Teh Tong Tji, 2 Tang dan berbagai merk teh lainnya yang memang merupakan ciri khas kota tersebut. Meskipun hanya sebentar dan belum banyak menjajal kuliner di kedua kota itu. Tapi lumayanlah sempat berkeliling di malam hari untuk menikmati dan mendokumentasikan keindahan kota Brebes dan Tegal, yang biasanya hanya saya lewati dan dilihat dari dalam bus malam. Bagi yang belum pernah ke sana, gak ada salahnya untuk berkunjung. [caption id="attachment_135243" align="aligncenter" width="300" caption="Gak lupa narsis :-)"][/caption] Salam kompasiana Bogor, 5 Oktober 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H